Gaya Hidup

Efek Samping Obat Botak Donald Trump: Penis Mengecil hingga Risiko Bunuh Diri?

Kaltim Today
04 Mei 2025 19:50
Efek Samping Obat Botak Donald Trump: Penis Mengecil hingga Risiko Bunuh Diri?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump diyakini menggunakan finasteride untuk mengatasi kebotakan. (Dailymail/DOK)

Kaltimtoday.co - Obat penumbuh rambut yang populer di kalangan pria, termasuk Donald Trump, kembali menjadi perbincangan. Finasteride, yang selama ini dikenal sebagai solusi kebotakan, kini disorot tajam karena efek sampingnya yang mengkhawatirkan. Beberapa pakar kesehatan memperingatkan bahwa obat ini berpotensi merusak kesehatan seksual pria secara permanen.

Dr. Edward Schaeffer, ahli urologi terkemuka di Amerika Serikat, menyampaikan kekhawatiran tersebut dalam sebuah podcast. Ia menyebut bahwa satu dari sepuluh pria pengguna finasteride dapat mengalami sindrom pasca-penggunaan, termasuk impotensi, penis mengecil, hingga depresi. Menurutnya, efek samping ini nyata dan tidak bisa diabaikan.

Finasteride awalnya dirancang untuk mengatasi pembesaran prostat. Namun, popularitasnya melonjak karena khasiatnya dalam menghambat hormon DHT, yang dikenal sebagai pemicu kerontokan rambut. Sayangnya, DHT juga memiliki peran penting dalam menjaga gairah seksual dan fungsi alat kelamin pria. Ketika hormon ini ditekan secara drastis, dampaknya bisa serius.

Beberapa pengguna melaporkan efek fisik seperti penis melengkung, testis panas, bahkan nyeri yang tak kunjung hilang. Kondisi medis seperti Peyronie’s disease—kelainan ketika penis membengkok akibat jaringan parut—juga dikaitkan dengan finasteride. Di Inggris, otoritas kesehatan mencatat lonjakan laporan efek samping hingga tiga kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

FDA, badan pengawas obat dan makanan AS, turut angkat suara. Mereka mencatat puluhan laporan efek samping jangka panjang dari finasteride, mulai dari kecemasan berat, nyeri testis, hingga gangguan psikologis, bahkan setelah penggunaan dihentikan. Salah satu kasus yang mencuat adalah Mark Millich, mantan tentara AS, yang mengaku kehilangan kepercayaan diri karena perubahan pada alat kelaminnya usai mengonsumsi obat tersebut.

Meski di Inggris finasteride tidak dijual lewat layanan kesehatan nasional (NHS), obat ini tetap tersedia secara privat. Di Indonesia sendiri, finasteride sudah dijual bebas, yang membuat peringatan dari para ahli menjadi semakin relevan bagi masyarakat.

Para pakar kini menyarankan agar penggunaan obat botak ini dikaji ulang secara serius. Mereka menekankan pentingnya edukasi menyeluruh mengenai potensi risiko sebelum mengonsumsi finasteride. Informasi yang jelas dan jujur tentang efek jangka panjang perlu tersedia untuk melindungi konsumen, terutama mereka yang hanya ingin mengatasi kebotakan namun tidak menyadari risikonya.

Untuk mengetahui lebih banyak informasi kesehatan terkait risiko obat yang populer di kalangan pria ini, kunjungi pafikotabitung.org.

[TOS]



Berita Lainnya