Samarinda
Groundbreaking Dahana Masih Tunggu Jadwal Menteri BUMN Terbaru
Kaltimtoday.co, Bontang – Pabrik bahan peledak masih belum dilakukan ground breaking. Pasalnya, pihak PT Dahana berencana mendatangkan Menteri BUMN. Sementara Menteri BUMN sebelumnya Rini Soemarno belum terjadwalkan, namun sudah terganti oleh Menteri BUMN terbaru dari Kabinet Indonesia Maju, yakni Erick Tohir yang masih belum diagendakan kedatangannya ke Bontang.
“Dengan gantinya menteri baru, mereka masih perlu reschedule ulang jadwal groundbreaking,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Bontang Puguh Hardjanto.
Secara prinsip, lanjut Puguh, segala perizinan milik PT Dahana sudah rampung semua. Mereka sudah bisa melakukan pekerjaan konstruksinya, namun memang karena masuk BUMN maka perlu menghadirkan Menteri BUMN untuk memulai pembangunan.
“Amdal, dan IMB milik PT Dahana sudah rampung sejak September, dan sempat dijadwalkan Oktober untuk groundbreaking,” ujarnya.
Pabrik bahan peledak merupakan perusahaan kerja sama patungan antara PT Pupuk Kaltim dan PT Dahana (Persero) dengan membuat proyek pembangunan pabrik amonium nitrat, sehingga kontraktor operasionalnya yakni Pt Kaltim Amonium Nitrat (KAN). Pabrik tersebut akan memproduksi bahan baku utama dalam industri bahan peledak yang mendukung kegiatan industri pertambangan terutama batu bara.
Seperti dikutip dari Republika.co.id, Direktur Utama PT Dahana Budi Antono mengatakan, teknologi yang digunakan di pabrik ini dipilih berdasarkan kajian teknologi atas licensor-licensor yang telah dilakukan dan direkomendasikan oleh BPPT.
Sementara untuk pemilihan perusahaan EPC dilakukan melalui mekanisme tender internasional dan telah ditunjuk konsorsium Wijaya Karya-Sedin sebagai pelaksana pembangunan pabrik AN ini. Mengenai nilai investasi, Budi mengestimasi nilai proyek pabrik Amonium Nitrat ini senilai Rp 1,1 triliun.
“Amoniak sebagai satu-satunya bahan baku disamping udara akan disuplai dari PT Pupuk Kalimantan Timur sesuai dengan kebutuhan. Proyek ini diharapkan pada 2021 sudah dilaksanakan commisioning,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Ahad (7/4/2019).
Soal pemasaran, Budi menyebut, pasar yang dibidik terutama pasar dalam negeri. Produk yang dihasilkan dari pabrik ini, akan dimanfaatkan seluruhnya oleh Dahana untuk substitusi impor pemenuhan pasar Dahana, sehingga dapat menghemat devisa negara.
Dia menjelaskan pembangunan pabrik AN akan menjadi katalisator bagi tumbuh dan kembangnya industri turunannya, baik untuk sektor komersial maupun pertahanan.
“Dengan kehadiran Pabrik Amonium Nitrat, kemandirian industri bahan peledak yang terlepas dari impor menjadi sebuah keniscayaan khususnya industri pertahanan yang berujung pada kemandirian Alutsista Nasional,” ungkapnya.
Komplek Pabrik ini direncanakan memiliki kapasitas produksi 75.000 ton AN pertahun yang terdiri dari pabrik AN dan Pabrik Asam Nitrat serta sarana pendukungnya.
[RIR | RWT | ADV]