Nasional
Dukung Hak Perempuan untuk Work-Life Integration: Ring the Bell for Gender Equality 2025 Digelar di Indonesia

Kaltimtoday.co - Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama UN Women, UN Global Compact Network Indonesia (IGCN), International Finance Corporation (IFC), dan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) kembali menggelar Ring the Bell for Gender Equality (RTBFGE) ke-6 di Indonesia.
Acara yang berlangsung di Main Hall BEI ini mengangkat tema “How to Maintain Work-Life Integration: Policies that Empower Women” dengan fokus pada penerapan kebijakan inklusif guna mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan bagi perempuan.
Sebagai bagian dari inisiatif global yang didukung oleh United Nations Sustainable Stock Exchange (SSE), UN Global Compact, UN Women, dan World Federation of Exchanges (WFE), RTBFGE tahun ini diikuti oleh 117 bursa saham di berbagai negara. Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran serta komitmen dunia usaha dalam mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan kerja.
Meski terjadi perkembangan, perempuan masih menghadapi berbagai kendala dalam dunia kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja Indonesia hanya 55%, dibandingkan laki-laki yang mencapai 85%.
Selain itu, laporan International Labour Organization (ILO) 2023 mengungkapkan pekerja perempuan di Indonesia memperoleh rata-rata upah 4 USD per jam, lebih rendah dibanding pekerja laki-laki yang mendapat 6 USD per jam. Dalam aspek kepemimpinan, hanya 32% perempuan yang menduduki posisi manajerial perusahaan pada tahun 2022 (SDG Global Database).
Menyikapi kondisi ini, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ratna Susianawati, menegaskan pentingnya sinergi dan kolaborasi berbagai pihak dalam menciptakan kebijakan yang berpihak pada perempuan.
“Jika seluruh sektor menerapkan perspektif gender dalam kebijakan dan programnya, tantangan akses, partisipasi, serta kesempatan perempuan dapat diatasi secara efektif,” ungkapnya.
Komisaris Utama BEI, Nurhaida, dalam sambutannya menyoroti pentingnya keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi sebagai faktor utama dalam meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan perempuan.
“Lingkungan kerja yang inklusif dan kebijakan yang mendukung keseimbangan ini tidak hanya memberdayakan perempuan, tetapi juga menciptakan tempat kerja yang lebih berkelanjutan,” katanya.
Sebagai bagian dari acara, sesi World Café menghadirkan para eksekutif perusahaan dan pemimpin industri untuk berbagi praktik terbaik dalam penerapan kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan. Beberapa kebijakan yang dibahas meliputi pemberian cuti melahirkan, cuti ayah, serta pengaturan kerja fleksibel yang memungkinkan perempuan tetap produktif tanpa mengorbankan peran dalam keluarga.
Ulziisuren Jamsran, UN Women Indonesia Representative and Liaison to ASEAN, menyatakan bahwa tahun 2025 menandai 30 tahun sejak disepakatinya Beijing Declaration and Platform for Action sebagai komitmen global untuk mendorong kesetaraan gender.
“Kini saatnya mengubah komitmen menjadi aksi nyata agar perempuan di Indonesia terbebas dari diskriminasi dan memiliki kesempatan yang setara di dunia kerja,” ujarnya.
Diskusi panel menghadirkan pemimpin perempuan berpengaruh, di antaranya Komisaris Independen PT Bank OCBC NISP Tbk, Betti S. Alisjahbana, serta Head of Communication and Chair of ED&I Board Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk, Kristy Nelwan.
Moderator diskusi, Direktur Eksekutif IBCWE, Wita Krisanti, menekankan bahwa lingkungan kerja yang aman dan bebas diskriminasi bukan sekadar kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga merupakan strategi bisnis yang berdampak positif pada kinerja perusahaan.
“Perusahaan dengan lebih banyak perempuan dalam jajaran kepemimpinan terbukti memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Namun, untuk mencapai itu, kita harus menciptakan ekosistem kerja yang bebas dari bias gender dan memberikan kesempatan setara bagi setiap individu,” kata Wita.
Sebagai bagian dari perayaan, sesi Ring the Bell menjadi simbol komitmen dunia usaha dalam mempromosikan kesetaraan gender dan mengadopsi Women’s Empowerment Principles (WEPs) di tempat kerja. WEPs, yang diperkenalkan oleh UN Women dan UN Global Compact Network sejak 2010, telah diadopsi lebih dari 10.000 perusahaan di seluruh dunia, termasuk 206 perusahaan di Indonesia.
Euan Marshall, Country Manager IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste, menegaskan bahwa meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia kerja berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global.
“Jika jumlah perempuan dalam angkatan kerja setara dengan laki-laki, output ekonomi dunia bisa meningkat hingga sepertiga. Namun, perempuan masih menghadapi berbagai hambatan di tempat kerja. Oleh karena itu, sektor swasta harus menjadi bagian dari solusi dalam menciptakan peluang yang lebih luas bagi perempuan,” katanya.
Direktur Eksekutif IGCN, Josephine Satyono, menutup acara dengan menekankan pentingnya kebijakan kerja yang mendukung kesetaraan gender.
“Menciptakan budaya kerja yang inklusif tidak hanya mendorong perempuan untuk berkembang, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan bisnis secara keseluruhan,” ujarnya.
[RWT]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp