Nasional
Santanu, Situs Pemantau Hujan Buatan LAPAN
Kaltimtoday.co, Bandung - Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA) LAPAN mengembangkan radar hujan bernama Sistem pemantau hujan (Santanu). Santanu menampilkan lokasi yang tengah diguyur hujan melalui laman santanu.sains.lapan.go.id. “Radar ini dapat memantau hujan hingga radius 44 kilometer,” ujar Asif Awaludin, Peneliti Muda PSTA di Bandung (3/12/2019).
Radar hujan dipasang di kantor-kantor milik LAPAN seperti di Bandung dan Bogor. Selain itu, beberapa radar hujan juga dipasang di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) seperti di Sukabumi, Jawa Barat. Radar hujan berasal dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) yang dihibahkan ke BPBD. LAPAN dalam hal ini membantu dalam pembuatan dan pemasangannya.
Selanjutnya, radar ini akan dipasang yaitu di Kota Bima, dan Kota Sorong. Pada pertengahan Desember ini, harapannya radar hujan Santanu sudah beroperasi. Selain itu, radar hujan juga telah memantau daerah Lembang, Sumedang, Pontianak, Kototabang, dan Sadeng. Radar hujan Santanu ini terbukti sangat akurat, beberapa media cetak maupun daring ada yang berkunjung dan mencobanya.
Pada laman radar hujan ini bisa diakses dengan mudah oleh publik, tampilannya terbagi tiga. Peta dan radar hujan berukuran besar menampilkan kondisi hujan hingga radius 44 kilometer dari lokasi radar, sedangkan pada bagian kanan atas ada peta yang bisa diperbesar dan melihat informasi lebih detil, termasuk kondisi perubahan hujan per dua menit.
Warna pada sebaran awan menggambarkan tingkat intensitas hujan, mulai dari ringan, sedang, hingga lebat. Santanu juga menampilkan luas area yang diguyur hujan. Selain itu pergerakan awan hujan juga bisa diketahui arahnya. Ada 14 corak warna bertingkat dari biru muda hingga ungu. Warna biru tua menandakan hujan ringan, sementara warna hijau mengindikasikan hujan deras.
“Yang perlu di waspadai adalah hujan warna hijau yang cakupannya cukup luas, karena berarti hujannya menjangkau hulu hingga hilir sungai,” ujar Asif.
Dengan kombinasi durasi waktu hujan, kondisi itu bisa mengindikasikan awal terjadinya banjir. Namun tetap perlu dikonfirmasi dengan pengamatan lokal.
[TOS | RISTEKDIKTI]