Berau

Saksi Mata Pengeboman Ikan di Balembangan Diduga Mendapat Intimidasi 

Rizal — Kaltim Today 29 Maret 2023 15:18
Saksi Mata Pengeboman Ikan di Balembangan Diduga Mendapat Intimidasi 
Ketua Malipe, M Ardian dan Ranger Diwan (saksi mata). (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Berau - Dua orang saksi mata pengeboman ikan di Pulau Balembangan, Kecamatan Maratua diduga mendapat intimidasi dari pelaku. Hal itu diungkapkan oleh pihak pengelola, yakni Maratua Peduli Penyu (MALIPE).

Diketahui, dua saksi mata itu adalah anggota ranger MALIPE yang ditugaskan untuk menjaga Pulau Balembangan karena menjadi tempat favorit penyu untuk bertelur. Namun, sayangnya di sekitar pulau terluar itu terjadi aktivitas pengeboman ikan oleh sebuah kapal nelayan pada Jumat (17/3/2023) lalu.

Kronologi kejadian dijelaskan oleh salah satu ranger MALIPE, Diwan. Dirinya mengatakan, peristiwa itu terjadi setelah mereka melakukan patroli. Saat itu, hanya tiga orang yang melakukan patroli. Sementara, Ketua MALIPE, Muhammad Ardian, saat itu sudah berangkat menuju Maratua setelah pengantaran logistik ranger di Pulau Balembangan.

Diwan menyebut, tepat pukul 06.30 Wita, sebuah kapal nelayan merapat ke Pulau Balembangan. Di dalam kapal itu hanya ada tiga orang awak yang berasal dari masyarakat lokal Kecamatan Maratua.

"Mereka turun dan mengobrol dengan kami. Sempat kami hidangkan makanan dan minuman. Lalu, mereka bertanya siapa saja yang menjaga pulau itu. Kami jawab hanya bertiga. Tak lama kemudian, mereka langsung pergi," ungkapnya kepada media ini di Pulau Balembangan, Selasa (21/3/2023).

Selang beberapa waktu, setelah para awak kapal beranjak, terdengar suara ledakan dari laut. Jaraknya hanya 100 meter dari bibir pantai. Ledakan itu membuat Pulau Balembangan seketika bergetar.

Saat itu, Diwan tengah menyapu. Sementara, dua ranger lainnya sedang memasak. Sontak kejadian itu membuat mereka terkejut. Diwan seorang diri pun langsung berinisiatif mengambil ponsel pribadinya dan merekam kejadian tersebut.

"Saya melihat mereka dan merekam video. Mereka sedang memgumpulkan ikan hasil bom. Setelah terkumpul, salah satu nelayan naik ke pulau membawa ikan," terangnya.

Diwan mengungkapkan, saat para awak kapal kembali ke pulau, mereka hendak menyogok para ranger dengan ikan hasil tangkapan. Namun, para ranger itu menolak sogokan tersebut. Mereka memilih untuk menghidupkan akses jaringan WiFi di pulau tersebut dan mengirim hasil video rekaman kepada Ardian.

"Saya bilang kalau mereka ini tidak menghargai kami di Pulau Balembangan. Mereka malah memberikan ikan supaya kami tidak membuka mulut. Saya merasa ini adalah penghinaan apalagi mereka sebelumnya sudah kami sambut. Kemudian, mereka langsung pergi dari pulau ini," jelasnya.

Lantas, video yang dikirim Diwan kepada Ardian diunggah ke sosial media milik MALIPE. Kejadian itu pun langsung menjadi perbincangan bagi masyarakat Maratua. Buntut kejadian itu pun membuat para ranger mendapat tekanan sosial. 

Ketua MALIPE, Muhammad Ardian mengatakan, imbas kejadian itu membuat dua ranger MALIPE dirundung ketakutan. Padahal, mereka hanya menjadi saksi yang bertugas menjaga Pulau Balembangan. Akibat rasa takut itu, mereka memutuskan berhenti dan memilih untuk meninggalkan pulau tersebut pasca peristiwa pengeboman, tepatnya pada Rabu (22/3/2023).

Ardian pun menduga ada upaya intimidasi dari oknum pelaku yang membuat dua ranger itu ketakutan. Hanya saja, ketika dirinya hendak menanyakan perkara tersebut kedua ranger itu tidak banyak berbicara.

"Kami sangat kecewa dengan kejadian ini karena anggota kami sampai ketakutan. Mereka mengaku takut keluarganya terancam, sehingga mereka memutuskan untuk pulang ke Maratua dan tidak lagi tinggal di pulau," katanya.

Padahal, Ardian menyebut dua ranger itu sudah banyak berdedikasi untuk menjaga keberlangsungan ekosistem di sekitar Pulau Balembangan. Mereka selalu menggelar patroli pengawasan untuk mencegah terjadinya aktivitas pencurian telur penyu.

"Sebelum ada kejadian ini, dua ranger itu sangat betah di sini. Bahkan, salah satu dari mereka ada yang memutuskan untuk tinggal di sini dan membawa ayam peliharaannya agar diternak di pulau ini," katanya.

Dirinya pun sangat menyayangkan terkait adanya dampak sosial bagi mereka. Pasalnya, sudah jelas area pos pengawasan Pulau Balembangan merupakan wilayah peneluran penyu yang harus bebas dari praktek ilegal fishing. Terlebih, pelaku pengeboman itu rupanya berasal dari wilayah lokal Maratua. 

"Setiap ada nelayan yang singgah, kami selalu melayani dan menyambut mereka. Kadang nelayan yang mampir untuk meminta air atau makanan, kami selalu membantu dan melayani dengan baik. Tetapi, kenapa harus seperti ini balasannya?" ucapnya. 

Ironisnya, aktivitas pengeboman ikan di Pulau Balembangan ternyata bukan hanya sekali. Ardian menerangkan pada Mei 2022, praktek ilegal fishing itu juga pernah terjadi bahkan berdampak pada kondisi penyu hingga saat ini, seperti banyaknya penyu yang cacat alias buntung. 

Untuk diketahui, berdasarkan data dari pihak MALIPE, sebanyak 1.702 ekor penyu bertelur di Pulau Balembangan pada tahun 2022. Selanjutnya, jumlah telur yang menetas menjadi tukik mencapai 146.069 ekor. Jumlah itu pun membawa Balembangan menjadi salah satu lokasi tertinggi sebagai tempat bertelurnya penyu di Kepulauan Derawan, selain Pulau Sangalaki, Pulau Bilang-Bilangan, dan Pulau Mataha. 

Bagi Ardian, Pulau Balembangan, sudah menjadi rumah. Bahkan, tepat di bibir pantai 100 meter, dirinya telah menanam terumbu karang sebanyak 100 cetakan. 

"Saya sudah lihat langsung dengan menyelam, namun karena minimnya perlengkapan, jadi tidak dapat menggambil gambar," ujarnya. 

Pengeboman itu merusak cetakan-cetakan terumbu karang dan hancur menjadi kerikil. Bahkan, di kedalaman 10 meter ada lobang seluas 5 meter persegi. Tentu, saya sangat marah," jelasnya.

Apalagi dirinya menyebut sudah mendapat amanah dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau berdasarkan Surat Persetujuan Bupati Berau pada 6 Januari 2022 untuk mengelola Pulau Balembangan beserta ekosistemnya dari penjarahan telur penyu dan kegiatan destruktif fishing. 

"Kami harus menjaga amanah dan kepercayaan dari pemerintah daerah. Sehingga, ketika ada tindakan kriminal seperti pengeboman ikan, pencurian telur penyu, dan sejenisnya akan kami laporkan kepada Pemkab Berau maupun aparat penegak hukum," tuturnya. 

Tentunya, adanya pengeboman ikan di Pulau Balembangan bukan hanya berpengaruh pada aktivitas penyu saja. Menurut Ardian, ada pengaruh lain yang erat kaitannya dengan destinasi wisata di sekitar Maratua. Dampaknya para wisatawan juga bisa berkurang lantaran dihantui oleh rasa takut dengan maraknya ilegal fishing. 

Hal ini tentu membuat Ardian geram dan langsung bergerak cepat ketika ada pengeboman ikan yang kedua kalinya. Pada hari yang sama setelah mendapat kabar dari Diwan, dirinya langsung melaporkan kejadian itu ke Polsek Maratua. 

"Waktu saya mendapat informasi dari para ranger, saya langsung mencari Kapolsek. Mungkin pukul 09.23 WITA pada hari Jumat (17/3/2023)," ujarnya.

Memang saat itu, dia berada di Maratua setelah mengantar logistik pulau dan akan kembali ke Tanjung Redeb 

Setelah melapor dan memberikan bukti berupa video rekaman dari para ranger, Ardian mengaku pihak aparat sempat mengajak dirinya untuk ke lokasi TKP. Hanya saja, hari itu kondisi gelombang tidak mendukung. 

Hingga saat ini, pihak kepolisian belum melakukan monitoring untuk mengecek langsung lokasi bekas pengeboman. Padahal, terkait hal itu, Ardian mengaku sudah mengajak pihak aparat di tanggal 20 Maret 2023 kemarin. 

"Tidak ada yang ikut bersama kami saat pergi ke lokasi hari itu karena mereka mengaku sedang ada kegiatan. Kami pun hanya membawa perwakilan dari media saja," katanya. 

Kendati demikian, Polsek Maratua telah membuat laporan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) bersama pihak MALIPE terkait adanya pengeboman ikan di Pulau Balembangan, tepatnya pada Rabu (22/3/2023). 

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Maratua Aiptu Doni Witono menanggapi terkait adanya dugaan intimidasi terhadap para ranger. Dirinya mengaku pihak kepolisian memberikan perlindungan kepada para ranger. Termasuk untuk memberikan tindakan hukum kepada pelaku pengeboman sesuai aturan. 

"Kami meminta pihak MALIPE untuk mendatangkan para ranger ke Polsek Maratua untuk kami gali keterangan dari mereka sebagai saksi. Kami pun menjamin perlindungan bagi mereka," pungkasnya.

[RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram “Kaltimtoday.co”, caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya