Kutim
Satu ASN Positif Covid-19, Bappeda Kutim Terapkan WFH Selama Empat Hari
Kaltimtoday.co, Sangatta - Berdasarkan data persebaran Covid-19 di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) hingga saat ini jumlah terkonfirmasi positif mencapai 245 jiwa. Salah satunya Aparatur Negeri Sipil (ASN) yang aktif bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kutim. Sistem kerja dari rumah atau Work Form Home (WFH) bagi para pegawainya pun akan diberlakukan selama 4 hari.
Kepala Bappeda Kutim, Edward Azran dalam edaran mengimbau seluruh jajaran pegawai dan staff untuk melakukan WFH atau bekerja di rumah selama empat hari kedepan.
“Terhitung Selasa tanggal 15 sampai dengan 18 September 2020. Dengan ketentuan tetap melakukan koordinasi terkait pekerjaan pelayanan publik terhadap atasannya,” jelas Edward.
Dijelaskan Edward, aktivitas kantor Bappeda akan dibuka kembali pada 21 September 2020 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
“Jadi selama WFH, kantin dan musala juga kami tutup,” ucapnya.
Terpisah, Kandinkes Kutim Bahrani Hasanal membenarkan adanya salah satu ASN di lingkungan Pemkab Kutim yang terkonfirmasi Covid-19. Pihaknya akan melakukan Rapid Test massal agar tidak terjadi penyebaran secara massif. Pasien tercatat sebagai KTM-241 merupakan pelaku perjalanan ke luar daerah.
Bahrani menyebutkan, atas adanya kejadian itu maka seluruh pegawai di lingkup Bappeda akan melakukan uji rapid test pada Rabu (16/9/2020).
“Besok seluruh pegawainya akan jalani rapid test guna menekan penyebaran Covid-19 dimulai sejak pukul 09:00 Wita di Gedung Aula Bappeda dan kantinnya,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakannya, jika nanti hasil rapid test ada yang menunjukan reaktif, maka akan dilanjutkan dengan uji swab orofaring (tenggorokan).
“Jika dari hasil rapid test ada yang terjaring maka segera dilanjutkan ke uji swab, tapi kami berharap semoga hasilnya besok non reaktif semua,” katanya.
Dia pun menambahkan jika ASN itu adalah KTM 241 laki-laki (54).
“Kami juga mengingatkan agar masyarakat yang tidak memiliki kepentingan yang begitu mendesak agar sebaiknya tidak melakukan perjalanan ke luar daerah. Sebab sesuai hasil tracking kami, adanya peningkatan kasus didominasi klaster keluarga,” timpalnya.
[EI | RWT]