Headline
Gelora Kaltim Dipimpin Hadi Mulyadi, Pengamat: Tetap Kerja Berat
Kaltimtoday.co, Samarinda - Partai Gelora baru saja diresmikan. Anis Matta menjadi ketua umum. Didampingi Fahri Hamzah sebagai wakil ketua umum. Di Bumi Etam, Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim Hadi Mulyadi ditunjuk sebagai ketua dewan pimpinan wilayah (DPW).
Sebagai partai baru, Gelora sudah punya target tinggi tahun depan. Mereka menargetkan ikut serta dalam Pilkada Serentak 2020. Target ini bukan main-main. Mereka harus bersaing dengan partai politik yang sudah mapan saat ini. Ditambah sama sekali tidak punya kursi di parlemen karena merupakan partai baru.
Pengamat Politik dari Universitas Mulawarman (Unmul) Luthfi Wahyudi mengatakan, mesk diisi oleh sejumlah nama-nama besar, seperti Anis Matta, Fahri Hamzah, Deddy Mizwar, dan Kaltim Hadi Mulyadi, Partai Gelora tidak akan serta-merta mendominasi perpolitikan di level nasional maupun daerah. Perlu waktu agar Partai Gelora bisa mendominasi dan meraih posisi-posisi strategis.
"Partai Gelora butuh waktu untuk berproses, tapi kehadiran Hadi Mulyadi di Kaltim adalah keuntungan tersendiri bagi Partai Gelora," kata Luthfi.
Dikatakannya, Partai Gelora baru akan dideklarasikan sebagai partai politik tahun depan. Tapi sudah punya modal politik yang cukup jika dibandingkan dengan partai lain. Sejumlah elit di Partai Gelora merupakan orang-orang yang pernah eksis dan punya basis massa saat masih di PKS.
"Mereka punya kelebihan jika dibandingkan dengan partai lain," ujarnya.
Meski begitu, menurut Luthfi, kemenangan Hadi Mulyadi bersama Isran Noor di Pilgub Kaltim 2018tidak bisa dipungkiri karena sumbangsih kader militan PKS. Meski Hadi Mulyadi punya basis massa sendiri, tapi tidak serta-merta kepindahan Hadi Mulyadi dari PKS ke Gelora akan diikuti oleh kader-kader PKS di Kaltim.
"Gelora sudah punya basis massa di akar rumput, mereka eks PKS terutama yang menjadi loyalis Anis Matta dan Fahri Hamzah," sebutnya.
Meski Anis Matta membentuk partai baru, diikuti Hadi Mulyadi di Kaltim, pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unmul ini yakin, PKS akan tetap eksis, bahkan di momentum Pilkada Serentak 2020. PKS punya kursi di parlemen. Bisa mengusung calon dengan berkoalisi dengan partai lain. Sementara Gelora, meski dipimpin Hadi Mulyadi dengan nama besar dan pengaruhnya tetap tidak bisa mengusung calon di pesta demokrasi tahun depan.
Sebelum terjadi perpecahan, lanjutnya, PKS menjadi partai yang sangat terukur jumlah massanya. Bisa dihitung. Jelas. Belum lagi ditambah dengan simpatisan.
"Menurut saya, kekuatan Gelora tidak akan terlalu besar. Meskipun diisi nama-nama besar," tuturnya.
Alasannya, tidak semua tokoh di PKS berpindah. Apalagi untuk punya kekuatan besar di politik, Gelora butuh nama-nama besaar lain dan sumber daya yang mencukupi.
"Kalau melihat jumlah tokoh berpindah tidak akan sampai lima puluh persen. Sehingga saya tidak yakin itu diikuti masa yang besar," tuturnya.
Sementara pada waktu lalu. Ketika PKS masih bersatu, mereka untuk memenangkan kontestasi saja masih agak sulit. Apalagi saat ini sudah terjadi perpecahan.
"PKS akan tetap diperhitungkan. Sekalipun tidak dipungkiri ada tokoh besar di PKS lainnya yang juga berpindah ke Gelora," bebernya.
[JRO | TOS]