Opini
Harga Diri atau Gengsi
Oleh: Sri Nabila Andayani (Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Fakultas Adab dan Bahasa, Program Studi Tadris Bahasa Indonesia)
Makan dan minum merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk bertahan hidup. Kedua hal tersebut merupakan hal sederhana yang relatif murah dan mudah untuk dipenuhi. Namun, di zaman sekarang keduanya tak lagi sesederhana itu bagi sebagian orang sejak gengsi mulai ada di antara kebutuhan hidup dan terbentuklah gaya hidup.
Ketika kebutuhan hidup sudah menjadi gaya hidup maka yang sedang kita beli tidak hanya makanan dan minuman, tetapi juga membeli gengsi.
Begitulah kutipan yang saya dapat dari buku Hidup Itu Murah Yang Mahal Gengsi Kita. Buku tersebut merupakan karya terbaru Sabrina Ara yang terbit tahun 2023 oleh penerbit Syalmahat Publishing.
Penulis buku, Sabrina Ara atau lebih dikenal dengan nama lengkap Sabrina Woro Anggraini Listyo merupakan seorang yang aktif dan berprestasi di dunia modeling dan sempat mewakili provinsi Riau sebagai Putri Indonesia dan keluar sebagai Top 3 Best Traditional Costume. Sabrina merupakan alumni lulusan Ilmu Komputer UGM dan beberapa kali meraih gelar di bidang IT dan sekarang sedang melanjutkan Studi S2 nya di Amerika. Selain itu masih banyak lagi prestasi yang ia raih baik di bidang akademik maupun non-akademik.
Dari sepak terjang itulah Sabrina mendapat pengalaman dan menempuh banyak peristiwa dalam hidupnya. Pembelajaran yang ia dapat dari jalan kehidupan ia jadikan karya dalam bentuk buku-buku motivasi. Sudah ada tujuh buku yang terbit dari tahun 2019 dan setiap buku nya memiliki tema yang berbeda. salah satunya adalah buku Hidup Itu Murah Yang Mahal Gengsi Kita yang bertema tentang gengsi.
Baru kata pengantar saja sudah terlihat bahwa penulis menggambarkan dengan baik seperti apa gengsi itu akhirnya menundukkan manusia. Hal ini dibuktikan dengan kalimat di bawah ini yang diambil dari kata pengantar.
“Misalnya, bagi kalangan berduit mungkin tidak jadi masalah besar untuk membeli segelas kopi di Starbucks setiap hari. Namun, bagi orang-orang yang memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup maka itu akan berakhir menjadi sebuah masalah.”
Buku ini menggambarkan fenomena gengsi yang sangat diagung- agungkan di zaman sekarang. Banyak orang berbondong-bondong menjadi yang tertinggi dari orang lain demi menjaga yang mereka bilang sebagai harga diri. Mengikuti tren yang tidak ada habisnya, melakukan hal-hal yang tidak penting, dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Seolah manusia kini menjadi boneka dan gengsi sebagai penggeraknya.
Gengsi sering sekali merujuk pada harga diri. Keduanya memang berkaitan namun sebenarnya memiliki perbedaan yang jelas. Manusia sekarang rela melakukan apapun demi menjaga gengsi yang mereka sebut dengan harga diri, walaupun sebenarnya apa yang mereka lakukan itu membuat mereka sendiri kesulitan.
Gengsi ada di setiap diri manusia. Maka perlu bagi kita untuk mulai berpikiran luas tentang gengsi yang berada dalam diri masing-masing. Jangan sampai gengsi itu mengakar dan sulit untuk dikendalikan. Mulailah mengurangi gengsi agar hidup lebih berarti.
Sebenarnya gensi tidak selalu mengarah pada hal-hal negatif. Gengsi bisa jadi mengarah pada hal baik jika dilakukan pada situasi dan kondisi yang tepat. Maka bisa dikatakan bahwa gengsi itu diperbolehkan jika kondisi dan situasinya pas dan tidak berlebihan.
Dalam buku Hidup Itu Murah Yang Mahal Gengsi Kita, pembaca akan diberikan teori tentang gengsi, harga diri, ciri-ciri manusia gengsian dan dampak dari gengsi itu sendiri pada bab awal. Lalu penulis juga memberikan 12 tips mengatasi gengsi pada bab terakhir. Selain itu buku ini juga dilengkapi dengan contoh dampak dari gengsi dalam bentuk cerita sederhana yang sering kali kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu saja membuat buku ini semakin menarik untuk dibaca. Selain itu terselip juga kata-kata motivasi yang sangat bermakna dan mudah dipahami.
Setelah kebohongan sudah menjadi kebiasaan, apakah kau yakin masih mengenali diri sendiri? Seringkali gengsi justru membuatmu kehilangan jati diri.
Selain itu terdapat juga kutipan motivasi dari beberapa tokoh seperti Konfusius, Allan Lokos, John Wood, Geulbaewoo, Mark Manson, Soren Kierkegaard, dan Paulo Coelho.
Buku ini sangat-sangat disarankan untuk dibaca bagi kalian yang ingin mulai merubah diri menjadi lebih baik dengan mengurangi gengsi demi meningkatkan kualitas hidup. Dan bagi kalian yang kewalahan menghadapi gengsi yang melampaui batas dan sering kali menimbulkan rasa gelisah karena tekanan sosial yang tidak ada habisnya.
Orang bijak, tidak hidup di masa lalu ataupun di masa depan. Ia berada di masa sekarang untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Karena ia tahu bahwa masa kini lah waktu yang berada dalam kendali dirinya,” Sabrina Ara.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.