Politik
Survei LSI: Bekerja Untuk Rakyat, Airlangga Dinilai Sosok Paling Tepat Jadi Penerus Jokowi
Kaltimtoday.co, Jakarta - Laboratorium Suara Indonesia (LSI) kembali menggelar survei. Kali ini penelitiannya tentang preferensi dan persepsi masyarakat jika Pemilu digelar hari ini terhadap parpol dan tokoh bakal capres.
Direktur Eksekutif Laboratorium Suara Indonesia Albertus Dino mengatakan, metode riset dilakukan dengan memperoleh informasi-informasi dan data sebagai basis analisis persoalan. Riset ini menggunakan metode Field Study. Dimaksudkan untuk mengumpulkan data primer melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan institusi dan stakeholders yang relevan.
"Metode ini memiliki kelebihan yaitu pada kemampuannya untuk menggali detail aspek-aspek partisipasi dan preferensi masyarakat dalam Pemilu 2024. Meski dengan metode yang ketat, namun harus diakui sangat dimungkinkan bahwa ada dimensi-dimensi persoalan yang tak terekam dengan baik. Ini artinya ada keterbatasan daya jangkau melalui studi ini," kata Albertus dalam keterangan tertulis, Jumat (16/12/2022).
Sementara itu, profil informan/responden penelitian ini terdiri dari masyarakat yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib pilih, yaitu telah berumur 17 tahun dan atau telah menikah.
Dalam penentuan informan terbagi pada dua jenis, yaitu informan yang memberikan suara baik dalam pemilihan calon anggota legislatif, maupun calon presiden dan wakil presiden. Dalam kaitan dengan pengambilan data dilakukan dalam dua tahapan. Pertama dilakukan dengan wawancara terbuka kepada masyarakat (tanpa mengajukan pilihan-pilihan jawaban) dengan pertanyaan “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih atau tidak memilih?”.
Dia menjelaskan, karakteristik informan/responden terdiri dari PNS, pelaku usaha, dosen dan mahasiswa, buruh, ibu RT, sopir angkot/bus, wiraswasta/pengusaha, dan petani.
Dalam penelitian ini terdapat sebanyak 2.160 informan atau responden. Hasil penelitian ini memiliki confidence level 95 persen dan confidence interval 2,12 persen yang diambil dari 1.070 kecamatan di 34 provinsi di Indonesia. Survei juga dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan jumlah pemilih di tiap kecamatan pada Pemilu 2019. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 23 November sd 8 Desember 2022.
Lebih lanjut, dia menyebutkan, hal ini menunjukan bahwa informan atau responden sudah representatif dimana responden harus mewakili golongan-golongan tertentu, yaitu mahasiswa, buruh bangunan, pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha, dan lain-lain. Begitu juga responden sangat proporsional berarti jumlah tiap-tiap golongan responden harus sebanding dengan jumlah populasi golongan tersebut.
Misal dalam suatu populasi golongan buruh menduduki peringkat tertinggi, maka jumlah responden yang berasal dari buruh harus lebih banyak. Ketiga, dan informan atau responden dipilih berdasarkan probabilitas terstruktur. Maksudnya adalah pemilihan responden harus dilakukan secara acak, namun tetap menggunakan metode ilmiah yang jelas.
Kemudian, hasil penelitian jawaban informan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemberian suara jika Pemilu Legislatif 2024 digelar hari ini sebanyak 4,6 persen menyatakan dipengaruhi oleh visi misi partai politik, dan 27,3 persen dipengaruhi oleh pemberian uang atau bingkisan lain. Sedangkan 37,2 persen karena memiliki kesamaan etnik dengan caleg dan capres. Sebanyak 20,8 persen menyatakan karena dipengaruhi faktor memiliki kesamaan keyakinan agama/golongan kepercayaan dengan caleg, dan sebanyak 10,1 persen disebabkan oleh faktor lain-lain.
Jawaban informan/responden terkait faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemberian suara pada Pilpres 2024 jika digelar hari ini, maka hasilnya sebanyak 12,7 persen atas kesamaan partai politik yang dipilih dengan tokoh bakal capres yang diusung.
Kemudian sebanyak 55,6 persen tertarik dengan karya-karya masa lalu tokoh bakal capres /prestasi dan kinerja yang sudah dirasakan masyarakat. Sebanyak 10,2 persen menyatakan akan memilih bakal capres jika diberi uang/hadiah dari tim sukses pemenangan capres/cawapre. Sebanyak 10,8 persen karena kesenangan/simpati pada tokoh bakal capres dan sebanyak 10,7 persen karena faktor-faktor lain/tidak menjawab.
Dia menambahkan, kriteria bakal capres di Pilpres 2024 yang diinginkan oleh masyarakat terekam dalam penelitian ini yaitu sebanyak 81,3 persen masyarakat menginginkan capres yang be visible, yakni kandidat bisa memiliki reputasi baik di mata pemilih bila ia mampu tampil di depan publik, menciptakan komunikasi dua arah dengan pemilih, familiar dan bersahabat dengan publik. Lalu sebanyak 89,4 persen masyarakat menginginkan capres yang be authentic, yakni reputasi positif yang dimiliki oleh seorang kandidat capres karena ia mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan dari pemilihnya.
Reputasi positif yang dimiliki bukan terletak pada image yang dibuat-buat atau pencitraan, tetapi terletak pada sikap dan tindakannya. Ia bukan hanya seorang komunikator yang baik tetapi juga seorang pelaksana yang baik, dalam artian apa yang dijanjikan selalu ditepati dan kebijakan yang diambilnya selalu mempertimbangkan kepentingan banyak orang.
Kemudian sebanyak 87,2 persen menginginkan capres yang be consistent, yakni apa yang diucapkan selalu dilaksanakan. Dalam artian, ia bukan hanya seorang yang pandai berbicara atau pandai berpidato, tetapi dia juga adalah seorang perancang sekaligus pelaksana program yang mempengaruhi kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Sementara itu, jawaban dari 2.160 informan/responden tentang preferensi pilihan masyarakat terhadap ideologi partai politik menurut hasil temuan cenderung memilih partai politik berideologi nasionalis religius 46,2 persen ditempat pertama sebagai top of mind, kemudian disusul nasionalis 36,4 persen dan religius 10,1 persen. Di urutan selanjutnya sebanyak 7,3 persen partai politik berideologi nasionalis sosialis.
Dari hasil temuan penelitian ini tersebut tentang preferensi dan persepsi masyarakat jika pemilu digelar hari ini, maka Partai Golkar menjadi partai yang paling banyak dipilih sebagai top of mind dengan tingkat keterpilihan sebesar 14,7 persen.
Di posisi kedua disusul oleh PDI Perjuangan 13,3 persen, Gerindra 12,8 persen, PKB 5,2 persen, Demokrat 4,8 persen, Nasdem 4,3 persen, PKS 4,3 persen, PAN 2,1 persen, PPP 1,8 persen, parpol Lainnya 6,2 persen. Sedangkan yang tidak menjawab atau memilih 30,5 persen.
Dia menambahkan, dari hasil temuan penelitian ini tersebut tentang preferensi dan persepsi masyarakat jika pemilu digelar hari dengan menggunakan pertanyaan tertutup, dimana 2.160 informan atau responden diberikan kertas kuisioner yang berisi nama-nama partai politik dan diminta untuk memilih dan alasan memilihnya, maka hasilnya dari preferensi dan persepsi masyarakat menempatkan Golkar di tempat pertama dengan dipilih sebanyak 17,6 persen, kemudian di urutan kedua PDIP 16,2 persen, disusul kemudian Gerindra 15,7 persen, PKB 6,3 persen Demokrat 5,6 persen, PKS 4,8 persen, Nasdem 4,6 persen, PAN 3,4 persen, PPP 2,9 persen, partai lainnya 7,2 persen. Sedangkan yang tidak memilih 16,1 persen.
Lebih lanjut, hasil penelitian elektabilitas tokoh di mata masyarakat apabila pemilu presiden dilaksanakan hari ini (top of mind) dari hasil temuan penelitian dengan pertanyaan siapakah tokoh yang Anda pilih jika “Pemilu presiden dilaksanakan hari ini”, maka pilihan publik dalam top of mind jika diminta untuk memilih tokoh sebagai presiden jika pemilihan digelar hari ini menempatkan pada pilihan tertinggi yaitu Airlangga Hartarto dengan 12,8 persen, Prabowo Subianto 11,3 persen, dan Puan Maharani 10,1 persen.
Hasil tersebut disebabkan oleh alasan responden bahwa ketiga tokoh tersebut paling punya kesempatan paling besar dan paling mungkin diusung oleh Golkar, Gerindra, dan PDI Perjuangan. Sedangkan yang memilih Ganjar Pranowo sebanyak 9,7 persen karena memang suka dan terpengaruh dari terpaan pemberitaan di medsos dan media mainstream, sementara yang memilih Anies Baswedan sebanyak 8,5 persen karena sudah ada partai yang mendeklarasi Anies Baswedan sebagai capres dan massif-nya gerakan Anies Baswedan dan relawannya turun ke masyarakat untuk sosialisasi.
Kemudian di urutan berikutnya ada nama Muhaimin Iskandar 2,8 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 2,7 persen, Erick Thohir 2,1 persen, dan Sandiaga Uno 1,8 persen dan yang tidak memberikan pilihan sebanyak 38,2 persen.
Kemudian, hasil penelitian elektabilitas tokoh di mata masyarakat apabila pemilu presiden dilaksanakan hari ini dengan simulasi tertutup dari hasil temuan penelitian dengan kuesioner “Siapakah tokoh yang Anda Pilih Jika Pemilu Presiden Dilaksanakan Hari Ini?”, maka didapatkan hasil dengan peringkat pertama Airlangga Hartarto yang dipilih oleh 20,7 persen responden. Sedangkan di peringkat kedua ada nama Prabowo Subianto yang dipilih oleh 19,3 persen responden, dan ketiga ada Puan Maharani yang dipilih oleh 12,2 persen responden.
Kemudian Ganjar Pranowo yang dipilih oleh 9,9 persen responden. Selanjutnya ada nama Anies Baswedan yang dipilih oleh 7,6 persen responden, Andika Perkasa yang dipilih 6,2 persen responden, Muhaimin Iskandar 2,9 persen, Agus Harimurti Yudhoyono yang dipilih 2,6 persen responden.
Selanjutnya ada nama Erick Thohir 2,2 persen, Sandiaga Uno 1,9 dan terakhir yang tidak memilih 13,2 persen responden.
Berikut alasan 2.160 memilih tokoh sebagai presiden:
Alasan utama mereka memilih Airlangga Hartarto karena Indonesia butuh keberlanjutan pembangunan yang sudah dijalankan Jokowi dan perbaikan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi angka kemiskinan akibat pandemi Covid-19 yang diperkirakan akan tetap mempengaruhi kinerja ekonomi nasional pasca Jokowi, serta dampak krisis global 2023 yang akan berdampak juga ke perekonomian nasional.
Alasan utama mereka memilih Prabowo Subianto, pertama tegas berwibawa dan memiliki ketaatan dan konsisten terhadap garis politiknya saat berkoalisi dengan pemerintahan Jokowi. Memilih Ganjar Pranowo dengan alasan karena Ganjar Pranowo sering bermedsos dalam menjalankan pemerintahan sebagai gubernur Jateng.
Memilih Andika Perkasa dengan alasan menginginkan capres dari kalangan militer yang masih muda dan punya pengalaman. Memilih Anies Baswedan dengan alasan menginginkan capres yang terafiliasi dengan gerakan 212 dan dekat dengan FPI.
Memilih Puan Maharani dengan alasan kesamaan pilihan parpol dan dekat dengan PDI Perjuangan. Memilih Muhaimin Iskandar dengan alasan kedekatan dengan NU. Memilih Agus Harimurti Yudhoyono dengan alasan sebagai pemilih SBY pada pemilu yang lalu.
Memilih Erick Thohir dengan alasan wajah dan Namanya terpampang di ATM bank-bank BUMN. Memilih Sandiaga Uno dengan alasan didukung Ijtima Ulama untuk Pilpres 2024.
Menanggapi hasil survei Laboratorium Suara Indonesia (LSI) yang memunculkan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai Capres terkuat 2024, Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (AIA) Ujang Komaruddin mengatakan, bahwa elektabilitas Airlangga naik karena adanya kerja keras yang dilakukan Airlangga Hartarto sebagai Menko Perekonomian (Menko Perekonomian) dan tim suksesnya.
Ujang mengungkapkan, jika adanya survei lain yang memenangkan tokoh lain itu menjadi perbandingan saja. Meskipun Airlangga menang di survei LSI itu bisa menjadikan timses Golkar bekerja lebih keras lagi.
"Soal survei lain yang memunculkan tokoh lain, tapi bukan berarti Airlangga tidak kuat, justru survei LSI ini memberikan bukti Airlangga masih kuat sebagai capres pilihan masyarakat," kata Ujang kepada awak media, Jumat (16/12/2022).
Menurut dia, adanya survei LSI yang menaikkan elektabilitas Airlangga, maka itu menjadi nilai positif bagi Partai Golkar untuk tetap konsisten memenangkan Airlangga sebagai Capres 2024.
"Adanya survei LSI yang mengunggulkan Airlangga sebagai capres terpilih, maka ini nilai positif bagi Golkar, maka Golkar terus konsisten untuk memenangkan Airlangga sebagai Capres 2024," ucapnya.
Selain itu, kata dia, dengan adanya dukungan masyarakat itu merupakan modal Airlangga Hartarto maju bersama KIB untuk menang Pilpres 2024.
Sementara itu, di tempat terpisah, pengamat Politik dari Universitas Mulawarman, Sonny Sudiar menilai, sekalipun Airlangga dalam survei LSI menjadi tokoh yang memiliki elektabilitas tertinggi, namun masih harus dilengkapi dengan dukungan Koalisi Indonesia Bersatu ( Golkar, PAN, PPP).
"Ya harus ada dukungan dari KIB untuk tetap solid mengusung capres-nya dari internal KIB," kata pengamat politik dari Universitas Mulawarman tersebut.
Menurut dia, Prabowo juga unggul di survei lain, tapi masih harus berkoalisi dengan partai politik lain untuk bisa menang di Pilpres 2024, karena belum memenuhi 20 persen. Sehingga membutuhkan parpol lain.
[TOS]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.