Kaltim
Sebut Golput Cederai Demokrasi, Aktivis Pemuda Kaltim: Suara Anda Sangat Penting!
Kaltimtoday.co, Samarinda - Sejumlah aktivis pemuda di Kaltim mengimbau masyarakat untuk tidak golput pada Pemilu 2024. Mereka menegaskan bahwa golput dapat mencederai demokrasi dan menghambat pembangunan bangsa.
Diketahui, fenomena golput pertama kali terjadi pada 1971 lalu. Saat itu, sejumlah mahasiswa, pemuda, dan pelajar menggaungkan gerakan moral yang disebut Golongan Putih. Mereka merasa wadah politik saat itu tidak mewakili aspirasi rakyat.
Pemilu 1971 juga dinilai digelar tidak demokratis. Kala itu, pemerintah membatasi jumlah partai. Mereka pun menyerukan agar masyarakat yang tidak mau memilih menusuk bagian putih (yang kosong) di antara gambar yang ada.
Salah satu aktivis pemuda di Kaltim, Febri Hendrawansyah menyampaikan bahwa, golput punya pengaruh besar terhadap terganggunya sistem demokrasi. Ia menegaskan, golput juga dapat mencederai demokrasi itu sendiri.
"Golput sebagai sikap tidak memilih kandidat yang ada. Saya tekankan, golput punya dampak negatif yang banyak, salah satunya mengganggu sistem demokrasi kita. Maka dari itu, satu suara dari masyarakat sangat penting untuk pemilu kita," jelasnya.
Lebih lanjut, Febri menjelaskan bahwa golput sendiri merupakan gerakan seseorang untuk datang ke TPS dan mencoblos bagian putih dari kertas suara yang disediakan. Hal itu tidak lepas dari penggerak golput yakni Arif Budiman, salah satu aktivitas angkatan 1966.
"Dalam buku Kebebasan, Negara, Pembangunan 1965-2005 yang ditulis oleh Arif Budiman, dia juga merasa kecewa karena Soeharto melanggar asas demokrasi dengan membatasi jumlah parpol peserta Pemilu," kata Imam Fauzy selaku aktivis pemuda di Kaltim.
Dari data yang ada, Pemilu 2014 jumlah Golput 30,22 persen atau sebanyak 58,61 juta orang, dan menurun pada Pemilu 2019 menjadi 18,02 persen atau 34,75 juta orang dari total pemilih terdaftar.
Berdasarkan hasil survei Centre for Strategic and International (CSIS), sebanyak 11,8 persen responden memilih Golput pada Pemilu 2024. Data KPU sendiri menunjukkan anak muda mendominasi 56,4 persen pemilih Pemilu 2024.
"Beberapa faktor yang mempengaruhi golput diantaranya faktor sosial, seperti apatis, tidak percaya, atau tidak peduli terhadap politik. Banyak orang yang merasa tidak ada kandidat yang sesuai dengan harapan mereka, atau merasa bahwa suara mereka tidak akan berpengaruh," tambah Febri Andrian sebagai aktivis muda.
Kendati begitu, Andrian menyampaikan jika efek dari golput tidak hanya berdampak dalam satu hari pemilu saja, melainkan dalam jangka panjang yang akan berdampak pada terhambatnya pembangunan negara. Terlebih, sikap golput juga memicu kondisi politik yang berantakan yang bisa berujung pada konflik.
"Maka dari itu, kami menekankan bahwa satu suara dari masyarakat, sangat berpengaruh terhadap sistem demokrasi kita dan keberlangsungan bangsa dan negara kedepannya," tutupnya.
[RWT]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- BKD Kaltim Perkenalkan Aplikasi I-Mut dan Layanan ASN Karier untuk Pengelolaan Data Kepegawaian
- Dasarian III November, Kutai Barat dan Mahakam Ulu Diprediksi Alami Hujan Lebat
- Youth Economic Summit 2024: Jadi Ajang Dorong Pemuda Paham Ekonomi Digital dan Hijau yang Inklusif
- DPK Kaltim Inventarisir Naskah Kuno di Paser untuk Sumber Sejarah dan Pengetahuan
- KALTIM ONE FESTIVAL Sukses Digelar, Isran Noor: Pilih Pemimpin Anti-Korupsi