Daerah

Tekan Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Pelajar, Satlantas Samarinda Gencarkan Program PKS di Sekolah

Kaltim Today
03 Oktober 2025 20:07
Tekan Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Pelajar, Satlantas Samarinda Gencarkan Program PKS di Sekolah
Potret salah satu siswa SMP di Samarinda yang berpartisipasi langsung dalam program PKS. (Istimewa)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Lonjakan angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar di Samarinda kian memprihatinkan. Selama periode 2023 hingga 2025, tercatat sedikitnya 1.332 kasus kecelakaan melibatkan pelajar hingga mahasiswa. Data ini menjadi alarm keras bagi semua pihak, terutama aparat kepolisian, untuk segera memperkuat langkah pencegahan di lapangan.

Salah satu upaya konkret datang dari Satlantas Polresta Samarinda melalui program Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Program pembentukan PKS ini dirancang untuk melibatkan langsung siswa SMP hingga SMA dalam mendukung ketertiban lalu lintas, khususnya di sekitar lingkungan sekolah.

Kanit Kamsel Satlantas Polresta Samarinda, Iptu Ratna Handayani, menyebut PKS telah berjalan sekitar satu tahun terakhir di tingkat SMP. Setiap sekolah mengirimkan lima perwakilan siswa untuk dilatih menjadi bagian dari PKS. Mereka bertugas membantu petugas keamanan sekolah dalam mengatur penyeberangan siswa, terutama di kawasan sekolah yang lalu lintasnya padat.

“Untuk SMP, program PKS sudah berjalan sekitar satu tahun. Beberapa sekolah yang aktif di antaranya SMP 10, SMP 8, SMP 1, dan SMP 3. Ke depan, kami berencana merekrut juga PKS di tingkat SMA,” jelas Ratna.

Ratna menegaskan, keterlibatan pelajar dalam PKS bukan sekadar simbolis. Kehadiran mereka terbukti mampu meringankan tugas aparat sekaligus menanamkan disiplin berlalu lintas sejak dini. Implementasi PKS di sekolah dengan kepadatan lalu lintas tinggi juga dinilai efektif membantu mengurangi potensi kecelakaan di sekitar sekolah.

Meski begitu, Satlantas juga menyoroti fenomena banyak siswa SMA yang tetap mengendarai motor meski belum memiliki SIM.

“Anak kelas 1 dan 2 SMA jelas belum punya KTP, jadi otomatis tidak bisa membuat SIM. Hanya sebagian kecil siswa kelas 3 yang sudah cukup umur. Ini yang sangat rawan,” tegasnya.

Alih-alih mengedepankan sanksi, pihak kepolisian lebih memilih jalur edukasi. Sosialisasi rutin digelar di sekolah-sekolah untuk menyampaikan bahaya berkendara tanpa SIM. Ratna menyebut, faktor orang tua juga menjadi tantangan tersendiri. 

“Banyak orang tua yang karena kesibukan akhirnya membiarkan anaknya membawa motor. Padahal risiko yang dihadapi besar sekali,” ujarnya.

Selain PKS, Satlantas Samarinda juga masih menjalankan program Polisi Cilik (Pocil). Program ini sudah mencapai angkatan ketiga dan dinilai cukup berhasil menanamkan disiplin serta pemahaman lalu lintas sejak bangku SD. 

Ratna berharap, dengan kombinasi program PKS, Pocil, dan edukasi berkelanjutan, kesadaran pelajar Samarinda akan keselamatan berkendara dapat terus meningkat.

“Harapannya, angka kecelakaan yang melibatkan pelajar bisa ditekan, karena ini bukan hanya soal aturan, tapi menyangkut keselamatan generasi muda kita,” pungkas Ratna.

[NKH]



Berita Lainnya