Nasional

Pakar BMKG Ingatkan Ancaman Bencana akibat Perubahan Iklim dan Siklon Tropis

Network — Kaltim Today 06 Desember 2025 07:56
Pakar BMKG Ingatkan Ancaman Bencana akibat Perubahan Iklim dan Siklon Tropis
Ilustrasi banjir. (BNPB)

Kaltimtoday.co - Hujan ekstrem yang memicu banjir dan longsor di berbagai wilayah Sumatra kembali menjadi sorotan. Mantan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menilai bahwa kejadian tersebut bukan lagi sekadar fenomena cuaca biasa. Ia menyebut perubahan iklim dan kemunculan siklon tropis dengan pola yang tidak lazim sebagai faktor terbesar meningkatnya risiko bencana di kawasan tersebut.

Dwikorita menjelaskan bahwa ada dua pemicu utama yang memperparah situasi. Pertama, intensitas hujan yang jauh lebih tinggi dari normal karena dipengaruhi sistem siklon tropis. Kedua, kondisi geologi Sumatra yang rawan, mengingat pulau ini terbentuk dari lempeng tektonik dasar laut sehingga banyak wilayah memiliki struktur batuan yang retak.

“Kalau ada gempa kecil, bisa langsung longsor,” ujarnya saat berbincang di Yogyakarta, Jumat (5/11/2025).

Ia menerangkan bahwa longsoran tanah dapat menutup aliran sungai dan membentuk bendungan alami. Ketika bendungan tersebut jebol, banjir bandang serta material lumpur dan batu berpotensi menghantam permukiman baik di hulu maupun hilir.

Lebih jauh, Dwikorita menegaskan bahwa pola siklon tropis beberapa tahun terakhir menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Siklon kini kerap muncul di jalur yang sebelumnya tidak menjadi lintasan, bahkan melintasi daratan dan pulau-pulau besar.

Hujan lebat disertai angin kencang berlangsung selama beberapa hari, berbeda dari hujan musiman yang umum terjadi. Fenomena tersebut terlihat pada beberapa kejadian terbaru yang dikategorikan sebagai anomali siklon tropis.

Beberapa contoh yang sempat tercatat adalah Siklon Seroja dan Siklon Cempaka, yang keduanya menunjukkan pergerakan tak lazim. Dwikorita memperingatkan bahwa pola serupa berpotensi meningkat, terutama menjelang puncak musim hujan akhir 2025 hingga awal 2026.

Ia menekankan bahwa tanpa upaya mitigasi yang kuat, risiko bencana dapat semakin besar. Pemerintah dan masyarakat diminta memperbaiki tata ruang, memperluas kawasan resapan, serta memperkuat sistem peringatan dini.

“Bukan sekadar soal curah hujan ekstrem, tetapi kombinasi cuaca dan kondisi alam membuat Sumatra seperti bom waktu,” katanya.

Menurutnya, kondisi saat ini berbeda dengan bencana alam biasa. Jika penyebabnya murni faktor alam tanpa pengaruh aktivitas manusia, dampaknya tidak akan sebesar sekarang.

Dengan melihat kejadian terkini, Dwikorita mendorong diterapkannya langkah adaptasi dan mitigasi yang lebih serius, mulai dari pengetatan kebijakan lingkungan, penghijauan kembali, pelarangan alih fungsi hutan di area sensitif, hingga edukasi masyarakat mengenai bahaya hujan ekstrem dan munculnya siklon tropis.

Ia mengingatkan bahwa perubahan cuaca yang semakin cepat menuntut Indonesia untuk belajar dari pengalaman sebelumnya. Menjaga kelestarian alam dan memperkuat kesiapsiagaan bencana menjadi kunci agar masyarakat lebih siap menghadapi risiko di masa mendatang.

Peringatan dari Dwikorita, lanjutnya, bukan sekadar data teknis, tetapi ajakan nyata agar semua pihak bergerak sejak sekarang demi mencegah lebih banyak korban jiwa di masa depan.

[RWT]



Berita Lainnya