Samarinda
Pasar Segiri Tetap Buka, Pedagang: Sehari Tidak Jualan, Mau Makan Apa?
Kaltimtoday.co, Samarinda - Arahan untuk berdiam diri di rumah selama Sabtu dan Minggu memicu kepanikan sebagian besar masyarakat. Salah satu contohnya, terbukti sejak Jumat kemarin banyak orang menyambangi Pasar Segiri untuk membeli bahan dan kebutuhan pokok. Panic buying pun terjadi.
Berdasarkan pantauan Kaltimtoday.co pada Sabtu pagi, Pasar Segiri memang terlihat lebih lengang dibanding biasanya. Beberapa pedagang masih berjualan. Namun ada pula beberapa lapak yang kosong alias tutup.
Salah satu pedagang tahu, tempe, dan kecambah, Rofik menyampaikan, sampai saat ini belum ada pemberitahuan resmi dari UPT Pasar Segiri terkait tutup atau tidaknya pasar. Menurutnya, Pasar Segiri tak bisa ditutup karena merupakan pasar induk. Keluar-masuknya barang terjadi di Pasar Segiri.
"Misalkan barang itu sudah disuplai mulai 3-4 hari yang lalu, ya enggak bisa (pasar ditutup). Apalagi kalau pengiriman barang dari Jawa dan pakai kapal, itu membutuhkan waktu lama," ungkap Rofik pada Sabtu (6/2/2021).
Biasanya, tiap Sabtu dan Minggu Rofik mesti berjualan mulai pagi sampai sore. Khusus untuk hari ini, tahu dan tempe yang dia jual sudah telanjur diolah sekitar 4 hari lalu. Sedangkan pengolahan kecambah memakan waktu selama 3 hari sehingga penjualannya tak bisa ditunda. Namun besok, Rofik memutuskan untuk tidak berjualan dulu.
"Instruksi itu baru keluar mendadak. Sedangkan semua bahan jualan sudah jadi semua. Jadi enggak bisa kalau enggak dijual," lanjutnya.
View this post on Instagram
Kondisi pasar yang ramai kemarin juga diketahui olehnya. Hal ini menuai beragam tanggapan dari masyarakat, khususnya para pedagang yang mengeluhkan seandainya selama akhir pekan benar-benar dilarang berjualan, mereka bingung mendapatkan pemasukan dari mana.
"Selama belum ada obatnya, susah untuk menghentikan Covid-19 ini. Vaksin juga tidak bisa mencegah penularan. Kalau pun sudah disuntik vaksin, tetap bisa tertular," keluh Rofik.
Rofik juga mengeluhkan harga kedelai yang kian melonjak. Januari lalu, 1 karung kedelai dipatok Rp 480 ribu. Sekarang, sudah di atas Rp 500 ribu. Omzet penjualannya pun terancam merosot jika penutupan terjadi.
"Kalau bisa jangan ditutup. Kalau orang pekerja mereka bisa digaji. Sementara kita, harus cari uang tiap hari untuk makan. Kalau sehari enggak jualan, mau makan apa?" beber Rofik.
Senada dengan Rofik, salah satu pedagang cabai bernama Arifin juga mengaku belum ada edaran resmi terkait penutupan pasar. Menurutnya, banyak barang yang baru datang sehingga jika ditutup mendadak, itu tak bisa dilakukan.
Misalkan memang ingin ditutup, menurutnya harus ada pemberitahuan lebih awal sehingga dia tak perlu membeli barang.
"Kalau hari ini sepi, kemarin itu ramai seperti lebaran. Pembeli itu takut, dikiranya tidak ada penjualan. Soalnya disuruh 2 hari di rumah, enggak kemana-mana," lanjut Arifin.
Seandainya ada instruksi resmi bahwa harus tutup, Arifin akan setop menyetok barang dan siap mengikuti aturan. Menurutnya, pemerintah punya niat yang baik terkait kebijakan ini. Namun cukup membingungkan pula baginya ketika instruksi itu dikeluarkan mendadak.
Sementara itu, Plt Kepala UPT Pasar Segiri, Abdul Azis menyebutkan bahwa belum ada arahan lebih lanjut terkait penutupan pasar sehingga, pihaknya pun masih memperbolehkan pedagang untuk berjualan hari ini.
"Belum ada arahan. Iya, pedagang masih boleh jualan," ungkapnya singkat melalui pesan WhatsApp pada Sabtu (6/2/2021) pagi.
[YMD | RWT]