Opini
Perempuan Kalimantan Timur Siap Jadi Garda Depan Transisi Energi

Oleh: Rosalena Fransiska, Yayasan Mitra Hijau (YMH)
Sebuah studi mendalam telah dilakukan terhadap 149 perempuan terdampak batubara di Kalimantan Timur. Studi ini memberikan gambaran penting tentang kesiapan dan tantangan dalam transisi energi berkeadilan, dengan menyoroti kontradiksi menarik antara kurangnya pemahaman isu lingkungan dan antusiasme yang besar terhadap energi terbarukan. Demikian simpulan dari sebuah riset yang dilakukan Yayasan Mitra Hijau, bekerjasama dengan konsultan dari Universitas Mulawarman Samarinda.
Pemahaman Rendah, Kesiapan Tinggi
Data dari studi menunjukkan bahwa tingkat pemahaman perempuan Kalimantan Timur tentang isu-isu krusial terkait energi dan lingkungan masih memprihatinkan. Dari daftar pertanyaan yang disebarkan, ternyata mayoritas responden, yaitu 77%, mengaku tidak memahami isu pemanasan global, rumah kaca, dan perubahan iklim. Bahkan, 81% responden tidak mengetahui atau kurang memahami apa itu transisi energi berkeadilan berbasis energi terbarukan.
Namun, di balik angka-angka yang mengkhawatirkan ini, tersimpan harapan besar. Sebanyak 95,3% responden menyatakan kesiapan untuk beralih ke energi terbarukan. Hanya sebagian kecil, 4,7%, yang belum siap. Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan Kalimantan Timur, meskipun belum sepenuhnya memahami detail teknis energi terbarukan, memiliki kesadaran akan pentingnya perubahan dan bersedia untuk terlibat.
Dampak Pertambangan Batu Bara: Ancaman Nyata Bagi Perempuan
Studi ini juga mengungkap dampak negatif pertambangan batu bara yang dirasakan langsung oleh perempuan. Pencemaran udara menjadi keluhan utama, dilaporkan oleh 47% responden. Pencemaran air (21%) dan pencemaran tanah (3%) juga menjadi masalah serius. Selain itu, kebisingan akibat aktivitas pertambangan mengganggu kualitas hidup masyarakat.
Dampak perubahan iklim juga dirasakan signifikan. Mayoritas responden melaporkan dampak terhadap produktivitas tanaman (89,9%), kehidupan ekonomi (60,8%), dan kehidupan sehari-hari (88,5%).
Perempuan sebagai Agen Perubahan: Potensi yang Harus Diakselerasi
Studi ini dengan tegas menyatakan bahwa perempuan memiliki potensi besar sebagai agen perubahan dalam transisi energi berkeadilan. Dukungan penuh masyarakat (100%) terhadap keterlibatan tokoh perempuan dalam kebijakan transisi energi menjadi bukti nyata pengakuan akan peran penting perempuan.

Rekomendasi: Langkah Konkret untuk Pemberdayaan Perempuan
Untuk memastikan transisi energi berjalan dengan dan inklusif, studi ini memberikan empat rekomendasi strategis:
- Peningkatan Kapasitas Komunitas: Pelatihan lintas sektor untuk mendorong ekonomi lokal yang berkelanjutan.
- Pembentukan Forum Gender dan Energi: Untuk memperkuat kapasitas kolektif dan advokasi kebijakan.
- Penguatan Pengetahuan Kelembagaan Lokal: Edukasi tentang manfaat energi terbarukan.
- Pengembangan Inovasi Lokal Berbasis Kearifan Lokal: Mendorong solusi energi yang relevan dan berkelanjutan.
Studi ini memberikan dasar yang kuat untuk mendorong kebijakan dan program transisi energi yang berpihak pada perempuan, mengakui peran penting mereka, dan memberdayakan mereka sebagai agen perubahan.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- Temui Massa Aksi Demo 100 Hari Kerja, Wagub Kaltim Seno Aji Janji Lindungi Masyarakat Adat
- Genap 100 Hari Kerja, Mahasiswa Beri Rapor Merah untuk Kepemimpinan Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud
- Media Sosial, Pekerjaan Hijau, dan Masa Depan Anak Muda Kalimantan Timur
- Mendikdasmen Minta Dedi Mulyadi Tinjau Ulang Kebijakan Jam Masuk Sekolah Pukul 06.00
- Menjelang Iduladha 2025, Harga Pangan di Kaltim Stabil dan Stok Aman