Headline

Tenun Sarung Samarinda Masih Terus Eksis, Marhumi Utamakan Pewarna Alami

Kaltim Today
28 Oktober 2021 11:27
Tenun Sarung Samarinda Masih Terus Eksis, Marhumi Utamakan Pewarna Alami
Marhumi masih terus menenun, terlebih saat KUB Putri Mahakam dibentuk pada 2011. (Yasmin/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Dari sekian banyak penenun di Kampung Tenun, Samarinda Seberang, ada 1 penenun dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Putri Mahakam.

Dia adalah Marhumi. Sudah belajar menenun sejak 1988 dan diajari oleh orangtuanya di Sulawesi Selatan. KUB Putri Mahakam dibentuknya pada 2011.

"Pertamanya belajar pakai alat tenun gedogan. Tapi makin ke sini, ada alat tenun bukan mesin (ATBM). KUB ini juga binaan dari Pemkot," ungkap Marhumi saat ditemui di kediamannya, Rabu (27/10/2021).

Di KUB Putri Mahakam, ada 12 penenun yang bergabung. Meski di sekitar kediamannya juga banyak orang yang menekuni tenun Samarinda, namun kelebihan sarung Samarinda yang dibuat Marhumi terletak pada pewarnaan alami. Diakuinya, pewarnaan alami dipelajarinya ketika mengikuti pelatihan-pelatihan tertentu. Kemudian, Marhumi langsung mempraktekkannya.

"Setelah latihan, saya langsung praktek. Membuat warna alami itu lebih memakan waktu. Kalau warna alami itu buatnya harus berulang-ulang, bisa 2 hari. Kalau warna kimia kan, sekali celup sudah selesai," lanjut Marhumi.

Sarung Samarinda dengan beragam motif buatan Marhumi sudah pernah dibeli oleh orang-orang dari luar Kaltim. (Yasmin/Kaltimtoday.co)
Sarung Samarinda dengan beragam motif buatan Marhumi sudah pernah dibeli oleh orang-orang dari luar Kaltim. (Yasmin/Kaltimtoday.co)

Bahan dasar pewarna alami itu bisa didapatkan dari kayu mengkudu, ulin, kulit bawang merah, putri malu, daun ketapang, dan daun karamunting. Dari sekian bahan tersebut, kayu mengkudu jadi yang paling sulit untuk didapatkan. Sarung yang menggunakan warna alami tentu lebih bagus.

Selera tiap pembeli juga berbeda. Ada yang memang mencari sarung dengan warna alami, pun kimia juga tak jadi masalah. Harga per sarung dibanderol mulai Rp 400 ribu hingga 450 ribu. Pembeli kebanyakan datang dari seputaran Kaltim. Namun ada juga pembeli yang berminat dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Termasuk ke Batam dan Dumai.

"Secara online itu dijual melalui Facebook dan WhatsApp. Tapi ada juga yang datang langsung ke rumah," tambah Marhumi.

Motif yang dibuat Marhumi bermacam-macam. Kebanyakan motif sudah ada contohnya atau sesuai permintaan calon pembeli. Pun perihal warna juga bergantung pada selera masing-masing orang. Namun, banyak pembeli yang menyukai warna-warna cerah seperti merah, hijau, ungu tua, dan ungu muda. Sejauh ini, per hari dia bisa membuat 1 sarung. Biasanya selesai dalam waktu sekitar 2 hari.

Disperin Samarinda juga mendukung dalam hal pembinaan. Selama ini, Marhumi merasa terbantu oleh Disperin Samarinda. Sebab dirinya sering diajak mengikuti pameran, pelatihan, bimtek, bahkan bantuan berupa bahan baku dasar membuat sarung, yakni benang.

"Saya berharap, semoga meski usia saya sudah tua, tapi usahanya bisa makin maju. Namanya kami ini pengrajin, jadi harus bisa terus membuatnya," beber Marhumi.

Jika berminat untuk memiliki salah satu sarung buatan Marhumi, Anda bisa mengontaknya langsung ke nomor 085250311479 atau mengunjungi rumahnya yang berada di Jalan Pangeran Bendahara, Gang Pertenunan, RT 02 Nomor 58, Samarinda Seberang.

[YMD | ADV DINAS PERINDUSTRIAN]



Berita Lainnya