Kaltim

Kaltim Harus Siap Terapkan Kurikulum Merdeka, Siswa SMA Tak Lagi Pilih Jurusan IPA, IPS, atau Bahasa

Kaltim Today
28 Maret 2022 20:01
Kaltim Harus Siap Terapkan Kurikulum Merdeka, Siswa SMA Tak Lagi Pilih Jurusan IPA, IPS, atau Bahasa
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Mispoyo. (Yasmin/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Kaltim akan segera menerapkan Kurikulum Merdeka di tahun ajaran mendatang. Semua tingkat satuan pendidikan akan beralih ke kurikulum terbaru di era kepemimpinan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim.

Untuk tingkat SMA sederajat, sosialisasi mengenai kurikulum tersebut sudah dimulai. Disampaikan ke tiap kepala sekolah. Secara umum, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013.

Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Mispoyo menjelaskan bahwa, siswa tidak lagi melaksanakan Ujian Nasional (UN). Melainkan beralih ke Ujian Satuan Pendidikan (USP). Tentu ini diperuntukkan bagi siswa yang duduk di bangku tahun terakhir. Melalui USP, harapannya para siswa bisa belajar secara merdeka.

Diketahui bahwa tiap kondisi suatu sekolah dan sekolah lainnya berbeda. Termasuk para guru yang mengajar juga berbeda. Sehingga jika dibuat suatu standar, akan memicu ketidakadilan bagi sebagian sekolah.

Walhasil, soal-soal di USP akan dibuat oleh guru terkait di sekolah itu. USP sendiri sudah terlaksana di sekolah-sekolah sejak seminggu yang lalu.

"Seharusnya, guru boleh memberikan ujian seperti apa yang pernah dia kerjakan. Kalau sebelumnya berstandar nasional, sekarang namanya menjadi USP," ungkap Mispoyo.

Tak hanya USP, Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) juga jadi istilah baru di Kurikulum Merdeka. AKM sendiri akan dilaksanakan khusus untuk siswa kelas 11. AKM bertujuan demi menguji kemampuan numerasi dan literasi siswa. Biasanya, ujar Mispoyo, AKM digelar pada sekitar Agustus.

"Serta untuk mengetahui kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Literasi dan numerasi itu yang dijadikan alat ukur internasional oleh PISA mengenai mutu pendidikan," jelasnya lagi.

Selain itu, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang biasanya kerap jadi pegangan para guru juga berubah. RPP lazimnya dibuat guru sebelum melakukan kegiatan belajar-mengajar. Dahulu, RPP sangat tebal, biasanya lebih dari 50 halaman. Kemudian para guru juga terbebani dengan administrasi yang cukup rumit.

"Sekarang RPP dibuat lebih sederhana. Cukup 1 halaman saja. Guru lebih dipersiapkan untuk mengajar dengan berpedoman pada RPP yang mudah diingat dan dimengerti," bebernya.

Rencana untuk perluasan zonasi saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) juga akan dilaksanakan. Jika berhasil, maka akan semakin banyak siswa yang diterima di sekolah tertentu. Sehingga tak ada lagi alasan jika mendapat anak yang tak mengenyam pendidikan.

Perbedaan paling mencolok, di Kurikulum Merdeka para siswa bebas memilih pelajaran yang disuka. Sebelumnya, siswa kelas 10 sudah harus memilih antara jurusan IPA, IPS, hingga Bahasa. Kali ini, penjurusan sudah tidak ada lagi di Kurikulum Merdeka.

"Pokoknya tidak ada penjurusan. Siswa bebas memilih. Pusat pembelajaran Kurikulum Merdeka juga ada di siswa. Bukan di guru," ungkap Mispoyo.

Mispoyo menegaskan, seluruh sekolah harus siap menerapkan kurikulum teranyar itu. Hal ini dinilai sebagai kebijakan yang bagus.

"Pokoknya pelajaran apapun yang disukai siswa, dia bisa memilih sesuai yang dia minati," tandasnya.

[YMD | RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya