Kaltim

IDAI Kaltim Serukan Pentingnya Imunisasi Dasar untuk Anak, Target Capaian Terus Dikejar Selama BIAN

Kaltim Today
09 Agustus 2022 20:12
IDAI Kaltim Serukan Pentingnya Imunisasi Dasar untuk Anak, Target Capaian Terus Dikejar Selama BIAN
Ketua IDAI Kaltim, dr Diane Meytha Supit, SpA (K). (IST)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Saat ini Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) sedang berjalan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltim pun turut menyosialisasikan mengenai BIAN agar sampai ke seluruh kalangan masyarakat. Terutama orangtua. Sebab pemberian imunisasi terhadap anak sangatlah krusial.

Ketua IDAI Kaltim, dr Diane Meytha Supit, SpA (K) mengungkapkan bahwa, BIAN adalah upaya pemberian imunisasi yang dilaksanakan secara terintegrasi. Alias terdiri dari 2 kegiatan. Pertama ada kegiatan imunisasi tambahan Campak-Rubella (MR) dan imunisasi kejar. Disebutkan Diane, pelaksanaannya sudah terbagi menjadi 2 tahap.

"Awalnya kami di Kaltim dapat tahap pertama pada Mei 2022 dan sekarang Agustus 2022. Kalau imunisasi kejar artinya imunisasi yang harusnya anak itu dapat tapi dia tidak dapat. Akhirnya diberikan pada saat ini," ungkap Diane saat dihubungi via telepon, Selasa (9/8/2022).

Sebagai contoh, ada anak yang seharusnya diberikan imunisasi MR, namun anak tersebut tidak dikasih pada saat usianya 2 tahun maka ketika usianya sudah 2,5 tahun imunisasi itu sudah harus diberikan. Itulah gambaran imunisasi kejar.

"Kalau dulu ada dikenal Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), tapi sekarang BIAN yang digalakkan. Sebab BIAN ini bukan hanya di anak sekolah saja. Tapi juga untuk anak yang bukan usia sekolah. Jadi diberikan untuk semua anak," beber dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang pediatri sosial itu.

Terkait sasaran usia penerima vaksin Campak-Rubella tambahan ada di usia 9 bulan sampai kurang dari 12 tahun untuk Kalimantan. Lebih lanjut Diane menjelaskan untuk di Kaltim, sasarannya mulai 9 bulan sampai kurang dari 12 tahun. Sasaran itu pun akan berbeda di setiap provinsi.

Sedangkan untuk sasaran usia penerima imunisasi kejar, dimulai dari 12 bulan sampai 59 bulan yang tidak/lengkap imunisasi OPV, IPV dan DTP-HB-Hib. Meski sudah dilakukan sejak Mei lalu, namun Diane mengakui capaian yang didapat masih rendah. Terutama di tahap pertama yang terlaksana pada Mei. Untuk cakupan imunisasi Campak-Rubella per 5 Agustus 2022 di tingkat nasional, misalnya, itu masih berada di angka 50,6 persen. Sedangkan untuk di Kaltim, capaiannya masih 63,5 persen. Angka tersebut masih jauh dari capaian yang setidaknya harus di atas 80 persen.

"Kami perlu edukasi ini supaya mencapai target. Di tingkat nasional pun masih rendah. Bahkan untuk tahap dua di nasional masih 11,9 persen. Jadi memang masih rendah," lanjut Diane.

Dijelaskan Diane, sebenarnya masih ada beberapa masyarakat yang masih belum tahu perihal BIAN. Oleh sebab itu pihaknya berupaya untuk menggalakkan edukasi lebih lanjut. Sebagai informasi, kegiatan imunisasi memang agak terhambat sejak 2020 lalu akibat pandemi Covid-19. Sehingga, sejumlah kegiatan seperti di posyandu dan puskesmas pun tak berjalan dengan lancar. Termasuk pemberian imunisasi.

"Seharusnya masyarakat sudah lebih mengerti. Apalagi saat Covid-19, berdasarkan data itu tercatat 1,7 juta anak Indonesia yang belum mendapat imunisasi dasar. Jadi imunisasi tambahan ini sangat diperlukan," tegasnya.

Diane menambahkan, ada beberapa penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Misalnya difteri, tetanus, pertusis, tuberkulosis, hepatitis B, polio, rubella, hingga campak. Penyakit-penyakit tersebut sudah ada vaksinnya. Jika anak tak divaksin dan telanjur terkena penyakit-penyakit itu, maka gejalanya akan lebih buruk dibanding anak yang sudah menerima vaksin.

"Misalnya campak. Kalau anak mendapat vaksinnya dan terkena campak, mungkin gejalanya kulit merah-merah dan demam ringan. Tapi kalau tidak, bisa menyebabkan radang paru-paru hingga kematian. Jadi itu yang dicegah," imbuh Diane lagi.

Pada 2020, IDAI sudah mengeluarkan rekomendasi tentang jadwal imunisasi. Walhasil anak usia 0-18 tahun sudah ada jadwal imunisasinya. Sebagai contoh, untuk vaksin hepatitis B diberikan setelah lahir. Kemudian Vaksin BCG atau Bacillus Calmette–Guérin untuk mencegah tuberkulosis diberikan saat anak berusia 0-1 bulan. Sementara anak yang tak mendapatkan vaksin sesuai jadwalnya, maka dilakukan saat imunisasi kejar.

"Capaian di atas 80 persen memang sudah baik. Tapi kami ingin setidaknya 95 persen lah cakupannya. Artinya jangan sampai 80 persen lalu setop," pungkasnya.

[YMD | RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya