Samarinda

Rocky Gerung: Ekonomi Kaltim Jangan Bergantung dari Fosil

Kaltim Today
02 Maret 2020 18:39
Rocky Gerung: Ekonomi Kaltim Jangan Bergantung dari Fosil
Diskusi ILC tentang ekonomi kita hari ini dan nanti, saat para narasumber berbicara tentang sektor pariwisata.

Kaltimtoday.co, Samarinda - Kebergantungan sumber penghasilan Kaltim dari bahan baku fosil tentu akan terus memicu pertentangan. Tak sedikit sudah yang menyuarakan. Minggu (1/3/2020) malam, di lantai 5 Hotel Harris, Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang, ruang diskusi Irwan Legislative Club (ILC) bertema 'Politik Ekonomi Kita Hari Ini dan Nanti' dengan beberapa narasumber yang kompeten seperti Rocky Gerung.

Dalam pembahasan ini, sebagai Akademisi dan Tokoh Intelektual Nasional, Rocky Gerung menyebut ketika berbicara tentang pergantian pondasi ekonomi Kaltim khususnya Samarinda, yang terus bergantung dengan bahan baku fosil seperti minyak, gas dan batu bara dan tidak mengerti tentang pentingnya lingkungan, maka bisa dikatakan mereka adalah orang yang dungu.

"Begitu ada orang yang baru mendapatkan gelar sarjananya hari ini, besok dia tidak mengerti lingkungan, maka lusa selanjutnya dia akan menjadi orang dungu," tegas Rocky.

Isu lingkungan, kata Rocky, memang terus menjadi pembahasan seksi, bahkan di kancah internasional. Sebagai simbol perlawanan dari industri ekstraktif serupa, seorang remaja perempuan asal Finlandia bernama Greta Thunberg menjadi ikonik dan terus menyuarakan demo perawatan lingkungan dunia yang terus digerus.

"Presiden kita (Jokowi) insinyur kehutanan tapi tanam hutan beton. Saya bukan mengolok-olok tapi memang begitu kenyataannya," imbuh Rocky.

Kalau di bilang baper (bawa perasaan), lanjut Rocky, tentu dia merasakannya. Karena menurut tokoh intelektual ini, pemindahan pusat pemerintah negara seharusnya bukan seperti itu. Akan tetapi, di zaman revolusi industri 4.0 ini, seharusnya Kaltim bisa dijadikan pusat riset dunia, karena Kalimantan terus digadang-gadang sebagai paru-paru dunia.

Selain itu, Rocky juga menyinggung tentang Samarinda yang seharusnya bisa lebih dari sekedar Ibu Kota Provinsi Kaltim. Menurutnya, Samarinda adalah nama di siang hari, saat malam tiba, namanya akan menjadi Samarindu.

"Seharusnya Sungai Mahakam ini bisa menjadi daya pikatnya Samarinda. Yang mana saat sepasang kekasih menikmati kota di pinggir sungai, itu yang akan menciptakan Samarindu," katanya.

"Kondisi romance ini bisa terjadi apabila ekonomi pariwisata sudah bertumbuh," sambungnya.

Sementara itu, Syafruddin Pernyata sebagai Budayawan dan Penggiat Pariwisata juga mengatakan hal senada. Menurut mantan Kepala Dinas Pariwisata ini, kalau ada empat unsur yang harus dipertimbangan bagi perkembangan sebuah wilayah. Yakni, alam, budaya, buatan dan sejarah. Melihat kebelakang dari sisi sejarahnya, Kaltim memang telah diakui sebagai peradaban kerajaan Hindu tertua di Indonesia.

Sementara budaya Kaltim sendiri memiliki peradaban budaya pantai yang sangat kaya, berada di wilayah Berau. Bahkan menurutnya pula, daerah Berau merupakan salah satu gugusan surga yang berada di Bumi Mulawarman.

"Kalau mau ke sana (Berau) itu jauh, apalagi yang dari Jawa sana. Semakin lama waktu, tentu semakin banyak biayanya. Keindahan alam kita belum tereksplor secara maksimal, karena masih berkutat di sumber daya fosil," tegasnya.

Menanggapi persoalan infrastruktur yang menyatukan daerah pedalaman Kaltim, menurut Ketua DPRD kaltim Makmur HAPK, dia kerap menyuarakan untuk pemerataan pembangunan. Apabila momok pembangunan ini bisa teralisasi, maka dengan sendirinya potongan ekonomi kemasyarakatan akan bertumbuh dan bangkit.

"Kalau lima tahun pemerintah pusat menginvestasikan infrastruktur pasti akan bangkit. Potensi pariwisata sangat luar biasa tapi bagaimana infrastruktur nya. Itulah yang akan kami perjuangkan," ucapnya.

Keterlambatan pembangunan infrastruktur ini pun juga diakui oleh Irwan sebagai DPR RI Dapil Kaltim. Menurutnya, masyarakat dan seluruh lapisan harus bisa menyadari ketidak seimbangan yang ada. Lingkungan terus terancam, sedangkan infrastruktur tidak maksimal.

"Kalau data yang saya dapat, jalan nasional di Kaltim hanya 1.500 kilo, sedangkan jalan nasional di Indonesia itu ada 45.000 hanya 4 persen dari infrastruktur jalan nasional. Sedangkan pengelolaan SDA sangat besar," timpalnya.

Dengan semua tugas kerja dari berbagai macam background pembicara, tentu diharapkan diskusi malam tadi bisa menbuahkan hasil nyata. Tak hanya dari penggiat dan unsur politisi, akan tetapi pembangunan di sektor pariwisata juga diharapkan bagi para pengusaha.

Hal ini disampaikan Ketua Apindo Kaltim Slamet Brotosiswoyo. Pengembang di sektor pariwisata tentu menjadi peluang bisnis berkesinambungan, lantaran banyak hal yang bisa terus dikembangkan.

"Kalau banyak tujuan wisata tentu bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi kita. Bagi dunia usaha bisa bernafas karena banyak objek yang bisa kita kembangkan lebih lanjut," pungkasnya.

[JRO | RWT]


Related Posts


Berita Lainnya