Advertorial

Hetifah Dorong Perguruan Tinggi Maksimalkan AI untuk Transformasi Pembelajaran

Defrico Alfan Saputra — Kaltim Today 03 Desember 2025 16:46
Hetifah Dorong Perguruan Tinggi Maksimalkan AI untuk Transformasi Pembelajaran
Workshop Pemanfaatan Kecerdasan Buatan untuk Transformasi Pembelajaran di Pendidikan Tinggi di UWGM Samarinda. (Defrico/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk lebih serius memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sebagai bagian dari transformasi pembelajaran. Ia menegaskan bahwa pemanfaatan AI bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di era digital.

Hetifah menjelaskan bahwa perkembangan teknologi berjalan sangat cepat, sementara dunia kerja menuntut keterampilan baru yang relevan dengan ekonomi digital. 

"Kampus harus menjadi aktor utama dalam mencetak talenta yang memiliki literasi digital kuat dan mampu beradaptasi dengan perubahan pasar kerja," bebernya.

Dalam paparannya, ia menyoroti bahwa transformasi pendidikan tinggi dapat dipercepat melalui penggunaan AI, mulai dari perencanaan pembelajaran, asesmen, hingga pengembangan metode belajar yang lebih efektif. AI dinilai mampu membantu dosen meningkatkan efisiensi waktu dan memberikan umpan balik yang lebih akurat kepada mahasiswa.

Hetifah juga menekankan bahwa AI bukan bertujuan menggantikan peran pendidik, melainkan menjadi alat bantu untuk meningkatkan kualitas pengajaran. 

"Dengan pemanfaatan yang tepat, AI dapat berfungsi sebagai asisten belajar virtual yang membantu mahasiswa memahami materi secara lebih personal dan cepat," tuturnya.

Ia menyebutkan bahwa beberapa fungsi AI yang penting untuk diadopsi kampus antara lain pembuatan konten pembelajaran yang dipersonalisasi, pengolahan data akademik, dan dukungan terhadap riset. AI juga dapat mempermudah mahasiswa dalam studi literatur serta penulisan akademik melalui analisis referensi yang lebih efisien.

Namun, Hetifah mengingatkan bahwa adopsi AI harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi digital civitas akademika. Menurutnya, teknologi secanggih apa pun tidak akan berdampak apabila dosen dan mahasiswa tidak dibekali kemampuan memadai dalam mengoperasikannya.

Menurutnya, tantangan terbesar dalam digitalisasi kampus adalah kesiapan infrastruktur, budaya akademik, serta standar keamanan data. Karena itu, ia mendorong pemerintah, perguruan tinggi, dan penyedia teknologi untuk menjalin kolaborasi yang seimbang demi memastikan penggunaan AI berlangsung aman dan etis.

Ia juga mengajak semua pihak untuk memandang AI sebagai peluang, bukan ancaman. Teknologi harus menjadi alat bantu kreatif yang mempermudah pekerjaan pendidik dan mempercepat proses pembelajaran mahasiswa.

“Kami ingin perguruan tinggi mampu bergerak cepat sehingga Indonesia tidak tertinggal dalam kompetisi global berbasis teknologi," tutupnya.

[RWT | ADV] 



Berita Lainnya