Advertorial

Kampong Tuha Kutai Bensamar Rayakan Usia ke-407, Wujudkan Semangat Lestarikan Budaya Lokal

M Jaini Rasyid — Kaltim Today 28 Mei 2025 09:56
Kampong Tuha Kutai Bensamar Rayakan Usia ke-407, Wujudkan Semangat Lestarikan Budaya Lokal
Pembukaan Festival Bensamar. (Jen/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Festival Kampong Tuha Kutai Bensamar kembali digelar meriah tahun ini, menandai peringatan usia kampung yang telah mencapai 407 tahun.

Festival ini dibuka pada Selasa (27/5/2025), sebagai pengingat akan sejarah panjang masyarakat di salah satu kampung tertua di Kutai Kartanegara (Kukar).

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar, Puji Utomo, menyebut festival ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya daerah. Kegiatan ini merupakan rangkaian Festival Kampong Tuha Kutai Bensamar yang telah berjalan empat tahun terakhir.

“Kami dari Disdikbud, khususnya bidang kebudayaan, memiliki fungsi pembinaan dan pelestarian budaya. Jadi tentu kami mendukung penuh,” ujarnya.

Menurut Puji, Kampong Tuha Kutai Bensamar menyimpan nilai sejarah yang kuat. Kampung ini bahkan disebut sudah ada sebelum berdirinya Kabupaten Kutai Kartanegara. Salah satu tokoh penting yang berkaitan dengan sejarah Bensamar adalah Sultan Aji Imbut atau dengan nama lengkap Sultan Aji Muhammad Muslihuddin.

“Kampung ini punya kaitan sejarah dengan Kesultanan, maka pelestariannya sangat penting,” lanjutnya.

Salah satu bentuk pelestarian budaya yang ditampilkan dalam festival ini adalah pertunjukan seni khas daerah, seperti tari Jepen. Tari ini sudah menjadi identitas budaya masyarakat Bensamar dan menjadi simbol kekuatan lokal yang terus dijaga.

“Kami selalu dukung jika ada upaya menggali dan menampilkan potensi seni budaya dari kampung ini,” kata Puji.

Dukungan terhadap pelestarian budaya juga datang dari pemerintah kecamatan. Camat Tenggarong, Sukono, menyatakan kebanggaannya atas inisiatif masyarakat Bensamar yang masih setia menjaga tradisi leluhur.

“Festival ini membuktikan bahwa masyarakat masih peduli pada akar budayanya. Ini perlu kita apresiasi,” ujar Sukono.

Menurut Sukono, usia 407 tahun bukan sekadar angka, melainkan bukti eksistensi dan ketahanan budaya lokal yang sudah melewati empat abad lebih. 

Ia berharap festival ini bisa digelar minimal setahun sekali dan mendorong  generasi muda untuk mengingat warisan yang berharga untuk dijaga.

“Budaya lokal yang hampir punah harus dibangkitkan kembali, salah satunya lewat kegiatan seperti ini,” pungkasnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO KUKAR]


Related Posts


Berita Lainnya