Politik

Tumbuk Movement-CeCUR Jadi Inisiator Dialog Publik, Tantang Calon Pemimpin Tanggap Soal Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim

Defrico Alfan Saputra — Kaltim Today 18 November 2024 06:49
Tumbuk Movement-CeCUR Jadi Inisiator Dialog Publik, Tantang Calon Pemimpin Tanggap Soal Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim
Kegiatan Dialog Publik Tantang Calon Pemimpin Tanggap Soal Isu Lingkungan dan Perubahan Iklim. (Defrico/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Tumbuk Movement dan Center for Climate and Urban Resilience (CeCUR) mengadakan dialog publik untuk membuka ruang diskusi beragam stakeholder. Mereka mendorong agar calon pemimpin baru di Kaltim ataupun Samarinda, bisa jauh lebih tanggap terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim.

Kegiatan tersebut berlangsung di Bagios Caffe, Samarinda pada Minggu (17/11/2024) pukul 20.30 WITA.

Dalam dialog tersebut, hadir juga narasumber dari latar belakang yang berbeda, diantaranya  Buyung Marajo (Pokja 30), Safaranita (Dosen Fisip Unmul), I Kadek Sudiarsana (Dosen Hukum Unmul), Jasri Mulia (CeCur), dan dimoderatori oleh Budayawan Kaltim Romo Roedy.

Ada beberapa topik menarik yang dibahas dalam diskusi itu, seperti isu-isu lingkungan perkotaan, baik itu RTH, Kanalisasi Sungai, dan Infrastruktur. Topik lainnya juga membahas soal perubahan iklim terhadap kelompok rentan dan marjinal. 

Budayawan Kaltim, Romo Roedy memberikan pandangan soal calon pemimpin yang diperlukan untuk daerah. Apalagi, beberapa minggu kedepan, masyarakat sudah bisa menyalurkan hak suaranya untuk memilih, dalam kontestasi Pilkada 2024.

"Kaltim dan Samarinda, membutuhkan pemimpin yang tidak hanya bicara soal janji atau jargon saja, tetapi harus menekankan visi kepedulian, empati, serta aksi nyata," kata Romo.

Kondisi pada kelompok rentan dan marjinal, termasuk masyarakat adat, perempuan, dan kelompok berpenghasilan rendah juga menjadi persoalan yang harus diselesaikan. 

Salah satu kasus yang ramai diperbincangkan yakni insiden penyerangan dan pembunuhan di posko "Masyarakat Stop Hauling Batu Bara" di Muara Kate, Paser, Kaltim. Atas insiden tersebut, satu tokoh masyarakat adat Muara Langon tewas akibat luka bacok.

"Bicara soal patah hati masyarakat adat yang terjadi sekarang, pemerintah harus menjadi penengah antara masyarakat adat, hukum, kemudian dengan perusahaan. Jangan sampai ada yang dirugikan," jelas Safaranita selaku Dosen Fisip Unmul.

Terpisah, Deputy Project Manager CeCUR, Jasri Mulia mengatakan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti hasil diskusi bersama audiens yang hadir, serta membuat kegiatan-kegiatan lebih lanjut kedepannya.

"Jadi kita akan mempertajam isu-isu daerah, melalui hasil diskusi bersama rekan-rekan nantinya. Hasilnya nanti bisa berupa  policy brief, atau berupa tulisan artikel kedepannya," tutupnya.

[RWT]

Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp 



Berita Lainnya