Kaltim
BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem di Kalimantan, Jawa, dan Sumatera
Kaltimtoday.co, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan masih akan terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hingga tiga hari kedepan (3-5 Februari 2021).
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, Rabu (3/2/2021) menjelaskan, kondisi tersebut diakibatkan Daerah Pertemuan dan Perlambatan Kecepatan Angin (Konvergensi) yang terpantau memanjang di Selat Malaka, di perairan Barat Bengkulu, dari Jambi hingga Pesisir Selatan Jawa Timur, di Kalimantan Barat bagian utara dan timur, di Kalimantan Utara hingga Kalimantan Timur, dari Selat Makassar hingga Sulawesi Tenggara, dari perairan Utara Papua Barat hingga Maluku Utara, di Laut Sulawesi bagian utara, dan di Papua.
Kondisi ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
Sementara labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengemukakan, perkembangan musim hujan saat ini tidak lepas dari pengaruh dampak perubahan iklim global.
"Juga pengaruh kondisi iklim regional, serta kondisi iklim ataupun cuaca setempat," kata Dwikorita.
Untuk itu, BMKG memberikan prakiraan cuaca prediksi dari 10 hari, 7 hari, dan 3 hari. Untuk prakiraan cuaca moda transportasi, BMKG bahkan mengeluarkan prediksi cuaca sampai 3 jam sebelumnya. Prediksi itu disampaikan berjenjang mengingat perkembangan cuaca yang sewaktu-waktu bisa berubah.
"Jadi apabila ada perubahan sewaktu-waktu kami keluarkan peringatan dini cuaca ekstrem, itu artinya perubahan seketika yang terdeteksi dari Radar ataupun dari satelit," ungkapnya.
Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan cuaca sewaktu-sewaktu, lanjutnya, salah satunya disebabkan oleh kondisi topografi di wilayah Indonesia yang sangat kompleks.
"Adanya angin yang dari Asia, ada yang dari Australia, ada yang dari sepanjang ekuator, ada dari Samudra Hindia, dari Samudra Pasifik, bahkan juga saat ini termonitor adanya serua udara dingin dari dataran tinggi Tibet yang tiba-tiba muncul dan menimbulkan cuaca ekstrem. Jadi faktornya adalah kondisi atmosfer yang sangat dinamis dipengaruhi oleh dua benua dan dua samudra serta kondisi lokal di Indonesia," jelasnya.
Terkait cuaca ekstrem di wilayah Indonesia, Kepala BMKG mengatakan, meski puncak musim hujan pada mayoritas wilayah Indonesia terjadi pada Januari-Februari 2021, namun secara keseluruhan wilayah diprediksi akan terjadi sampai April 2021.
"Kondisi demikian tentunya juga berdampak pada semua sektor transportasi. Pembentukan awan-awan Comulonimbus (CB) dengan kondisi dinamika atmosfer seperti yang dijelaskan tadi sangat intensif puncaknya di Januari-Februari untuk wilayah Indonesia Barat atau Tengah, tetapi wilayah Indonesia lainnya baru mulai memasuki puncak pada Maret-April 2021, jadi panjang rentangnya," ucap Dwikorita.
[TOS]
Related Posts
- Hujan dan Angin Kencang Robohkan Atap Gedung RSUD AM Parikesit, Tak Ada Korban Jiwa
- BPBD PPU Siapkan Langkah Antisipasi Menghadapi Banjir di Musim Penghujan
- BPBD PPU Waspadai Potensi Banjir Akibat Kenaikan Air Laut dan Hujan Lebat di Akhir Tahun
- BPBD PPU Siaga Hadapi Potensi Banjir di Musim Penghujan
- Antisipasi Kenaikan Air Laut dan Curah Hujan, BPBD PPU Siaga Hadapi Potensi Banjir