Kutim
Pabrik Semen Merajalela, Gua Segegeh Kutim Tinggal Nama
Kaltimtoday.co, Sangatta - Keberadaan perusahaan PT. Kobexindo Cement (KC) di dua kecamatan Bengalon dan Kaliorang nampaknya menjadi beban berat untuk warga sekitar. Bahkan masyarakat Kutai Timur (Kutim).
Pasalnya, sejak keberadaan perusahaan semen itu sudah banyak menimbulkan masalah. Kutim menjadi gempar gara-gara perusahaan semen ini.
DPRD Kutim ikut murka. Bahkan pemerintah juga geram lantaran beberapa kebijakan yang tak sesuai. Seperti halnya penerimaan tenaga kerja wajib berbahasa mandarin.
Belum lagi, permasalahan lingkungan. Begitupun objek wisata yang turun temurun menjadi andalan warga kini sudah tak berbentuk. Satu diantaranya ialah Gua Segegeh di Desa Selangkau.
Destinasi wisata memang yang hancur. Namun, hal ini sangat disayangkan oleh sebagian masyarakat. Apalagi Gua Segegeh ini juga jadi sumber mata air bagi warga sekitar.
Wilayah operasi pabrik semen mencakup dua kecamatan. Batu gamping yang jadi bahan baku semen ditambang di Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kutim dan Desa Selangkau, Kecamatan Kaliorang.
Pada desa itulah banyak terdapat destinasi wisata yang terbentuk dari kawasan karst yang akan dieksploitasi.
Hancurnya destinasi wisata ini sangat disayangkan oleh warga setempat. Karena tidak mungkin untuk membentuk lagi gua semacam itu. Apalagi warga juga kerap memanfaatkan mata air di dalam gua tersebut untuk berkebun.
“Jadi salah satu destinasi wisata itu sudah hancur. Padahal gua itu ada sejak lama, karena terbentuknya dari alam,” ucap Erwin, salahsatu warga Selangkau yang menceritakan kondisi Segegeh saat ini, Kamis (12/8/2021).
Dia menceritakan, awal mula warga desa menemukan gua tersebut juga tidak disengaja. Awalnya penduduk dari Pulau Miang yang ingin bertani dan berkebun. Maka beberapa warga coba membuka lahan di Desa Selangkau. Dulunya kawasan di sekitar gua sangat rimbun, hingga tak terlihat bentuk goa.
Warga di sana cukup menyayangkan. Katanya, gua yang dulunya menjadi andalan, kini sudah hancur. Bahkan dari laporan, mata air mulai terputus.
“Inilah gua kami, Yang dulunya indah, penuh dengan bakau, pemandangan yang indah, sekarang seperti kolam lele. Gua kita sudah jadi tambang. Gak bisa naik (ke atas gua) orang-orang,” pungkasnya.
[El | NON]
Related Posts
- Hasil Survei LSI Strategi di PIlkada Kutim 2024: Ardiansyah Sulaiman-Mahyunadi 45,75%, Kasmidi Bulang-Kinsu 34,75%
- Kemenkes RI Apresiasi Peran PT Indexim Coalindo dalam Percepatan Penurunan Stunting
- Perkuat Promosi Kesehatan Masyarakat, PT Indexim Coalindo dan BLUD Puskesmas Kaliorang Kembali Gelar Cerdas Cermat Antarkader Posyandu
- Cerita Nor Ipansyah Warga Kutai Timur, Ubah Lahan Tidur Kembali Produktif
- Isran Noor Raih Dukungan Penuh di Kutai Timur