Kutim

Distan Kabupaten Kutim Dorong Petani Milenial Berkreasi

Kaltim Today
09 Desember 2021 11:28
Distan Kabupaten Kutim Dorong Petani Milenial Berkreasi
Salah satu petani milenial di Kutim manfaatkan lahan sempit dengan bertanam selada.

Kaltimtoday.co, Sangatta - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) melalui Dinas Pertanian (Distan) tengah mendorong adanya regenerasi petani dengan membentuk petani milenial.

Selain itu, Distan Kutim juga tengah mendorong petani milenial untuk bisa mengolah area pertanian yang ramah lingkungan.

Kepala Distan Kutim, Dyah Ratnaningrum menyampaikan, para petani milenial tidak harus terpaku pada pertanian bidang holtikultura saja.

Tapi petani milenial juga harus bisa terjun di bidang padi-padian dengan tetap mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan.

Menurut Dyah, petani milenial menerapkan penggunaan teknologi ramah lingkungan berupa pupuk organik dari kotoran sapi yang dikelola menjadi pupuk organik.

"Untuk tanaman padinya pun memakai pupuk organik dan tidak memakai pestisida. Pertanian ramah lingkungan itu pertanian yang tidak merusak lingkungan," ujar Dyah.

Dyah menjelaskan, memakai pupuk pabrikan ternyata sisa yang tidak terserap tanaman akan menjadi racun. Sehingga tanah menjadi keras dan susah diolah karena tidak gembur lagi.

Selain itu, ketika terus menerus menumpuk, PH tanah menjadi asam dan tidak memiliki unsur hara.

"Kalau terlalu lama menggunakan pupuk unorganik, residunya mengakibatkan gabah juga mengandung pestisida, jadi tidak bagus," kata Dyah.

Dia melanjutkan, begitu pun ketika memberantas hawa wereng. Biasanya petani ingin yang instan, yakni satu kali semprot hama wereng langsung mati. Padahal, jika sering menggunakan insektisida dengan dosis tinggi, lama kelamaan hama menjadi kebal.

Ketika sudah kebal dan tidak bisa lagi disemprot, akhirnya menggunakan pestisida untuk palawija yang dosisnya lebih tinggi.

"Dan ketika pestisida palawija yang dipakai tadi tidak mempan, akhirnya solar masuk, oli masuk. Ini yang berbahaya, akhirnya merusak lingkungan," paparnya.

Dyah menambahkan, akan ada perbedaan ketika bahan organik seperti dari air kencing sapi. Selain bisa sebagai pupuk, air kencing sapi juga bisa digunakan sebagai insektisida dengan biaya yang lebih rendah, tanaman lebih aman dan tanah menjadi subur.

"Sekarang petani milenial mulai tertarik memanfaatkan lahan sempit untuk ditanami selada, dan bisa panen. Bahkan bisa menjual bibitnya. Itu sudah banyak," tukasnya.

[El | RWT | ADV]



Berita Lainnya