Nasional

Pekan ASI Sedunia: UNICEF dan WHO Soroti Pentingnya Dukungan bagi Ibu Menyusui di Indonesia

Kaltim Today
02 Agustus 2025 10:04
Pekan ASI Sedunia: UNICEF dan WHO Soroti Pentingnya Dukungan bagi Ibu Menyusui di Indonesia
Mardiana, ibu yang baru melahirkan di Puskesmas Sakra, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, bersama suaminya, Khairul, dan bayi mereka yang berusia 11 hari, Rihana.

JAKARTA, Kaltimtoday.co - Peringatan Pekan ASI Sedunia tahun ini kembali menyoroti pentingnya sistem dukungan berkelanjutan bagi ibu menyusui di Indonesia.

UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, meski angka pemberian ASI eksklusif meningkat signifikan—dari 52% pada 2017 menjadi 66,4% pada 2024—masih banyak bayi yang belum memperoleh ASI eksklusif selama enam bulan penuh.

“Tak ada ibu yang seharusnya menghadapi tantangan menyusui seorang diri,” kata Perwakilan UNICEF Indonesia, Maniza Zaman. “Investasi pada sistem dukungan akan menciptakan dampak jangka panjang bagi kesehatan anak dan masa depan bangsa.”

WHO menambahkan, menyusui memberikan perlindungan jangka panjang terhadap berbagai penyakit dan meningkatkan kecerdasan anak. “ASI adalah awal kehidupan terbaik bagi setiap anak,” kata Dr N. Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia.

Pekan ASI Sedunia diperingati setiap 1–7 Agustus. Di Indonesia, kegiatan ini berlangsung sepanjang bulan dengan tema: “Utamakan Menyusui: Wujudkan Sistem Dukungan yang Berkelanjutan.”

Dukungan yang Dibutuhkan

UNICEF dan WHO menyerukan peningkatan investasi pada dukungan lintas sektor bagi ibu menyusui, mencakup:

  • Konseling menyusui dari tenaga kesehatan terlatih, termasuk layanan telekonseling.
  • Implementasi Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui di seluruh fasilitas bersalin.
  • Penegakan Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI.
  • Edukasi menyusui dalam kurikulum tenaga kesehatan.
  • Kebijakan ramah keluarga di tempat kerja, termasuk ruang laktasi dan cuti melahirkan.

Mereka juga mengingatkan bahwa menyusui adalah praktik ramah lingkungan yang tidak menghasilkan limbah dan tidak berkontribusi pada emisi karbon, berbeda dengan produksi susu formula.

“Jika kita ingin generasi masa depan lebih sehat, menyusui harus didukung bukan hanya sebagai pilihan individu, tetapi juga sebagai komitmen bersama,” tegas Maniza Zaman.

[TOS]



Berita Lainnya