Internasional

Pasukan Militer Prancis Bunuh Pemimpin Al Qaeda Afrika Utara

Kaltim Today
06 Juni 2020 11:10
Pasukan Militer Prancis Bunuh Pemimpin Al Qaeda Afrika Utara
Pemimpin Al Qaeda di Afrika Utara, Abdelmalek Droukdel.

Pasukan militer Prancis mengklaim telah membunuh Abdelmalek Droukdel, pemimpin Al Qaeda di Afrika Utara. Hal ini diumumkan oleh Mentri Pertahanan Prancis, Florence Parly. 

"Droukdel dan beberapa anggota terdekatnya tewas pada Rabu (3/6/2020), setelah tercium berada di sebuah wilayah di Mali," ungkap Florence Parly

Dilansir dari Trtworld.com, kematian Droukdel terjadi setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan para pemimpin kelompok G5 Sahel - Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger dan Chad, berencana memerangi pasukan Al Qaeda pada Januari. Prancis mengerahkan 600 tentara tambahan ke pasukan Barkhane-nya, meningkatkan jumlah pasukan di sana menjadi 5.100.

[irp posts="15600" name="Aliansi Vaksin dan Imunisasi Global Dapat Bantuan Dana US$ 8,8 Miliar untuk Covid-19"]

Droukdel, yang juga dikenal dengan nama Abu Musab Abdul Wadud ini, merupakan pejuang kunci Al Qaeda yang menjadi buronan utama selama tujuh tahun belakangan ini. Dia bertempur dalam perang saudara Aljazair pada 1990-an dan menjadi terkenal sebagai emir utama gerakan pemberontakan utama Aljazair pada 2004.

Dia juga pernah membentuk Kelompok Salafis Panggilan Pertempuran (GSPC) dan mengubahnya menjadi Al Qaeda, menyebarkan gerakan tersebut di seluruh wilayah Sahel Afrika di bawah payung jaringan teror global.

Di bawah kepemimpinannya, dia bersama kelompoknya AQIM mengaku, bertanggung jawab atas beberapa serangan mematikan di Aljazair. Baru-baru ini dia memerintah semua kelompok Al Qaeda di Afrika Utara dan Sahel, termasuk JNIM, yang telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menghancurkan militer Mali dan pasukan penjaga perdamaian PBB.

Setelah terjadi serangan mematikan pada 2013 lalu, personel Al Qaeda pun pecah. Sebagian besar memilih pindah ke ISIS yang memiliki paham lebih ekstrem dan berusaha merebut wilayah di Irak, Suriah, dan Libya.

[RWT]



Berita Lainnya