Daerah

Ruang Publik Terbuka Hijau Segiri, Simbol Ketahanan Perkotaaan di Samarinda

Fitriwahyuningsih — Kaltim Today 19 Mei 2025 17:48
Ruang Publik Terbuka Hijau Segiri, Simbol Ketahanan Perkotaaan di Samarinda
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, ketika meresmikan RPTH adaptif yang diberi nama "Taman Paraan" di Samarinda. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Wali Kota Samarinda, Andi Harun, meresmikan Ruang Publik Terbuka Hijau (RPTH) adaptif yang diberi nama "Taman Paraan" di samping Pasar Segiri, Samarinda, Senin (19/5/2025). Dia menilai RPTH ini merupakan terobosan baru karena menggunakan energi terbarukan.

“Ruang publik ini sejak dalam prosesnya mengajarkan kita bahwa semuanya harus melibatkan masyarakat. Masyarakat sudah bisa berkunjung ke sini. Dan ini terobosan baru karena menggunakan energi terbarukan. Kami sangat berterima kasih kepada KEMITRAAN dan CeCUR,” kata Andi Harun dalam sambutannya.

Pembangunan ruang publik terbuka hijau di Samarinda ini merupakan bagian dari Proyek Merangkul Matahari yang dikelola CeCUR bersama KEMITRAAN. Proyek ini bertujuan membangun resiliensi Samarinda dalam beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, antara lain tingginya frekuensi banjir di musim penghujan.

Kendati proyek ini dikelola CeCUR bersama KEMIRAAN, Pemkot Samarinda juga dilibatkan. Keterlibatan mereka, utamanya dalam mendesain ruang publik terbuka hijau serta mendesain kebijakan yang adaptif terhadap perubahan iklim untuk Samarinda.

Atas inisiatif ini, Andi Harus mewakili warga Samarinda mengucapkan terima kasih pada KEMITRAAN dan CeCUR. Lewat Proyek Merangkul Matahari, Kota Samarinda bisa menjadi percontohan bagi kota-kota lainnya dalam penerapan kebijakan berbasis adaptasi perubahan iklim. 

“Kami bangga bisa menjadi bagian dari upaya bersama dalam mengarusutamakan adaptasi perubahan iklim dalam kebijakan pemerintah daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Program Tata Kelola Resiliensi dan Pendanaan Perubahan Iklim KEMITRAAN, Eka Melisa, mengatakan kehadiran RPTH ini menjadi jawaban bagi warga Samarinda yang membutuhkan ruang publik aman dan nyaman.

Direktur Kemitraan, Eka Melisa. Istimewa

 “Kebutuhan akan ruang publik nyaman dan aman bagi warga Samarinda menjadi kebutuhan yang semakin besar dalam mengatasi dampak lebih luas akibat banjir yang dipicu tingginya intensitas curah hujan akibat perubahan iklim," kata Eka. 

Eka menegaskan, pihaknya siap bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mereplikasi konsep pembangunan yang sudah dilakukan di Samarinda ke kota lainnya.

“Replikasi dari apa yang dilakukan Samarinda, utamanya desain dari RPTH sangat mungkin dilakukan di kota-kota lainnya, selama dukungan kebijakan dan kerja sama pemerintah daerah dan masyarakat terus dibangun sebagaimana di sini. KEMITRAAN sebagai implementor nasional dari Adaptation Fund akan terus mendukung kerjasama semacam ini,” tegasnya.

Direktur Eksekutif CeCUR, Retno Hastijanti, mengatakan Proyek Merangkul Matahari mencakup pembangunan ruang publik terbuka hijau dan penguatan kapasitas masyarakat serta pemerintah daerah dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim. Sebab tanpa melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah, infrastruktur adaptasi perubahan iklim yang dibangun akan sia- sia. Sebagai wujud dari resiliensi terhadap perubahan iklim, ruang publik dibangun dengan 10 prinsip.

Adapun, kesepuluh prinsip itu ialah menumbuhkan kewirausahaan yang ramah lingkungan, menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, adaptif terhadap iklim lokal, mencakup semangat ketahanan iklim yang terintegrasi dengan ekosistem dan keanekaragaman hayati, serta terhubung dengan kehidupan perkotaan yang dinamis. 

"Selain memenuhi 10 prinsip itu, ruang publik juga harus inklusif, mengusung tema lokal yang kuat, mengusung semangat perubahan baru yang sejalan dengan adaptasi perubahan iklim, punya pemanfaatan ruang yang sesuai, dan menjadi jaminan sosial bagi lingkungan sekitarnya,” urai Reto. 

Oleh sebab itu, terdapat sejumlah fitur yang mendukung adaptasi perubahan iklim di ruang publik terbuka hijau yang dibangun. Di antaranya ialah adanya ruang serba guna di lantai 2 yang bisa dijadikan ruang evakuasi bagi warga saat dilanda banjir. Selain itu, terdapat panel surya dan generator kincir angin sebagai sumber energi listrik alternatif untuk sebagian operasional ruang publik. 

Selanjutnya dalam pelibatan warga dan pemerintah daerah di proyek ini, KEMITRAAN bersama CeCUR aktif memberikan pelatihan. Salah satunya ialah pelatihan penanaman sayur-mayur dan Tanaman Obat Keluarga (Toga) serta pengolahan kompos kepada warga yang tinggal di sekitar ruang publik terbuka hijau. 

Pelatihan ini berguna bagi mereka yang nantinya juga dilibatkan dalam mengelola ruang publik terbuka hijau yang telah dibangun. Selain itu, pelatihan tersebut sekaligus membentuk paradigma baru dalam mengolah sampah dapur yang selama ini menjadi permasalahan warga kota.

[RWT] 



Berita Lainnya