Daerah
Workshop Ekonomi Sirkuler di Kaltim: Sampah Jadi Energi dan Produk Bernilai
Kaltimtoday.co - Upaya memperkuat pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkuler di Kalimantan Timur terus digencarkan melalui Workshop “Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi Sirkuler: Peluang Energi dan Produk Bernilai Ekonomi” yang digelar Yayasan Mitra Hijau di Hotel Harris Samarinda.
Kegiatan ini menjadi ruang kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, pengelola bank sampah, UMKM, dan komunitas lingkungan. Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Hijau, Doddy S. Sukadri, yang membuka kegiatan secara resmi, menekankan pentingnya kerja sama multipihak untuk menghadapi tantangan pengelolaan sampah serta krisis lingkungan secara berkelanjutan.
Tiga narasumber utama hadir berbagi perspektif dari sisi industri, kebijakan, dan akademisi. Hairil Anwar dari PT Asiana Recycle memaparkan bagaimana sampah dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi melalui industri daur ulang. Menurutnya, ekonomi sirkuler bukan sekadar konsep, melainkan peluang nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dari sisi pemerintah, Asti Suriaty dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim menekankan pentingnya penguatan bank sampah, pengelolaan TPS dan TPST, serta kolaborasi lintas sektor agar pengelolaan sampah tidak hanya fokus pada pembuangan, tetapi juga pemanfaatan yang memberi nilai tambah.
Sementara itu, Iwan dari Universitas Widya Gama Mahakam (UWGM) Samarinda mengajak peserta melihat sampah sebagai sumber energi masa depan, mulai dari biogas, RDF, hingga teknologi waste-to-energy yang mendukung transisi menuju energi bersih.
Banyak peserta workshop berasal dari komunitas bank sampah yang juga membudidayakan magot untuk mengolah sampah organik sekaligus menghasilkan pakan alternatif. Suasana diskusi menjadi hangat ketika salah satu peserta, Siti Munawarah, membagikan pengalamannya menjual magot sebagai pakan burung, namun mendapat keluhan karena burung yang diberi pakan magot tidak lagi mau berkicau.
Merespons cerita itu, Hairil Anwar menjelaskan bahwa magot hidup sebaiknya tidak diberikan langsung sebagai pakan. Magot yang dikeringkan jauh lebih aman dan efektif. Ia juga membagikan rekomendasi teknis bahwa proses pengeringan ideal dilakukan menggunakan microwave untuk menjaga kualitas nutrisi.
Momen haru muncul ketika Siti mengaku merasa kasihan kepada magot yang ia pelihara karena akhirnya harus melalui proses pengeringan. Tangis singkat itu mencairkan suasana, disambut tawa hangat para peserta. Momen tersebut menjadi pengingat bahwa di balik teknologi, bisnis, dan kebijakan, selalu ada sisi kemanusiaan yang menyertai setiap perubahan.
Dalam sesi diskusi kelompok, peserta membahas peluang pengembangan produk bernilai ekonomi dari sampah, tantangan pemasaran, serta pentingnya memperkuat jejaring antara komunitas, akademisi, industri, dan pemerintah.
[RWT]
Related Posts
- Kebijakan Mandek, Warga Terombang-Ambing di Tengah Kepastian Aset Jalan
- Masih Minim, DPRD Kaltim Sebut Petugas Kesehatan Sekolah Jadi Ujung Tombak Kondisi Darurat
- Usulan Penangkaran Buaya di Labuan Cermin Berau Perlu Jadi Perhatian Pemerintah
- Agus Suwandy Tegaskan Komitmen DPRD Kaltim Perkuat Demokrasi Lewat Kolaborasi Lintas Sektor
- Ekti Imanuel Ajak Masyarakat Kaltim Perkuat Kerukunan dan Persatuan Jelang Natal 2025









