Samarinda
Betapus, Surga Tersembunyi di Lahan Pertanian: Antara Berkah dan Ancaman
Kaltimtoday.co - Lahan pertanian membentang sepanjang jalan, menciptakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkumpul dan menikmati panorama serta keindahan sawah. Saat ini kawasan Betapus menjadi salah satu destinasi favorit warga Samarinda yang tengah mencari tempat rekreasi.
Setiap hari, terutama saat sore dan akhir pekan, ratusan orang datang untuk menikmati keindahan alam di kawasan tersebut. Tak jarang kemacetan terjadi di jalan cor selebar 5 meter itu. Keindahan pemandangan sore hari menjelma menjadi kepuasan tersendiri bagi wisatawan lokal yang ingin menyegarkan mata dan melepaskan penat, sambil menikmati waktu bersama keluarga.
Selain menawarkan pemandangan yang menarik, pedagang makanan dan minuman juga terlihat berderet, menyediakan berbagai opsi kuliner bagi pengunjung yang melintas di area persawahan Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara itu.
Kilas Balik Awal Mula Betapus Dikenal Masyarakat Luas: Berawal dari Musibah Menjadi Berkah
Kondisi tanah yang rendah, membuat air sering meluap saat hujan deras dan menyebabkan banjir di sekitar kawasan Betapus. Seperti kolam renang alami, persawahan yang tergenang banjir justru mendadak menjadi daya tarik wisata dan membuat banyak warga berdatangan.
Fenomena ini pun dimanfaatkan oleh para pedagang untuk mencari rezeki di lokasi wisata dadakan ini. Pedagang kaki lima tersebut menjajakan makanan ringan dan minuman segar di sekitar kawasan Betapus. Berdasarkan informasi yang didapat dari Musliadi, Plt Lurah, sejak saat itu Betapus mulai dikenal masyarakat luas.
Setelah banjir besar-besaran usai, kelompok tani akhirnya menanam kembali padi di lahan dengan total luas kurang lebih 15 hektar itu. Jika sebelumnya hanya menjadi daya tarik ketika banjir, sekarang keramaian terus berlangsung bahkan dalam keadaan normal. Betapus yang memiliki pemandangan eksotis dan suasana tenang menjadi daya tarik tersendiri sejak 4 tahun terakhir atau mulai masa pandemi COVID-19 hadir.
Sawah Menjadi Potensi Wisata Menjanjikan yang Mampu Tingkatkan Pendapatan
Banyaknya pengunjung yang datang ke Betapus untuk berwisata, tentu memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat sekitar. Misalnya, seperti para pelaku usaha yang menjadi laris jualannya dan petani yang memiliki lahan persawahan di bagian depan turut kecipratan rezeki saat para pelaku usaha tersebut membayar uang sewa tempat kepada mereka.
Hal ini telah dikonfirmasi oleh Harlan, sosok pemilik sawah bagian depan. Selain bertani, keluarganya juga mendirikan warung di sekitar lokasi persawahan. Usaha tersebut dikelola oleh sang anak. Tidak menyebutkan secara pasti jumlah keuntungan yang didapatkan, tetapi ia mengakui bahwa dengan dijadikannya Betapus sebagai tempat rekreasi, keluarganya mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha warung dan sewa lahan ke pedagang.
Kolaborasi antara Dinas Pertanian Samarinda dan petani untuk mendirikan kebun bunga di sekitar sawah agar meminimalisir hama di lahan pertanian, juga menarik minat pengunjung. Dengan diterapkannya tiket masuk, sebagian keuntungan penjualan tiket diberikan kepada petani.
“Awalnya kebun bunga dibuat untuk mencegah hama merajalela di lahan padi, namun hal ini justru menarik minat pengunjung yang ingin melihat kebun bunga tersebut. Alhasil ditetapkanlah harga 5 ribu untuk tiket masuk dan dari keuntungan penjualan karcis itu, tiap petani paling banyak bisa mendapat sekitar 500 ribu per bulan,” ungkap Mislan, menambahkan keterangan dari Harlan.
Pengunjung Bertumpah Ruah, Masalah Sampah Kian Membuat Petani Resah
Tak hanya dampak positif yang dirasakan warga, namun dampak negatif juga dirasakan oleh mereka, terutama para petani. Tingkah laku pengunjung yang nakal menjadi salah satu permasalahan yang muncul. Para petani mengungkapkan bahwa sering ada pengunjung yang suka menginjak atau menarik-narik padi sehingga menyebabkan padi mati. Hal ini tentu membuat petani menjadi rugi.
Ketika penulis mewawancarai beberapa petani, mereka dengan cepat dan secara serentak mengungkapkan bahwa “sampah” menjadi permasalahan utama yang dihadapi. Selama beberapa tahun terakhir, mereka berbagi penderitaan yang sama terkait permasalahan sampah ini semenjak lahan pertanian dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.
“Pengunjung sering buang sampah sembarangan mas, padahal sudah ada tanda larangan membuang sampah sembarangan. Saya sering menemukan sampah plastik dan tusuk lidi (bekas pentol) di sekitar lahan pertanian. Bahkan, paling banyak saya pernah mengumpulkan satu plastik merah sampah disini,” ungkap Harlan saat dikunjungi, Kamis (15/2/2024).
“Kalau saya amati pelanggan Cafe yang cukup sering membuang sampah sembarangan. Padahal pemilik Cafe sudah beberapa kali kami peringatkan, namun pelanggannya saja yang masih nakal. Pokoknya tiap pagi, selalu petani yang membersihkan sampah, hal ini tentu menambah beban kerja kami (petani),” timpal Kamsiah, istri Harlan.
Kamsiah membeberkan, keluarganya yang juga merupakan petani, kakinya pernah tertancap lidi sebanyak 2 kali saat sedang menanam padi.
Tak hanya itu, di pendopo para petani juga pernah ada yang membuang sampah bekas botol miras bahkan berupa pecahan botol. Tentunya hal ini sangatlah berbahaya bagi petani. Selain sampah yang berpotensi melukai petani, sampah juga membuat parit irigasi tersumbat. Dampak mampetnya irigasi dirasakan petani yang posisi sawahnya di bagian belakang
Petani yang posisi sawahnya di belakang, Mislan mengatakan, “Irigasi menjadi mampet karena adanya sampah di parit irigasi, hal ini membuat petani susah mengairi sawah terutama saat kemarau. Sejak pengairan irigasi mampet baru disedot setengah hari saja sudah habis. Air di parit irigasi juga menjadi kotor dan hitam.”
Selain itu, Mislan khawatir apabila air meluap atau terjadi genangan banjir, sampah-sampah akan mengarah ke sawah dan membuat padi banyak yang mati. Terutama sampah plastik karena sulit terurai.
Ia juga mengungkapkan bahwa dengan adanya sampah di sekitar lahan sawah, telah mengganggu kualitas air dan tanah sehingga padi menjadi lambat tumbuh dan kurang subur, padi juga menjadi sering sakit (jamuran). Ia memperkirakan hal ini berpengaruh 50 persen terhadap hasil pertaniannya.
Para Petani Menilai Peran Beberapa Pihak Masih Belum Optimal
Berdasarkan keterangan dari sejumlah petani, dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan, para petani dan karang taruna kerap melakukan gotong royong untuk membersihkan kawasan sekitar Betapus khususnya parit irigasi. RT dan Karang Taruna juga sudah membuat tanda peringatan/ tanda larangan membuang sampah sembarangan di beberapa titik.
Namun, petani menyayangkan beberapa hal seperti kurang sigapnya RT dan kelurahan dalam menangani masalah yang dikeluhkan petani terutama terkait sampah serta sikap Karang Taruna yang hanya mengambil sampah yang sudah dikemas/ditumpuk.
“RT dan kelurahan sudah sering berkunjung mengamati, namun untuk masalah sampah ini belum ditangani secara keseluruhan. Selain itu, biasanya petani yang mengumpulkan sampah, dari Karang Taruna cuma mengambil sampah yang sudah dikemas dalam plastik,” ucap Mislan, saat dikunjungi usai bertani Jumat (23/02)
Sedangkan, untuk dinas terkait khususnya Dinas Pertanian Samarinda, para petani sangat mengapresiasi karena sudah sering memantau kondisi persawahan dan memberikan bantuan. Walau akhir-akhir ini dirasa sudah jarang berkunjung atau memantau.
"Padahal dulu biasanya seminggu sekali, kalau sekarang kadang sebulan sekali. Selain itu, untuk masalah parit irigasi selama beberapa waktu juga masih belum ditangani secara optimal." ungkap Harlan
Kemudian, Mislan juga menyayangkan saat ini kebun bunga yang telah dibuat oleh Dinas Pertanian Samarinda sudah mati. Padahal kebun bunga tersebut sudah terbukti mampu mengurangi hama di lahan padi. Apalagi padi saat ini masih belum masuk masa panen, sehingga seharusnya masih membutuhkan keberadaan kebun bunga tersebut.
“Harapannya kalau bisa padi dan kebun bunga ditanam secara bersamaan. Agar kebun bunga tidak mati duluan,” ujar Mislan, petani yang saat ini juga bekerja sebagai pekerja bangunan.
Langkah yang Telah Dilakukan dan Rencana Kedepan dari Pihak Kelurahan
Saat disambangi di kantor Kelurahan Lempake, Senin (26/02), Musliadi, PLT Lurah mengungkapkan pihak kelurahan telah melakukan berbagai hal dalam rangka mengelola dan merawat kondisi lingkungan di sekitar Betapus.
Misalnya, melibatkan RT dan Karang Taruna untuk menjaga kebersihan lingkungan, mendorong pihak RT agar menggunakan dana probebaya untuk pengadaan tempat sampah di sekitar lokasi Betapus, menyalurkan bantuan bibit dari wali kota, hingga melakukan pemantauan secara berkelanjutan.
Terkait laporan atau aduan dari petani tentang permasalahan irigasi yang mampet, Euis Nurfaridah, Kasi Kesejahteraan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Lempake menjelaskan, hal itu sudah ditindaklanjuti dengan melapor ke Komisi Irigasi Dinas PUPR Samarinda. Namun, hingga saat ini masih tahap proses.
“Kami selalu mengingatkan pelaku usaha di sekitar Betapus tentang adanya program Jeng Rinda, agar mereka tidak membuang limbah minyak jelantah sembarangan di parit. Sebelumnya kami juga pernah menanam pohon-pohon seperti pucuk merah di sekitar lokasi betapus,” tambahnya.
Selain itu, Plt Lurah Lempake Musliadi menyebutkan, rencananya kelurahan untuk mengadakan pasar tani sehingga para petani bisa menjual hasil usahanya di kawasan tersebut dan akan membuat tim pengelola khusus di kawasan Betapus karena hingga saat ini masih belum ada. Namun, hal ini akan dikomunikasikan kembali kepada masyarakat sekitar.
Dengan adanya hal tersebut, keduanya berharap Betapus semakin terkenal sebagai potensi wisata dan menjadi brand atau ikon dari Lempake. Namun, tetap harus diimbangi dengan pelestarian lingkungan.
Kelurahan Lempake, sebut dia, juga berharap sawah di Betapus tetap digunakan sebagai lahan pertanian, mengingat pentingnya lahan pertanian tersebut. Jangan sampai di kavling untuk membuat pemukiman, sesuai amanah dari Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi.
DLH Kota Samarinda Berupaya Cegah Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Betapus
Yudi Sulistyanto, PLT Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (P2KLH) DLH Samarinda, mengungkapkan saat ini di instansinya terdapat bidang yang secara khusus menangani pengaduan atau laporan dari masyarakat, namun hingga saat ini belum ada laporan atau pengaduan dari pihak RT atau Kelurahan terkait kondisi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup di Betapus
“RT dan Kelurahan harusnya bertindak sebagai garda terdepan karena merekalah yang lebih mengetahui kondisi disana, dan DLH siap untuk bergerak apabila memang ada permasalahan dan membutuhkan bantuan,” tutur Yudi saat disambangi di ruang kerjanya, Jumat (23/02/2024).
“Kami telah melakukan berbagai upaya seperti mengadakan kegiatan sosialisasi,seminar hingga pembinaan kepada masyarakat terutama terkait pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup maupun tata guna lahan. Kami juga mengajak pihak RT, Kelurahan, Kecamatan hingga Mahasiswa untuk mengikuti kegiatan tersebut,” tambahnya.
Namun, Yudi menyayangkan masih minimnya partisipasi dari masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Padahal kesadaran dan partisipasi dari masyarakat untuk pemeliharaan dan pengendalian pencemaran lingkungan sangatlah diperlukan, terutama sebagai agen perubahan.
“Kami juga senantiasa melakukan pemantauan serta evaluasi secara berkala terhadap kondisi pencemaran, kualitas air dan daerah resapan air di beberapa titik seperti di hulu sungai Karang Mumus, melakukan kegiatan penanaman di beberapa lokasi. Hal ini terus kami upayakan untuk meningkatkan indeks kualitas lingkungan hidup di Samarinda,” jelasnya.
Pandangan Dinas Pariwisata Terhadap Potensi Wisata di Betapus
Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata, Nur Asikin, menyebutkan bahwa Dinas Pariwisata Samarinda sebelumnya sudah berkunjung dan mengamati kondisi di kawasan Betapus. Menurutnya lokasi tersebut merupakan salah satu potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi terutama karena pemandangan sawah yang indah.
Namun, untuk saat ini Betapus belum resmi ditetapkan sebagai destinasi wisata unggulan Samarinda, karena ada berbagai aspek yang harus dipenuhi untuk diresmikan baik itu dari segi lingkungan maupun SDM.
“Syarat yang harus diperhatikan atau dipenuhi jika suatu lokasi ingin diresmikan sebagai Destinasi Wisata Unggulan yaitu, ketersediaan tempat pembuangan sampah dan teknis pengelolaan, ketersediaan WC dan saluran pembuangannya, siapa saja pengelolanya, fasilitas yang tersedia, akses nya nyaman atau tidak dan masih banyak lagi syaratnya,” ungkapnya Jumat (23/02)
Iwan Amrullah, Pejabat Fungsional, menjelaskan bahwa saat ini Dinas Pariwisata Samarinda sedang fokus untuk mengembangkan destinasi wisata unggulan dan akan melakukan review untuk lokasi-lokasi yang menjadi potensi destinasi wisata baru, salah satunya Betapus yang akan direview lebih lanjut di akhir tahun ini.
“Namun, untuk dikatakan sebagai Agrowisata pun masih belum memenuhi kriteria karena sebenarnya Agrowisata itu bersifat setiap waktu. Kalau betapus itu kan ramenya sewaktu-waktu saja terutama saat mulai musim panen. Selain itu, agrowisata biasanya tanaman yang ada itu bervariasi tidak hanya 1 atau 2 jenis tanaman saja,” jelasnya saat diminta tanggapan terkait Betapus merupakan salah satu Agrowisata di Samarinda.
Lebih lanjut, keduanya juga menjelaskan untuk meresmikan suatu destinasi wisata, perlu untuk meninjau dampak lingkungannya terlebih dahulu, bekerjasama dengan UPTD lain atau pihak terkait serta melakukan komunikasi secara bertahap kepada masyarakat atau pemilik lahan.
Tanggapan Akademisi Mengenai Kondisi Lingkungan di Betapus
Kepala Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Mulawarman Fahrizal Adnan, menyampaikan, plastik merupakan sampah yang sulit terurai dan ukurannya akan mengecil dalam waktu yang lama.
Tentu, apabila sampah plastik tertimbun di dalam tanah akan mengubah struktur tanah karena mengandung zat yang mengganggu hormon. Selain itu, apabila sampah plastik ini berada di parit irigasi, cenderung berpotensi menurunkan kualitas air.
Apabila di parit irigasi juga terdapat limbah sisa minyak, nantinya akan mengental dan bisa saja membuat parit tersumbat. Apalagi oksigen di dalam air akan berkurang dan mempengaruhi kualitas air tersebut.
Hal yang berhubungan dengan pengelolaan sampah rumah tangga sebenarnya sudah diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2008. Sebaiknya masyarakat mengetahui mengenai hal ini. Ada beberapa rekomendasi yang bisa diterapkan di sekitar kawasan Betapus jika mengacu peraturan tersebut.
“Perlu adanya fasilitas pengelolaan sampah yang terarah di daerah Betapus, harus ada sanitasi atau air bersih yang tersedia, hingga adanya MCK yang menggunakan septic tank biofil,” jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Bimtek dan Bantuan Teknologi untuk Karang Taruna, Dispora Kaltim Siapkan Pemuda Berdaya
- Sri Wartini Tekankan Netralitas dan Partisipasi ASN dalam Pemilu 2024
- FUGO Hotel Samarinda Rayakan Tahun Baru 2025 dengan Kemewahan “CARNIVAL One Night at Rio de Janeiro”
- Biro Kesra Kaltim Bahas Kebijakan Jaminan Keselamatan Wisatawan Demi Wujudkan Destinasi Sehat
- Debat Kedua Pilwali Samarinda, Andi Harun-Saefuddin Zuhri Komitmen Turunkan Angka Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak