Samarinda

Tim Forensik Lakukan Autopsi Jenazah Napi yang Diduga Menjadi Korban Pengeroyokan

Kaltim Today
12 Februari 2020 21:34
Tim Forensik Lakukan Autopsi Jenazah Napi yang Diduga Menjadi Korban Pengeroyokan
Tim forensik RSUD AW Sjahranie bersama tim Inafis Polresta Samarinda melakukan proses autopsi jenazah Ahmad Syukur, Rabu (12/2/2020)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Sehari setelah kematian Ahmad Syukur (35) yang penuh kejanggalan, sebagai warga binaan Lapas Kelas IIA Samarinda, tim forensik RSUD AW Sjahranie bersama tim Inafis Polresta Samarinda akhirnya melakukan proses autopsi, Rabu (12/2/2020) pukul 11.00.

Tindakan ini diambil, berdasarkan hasil persetujuan mendiang keluarga yang diwakili Sugianto (44), kakak kandung Ahmad Syukur. Selama tiga jam, tim forensik terus bekerja. Untuk memastikan semua dugaan dan penyebab kematian pasti dari Ahmad Syukur yang diduga sebagai korban pengeroyokan.

Satu jam berselang setelah proses autopsi dilaksanakan. Awak media menjumpai Kepala Instalasi Forensik RSUD AW Sjahranie, dr Kristins Uli Gultom menuturkan, secara pandang mata saat autopsi, dirinya belum menemukan tanda kekerasan di tubuh Ahmad Syukur.

[irp posts="11207" name="Meninggal karena Gangguan Ginjal atau Dikeroyok di Dalam Lapas? Keluarga Mantan Napi Samarinda Lapor ke Polisi"]

"Di bagian kaki, perut dan dada pas dibuka banyak cairan. Kalau tanda-tanda kekerasan tidak ada," tuturnya.

Lebih jauh dikatakannya, pada bagian paru dan ginjal, ada ditemukan beberapa kejanggalan. Namun, hal tersebut belum bisa dipastikan hingga hasil uji laboratorium telah selesai, sekira dua hingga tiga pekan ke depan.

Sedangkan lebam yang ada di sekujur bagian belakang jenazah Ahmad Syukur, menurut penjelasan medis Kristina, hal itu bisa sangat memungkinkan.

"Lebam itu tanda pasti kematian yang timbul pertama kali saat jenazah meninggal," jelasnya.

Tepatnya, sekitar 30 menit pada fase setelah kematian jenazah. Sedangkan posisi jenazah ketika meninggal dalan keadaan terlentang, yang mana akan membuat darah menumpuk dan menggumpal mengikuti gravitasi.

 Kepala Instalasi Forensik RSUD AW Sjahranie, dr Kristins Uli Gultom. 
 Kepala Instalasi Forensik RSUD AW Sjahranie, dr Kristins Uli Gultom. 

"Karena komponen darah mengumpul di situ, warnanya mungkin di awal merah keunguan. Tapi itu bisa terus berubah karena proses pembusukan sudah terjadi," bebernya.

Selain itu, Kristina juga mengatakan, kalau sejauh ini dirinya belum bisa memastikan kematian dari Ahmad Syukur. Persoalan ini, membutuhkan waktu dan pengkajian lebih jauh untuk mengungkapnya secara pasti.

"Masih tunggu hasil dari kecocokan rekam medisnya dan hasil lab-nya," imbuhnya.

Sedangkan sampel yang diambil untuk pengakajian uji laboratorium, tim forensik mendapatkannya dari organ paru dan ginjal. Kedua organ dalam ini pun, kata Kristina juga mengalami kelainan.

"Sudah mengeras dan ada benjolan-benjolan. Tapi itu semua baru analisa awal dan akan diketahui pastinya setelah hasil keluar," tandasnya.

Sementara itu, Sugianto yang juga dijumpai di ruang jenazah sesaat setelah tubuh mendiang sang adik dinaikkan ke mobil ambulan, menuturkan kekecewannya. Kepada awak media, analisa awal dari tim forensik RSUD AW Sjahranie dianggap tidak sesuai dengan fakta yang keluarga temukan.

Sugianto (44), kakak kandung Ahmad Syukur saat dijumpai awak media.
Sugianto (44), kakak kandung Ahmad Syukur saat dijumpai awak media.

"Jawaban dokter tadi kami anggap kurang memuaskan," tegasnya

"Tindakan selanjutnya, tetap secara hukum. Kami masih menunggu hasilnya keluar," sambung Sugianto secara singkat.

Terpisah, Kapolresta Samarinda Kombes Pol Arief Budiman mengatakan, jajarannya telah melakukan tindakan lanjut dari laporan resmi yang telah dibuat oleh pihak keluarga Ahmad Syukur.

"Semua barang bukti terkait dengan itu (CCTV) kami amankan. Termasuk perawat yang menyatakan bahwa, yang bersangkutan memang sakit. Yang bersangkutan kurang bergaul dengan yang lainnya, kami ambil semua keterangan itu," beber Arief saat dijumpai di Polresta Samarinda.

Meski telah menghimpun sejumlah alat bukti, untuk memecahkan perkara ini, namun dengan tegas Arief menuturkan, semua akan lebih jelas saat hasil autopsi sudah keluar.

"Saksi-saksi yang dimintai keterangan ada sepuluh orang. Kasus ini masih dalam pendalaman dan penyelidikan kami," pungkasnya.

[JRO | RWT] 


Related Posts


Berita Lainnya