Nasional

Dalam Setahun, Tuberkulosis di Indonesia Tembus 969 Ribu Kasus dengan 144 Kematian

Kaltim Today
24 Maret 2023 12:30
Dalam Setahun, Tuberkulosis di Indonesia Tembus 969 Ribu Kasus dengan 144 Kematian
Ilustrasi. (Pexels)

Kaltimtoday.co - Pakar kesehatan menyebut, jumlah kasus Tuberkulosis di Indonesia masih akan terus bertambah jika tak dilakukan penanganan yang tepat.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tuberkulosis di Indonesia jumlah kasus baru di tahun 2022 tembus 969 ribu dan 144 ribu kematian dalam satu tahun. Angka tersebut tergolong fantastis dan menjadi menjadi masalah serius.

Data penemuan kasus baru di tahun 2023 menunjukkan angka 74 persen dari tahun sebelumnya. Setidaknya 86 persen untuk TB sensitif obat dan TB resisten obat berhasil masuk dalam pengobatan.

“Dari yang diobati, angka keberhasilan pengobatan kita untuk TB sensitif obat adalah 85 persen padahal targetnya 90 persen. Pasien TB resisten obat angka keberhasilan pengobatannya jauh lebih rendah lagi, yaitu hanya 51 persen dengan target yang harus dicapai adalah 80 persen,” terang pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, dikutip pada Jumat (24/3/2023).

Adapun TB laten yakni kondisi di mana terdapat kuman tetapi tidak aktif. Kuman tersebut dapat menjadi aktif dan mengakibatkan tuberkulosis jika daya tahan tubuhnya menurun. Mereka yang terinfeksi TB laten berisiko 5-10 persen untuk jatuh sakit TB aktif.

Prof. Tjandra meminta dilakukannya Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) untuk meminimalkan terjadinya kasus baru. Sayangnya, cakupan TPT di Indonesia ini masih rendah.

Melihat situasi yang begitu genting sekarang ini, maka kita perlu meningkatkan upaya maksimal agar target eliminasi tuberkulosis dapat tercapai.

World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan lima pedoman dalam menanggulangi masalah penyakit tuberkulosis, di antaranya:

  1. Melakukan terapi pencegahan tuberkulosis.
  2. Skrining sistematik penyakit tuberkulosis.
  3. Tes cepat deteksi tuberkulosis.
  4. Mencakup pengobatan TB resisten obat.
  5. Membahas bagaimana menangani kasus TB anak dan dewasa.

Prof. Tjandra pun mengingatkan kembali mengenai singkatan tuberkulosis bukanlah TBC (disebut: tebese). Penyakit tuberkulosis tidak memiliki huruf ‘C’ sehingga singkatan yang tepat adalah TB.

“Kalau toh masih ada yang mau menggunakan singkatan TBC maka membacanya harusnya adalah ‘tebece’, bukan ‘tebese’,” tutupnya.

[RWT | SR]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram “Kaltimtoday.co”, caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya