Headline

Semua Sekolah Mulai Belajar Tatap Muka, Kepadatan Lalu Lintas Perlu Diantisipasi 

Kaltim Today
18 Januari 2022 18:00
Semua Sekolah Mulai Belajar Tatap Muka, Kepadatan Lalu Lintas Perlu Diantisipasi 
Suasana kendaraan yang terkena macet di kawasan Juanda Samarinda saat siang hari. (Yasmin/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Sejak Senin (17/1/2022), seluruh sekolah di Samarinda mulai menggelar pembelajaran tatap muka. Akibatnya, kepadatan lalu lintas khususnya di kawasan padat sekolah terjadi. 

Pantauan Kaltimtoday.co, Selasa (18/1/2022), beberapa ruas jalan mengalami kepadatan. Misal di Jalan Kadrie Oening, Jalan Anang Hasyim, Jalan Pahlawan, dan Jalan Juanda. 

Kepadatan lazim terjadi pada pagi hari ketika siswa berangkat sekolah. Berlanjut saat waktu pulang sekolah pada siang hari. Kepadatan arus lalu lintas terjadi ketika motor dan mobil orangtua melakukan antrean saat mengantar dan menjemput siswa.

Di Jalan Juanda misalnya, tampak kendaraan yang berlalu lalang di depan sekolah mulai SMP 4 Samarinda sampai SMA 5 Samarinda. Beberapa motor yang mengantar dan menjemput berkumpul di depan halte SMA 5 Samarinda. Beberapa siswa juga menunggu jemputan di titik tersebut.

Kepala SMP 22 Samarinda Asmuran mengakui, jalan di depan sekolah itu kerap diwarnai kepadatan lalu lintas pada waktu-waktu tertentu. Untuk mengantisipasi , pihaknya sudah melakukan mengatur jam pulang siswa agar tidak bersamaan. 

"Waktu pulangnya berbeda tiap kelas. Cuma memang (tetap padat) karena ada keterlambatan orangtua menjemput anaknya,” ungkap Asmuran. 

Dia merincikan, di SMP 22 Samarinda untuk kelas 7 pulang pukul 11.30 Wita. Kelas 8 pulang pukul 12.00 Wita. Sementara kelas 9 pulang pukul 12.30 Wita.

“Kalau berangkatnya dari pukul 06.30 Wita siswa sudah datang. Pukul 07.15 Wita kami sudah kunci pintu sekolah," kata Asmuran.

Demi mengantisipasi, SMP 22 Samarinda mengaku juga sudah membuat surat edaran (SE). Isinya berupa pemberitahuan kepada orangtua agar saat mengantar atau menjemput, harus masuk ke halaman SMP 22 Samarinda melalui pintu kanan. Kemudian untuk keluar di pintu kiri.

"Jadi harus masuk ke halaman untuk antar dan jemput siswa. Nanti diarahkan lagi untuk keluarnya supaya tidak terjadi kemacetan. Tapi biasanya orangtua lebih suka antar-jemput di pinggir jalan," jelas Asmuran. 

Disebutkannya, pihak sekolah tak bisa memantau kondisi kepadatan lalu lintas itu setiap hari. Apalagi, petugas keamanan di sekolah hanya 2 orang. Walhasil, edaran tertulis yang sudah disampaikan ke orangtua siswa diharapkan berjalan efektif dan dipatuhi orangtua. 

"Kalau yang sering bermasalah itu saat waktu penjemputan. Banyak orangtua yang terlambat. Kalau waktu perginya, tidak terlalu banyak yang terlambat," tambahnya. 

Sementara itu, Kepsek SMA 3 Samarinda Muji Raharjo mengatakan, pihaknya juga sudah pernah menyarankan perihal antar-jemput siswa agar tidak menimbulkan kemacetan ke wali kelas. Lalu dari wali kelas disampaikan lagi ke orangtua dan paguyuban. 

"Harapannya, semua orangtua memahami bahwa kondisi di Jalan Juanda itu sangat padat karena ada 4 sekolah. Kalau bisa, untuk pengantaran ke sekolah harus lebih pagi," jelas Muji. 

Khusus SMA 3 Samarinda, kendaraan bermotor diberikan toleransi untuk masuk ke depan pintu gerbang. Namun untuk mobil, hanya diperbolehkan melakukan antar jemput di pinggir jalan. Terutama di bagian halte. Hal itu untuk meminimalisir kemacetan. Pihak sekolah mengaku rutin mengingatkan orangtua agar tertib saat menjemput anak.

"Kami selalu mengulang-ulang. Itu kami beritahu lagi. Sedangkan untuk parkir siswa, ada guru dan petugas TU yang membantu untuk pengaturan parkir. Tapi alhamdulillah semua teratur dan anak-anak ikut membantu. Pulang juga bergantian, tidak bergerombol," kata Muji. 

Plt Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda Herwan mengungkapkan, pihaknya sudah menempatkan petugas untuk mengatur jalan di beberapa titik kemacetan. Misal di Jalan Juanda dan persimpangan Jalan Kadrie Oening. Serta di beberapa titik lainnya.

"Kami pernah sosialisasi. Pemberitahuannya ada. Misalnya yang turun-naik angkot, yang diantar menggunakan kendaraan pribadi, dan yang belum usia 17 tahun belum boleh membawa motor," kata Herwan. 

Petugas ditempatkan di beberapa titik kemacetan saat pagi dan siang hari. Biasanya 2 orang untuk pagi dan siang. Upaya Dishub Samarinda ini dia klaim sudah cukup untuk mengantisipasi kemacetan. Terutama di ruas-ruas jalan yang banyak sekolah. 

Salah satu orangtua siswa SMA 3 Samarinda, Halida mengungkapkan, dirinya cukup memaklumi kemacetan yang terjadi. Biasanya, dia mengantar dan jemput anak menggunakan sepeda motor. 

"Kan tidak ada fasilitas bus sekolah juga. Jadi mau tidak mau, orangtua yang mengantar. Kalau soal berangkat dan pulang, ya kan anak-anak keluarnya bersamaan. Dengan waktu yang sama, otomatis pasti macet. Sebelum pandemi juga begitu," ungkap Halida. 

Dia menjelaskan, ada beberapa orangtua yang punya kesibukan, sehingga mungkin saja menyebabkan keterlambatan saat menjemput. Menurut Halida, menjemput sebelum waktunya atau tepat waktu pun tak disarankan. Sebab akan sama saja, turut menimbulkan kemacetan.

"Jadi tergantung kalau soal itu. Biasanya kami juga harus masuk ke halaman sekolah, tidak menjemput di depan jalan. Lebih bagus kalau pemerintah atau sekolah berikan fasilitas bus," tutupnya.

[YMD | TOS]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya