Daerah

Dari Beras ke Minyak Goreng, Koperasi Merah Putih Samarinda Siapkan Kerja Sama dengan Dapur MBG

Defrico Alfan Saputra — Kaltim Today 03 Oktober 2025 14:25
Dari Beras ke Minyak Goreng, Koperasi Merah Putih Samarinda Siapkan Kerja Sama dengan Dapur MBG
Ketua Koperasi Kelurahan Merah Putih Lempake Adung. (Defrico/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Penjajakan kerjasama antara Koperasi Kelurahan Merah Putih Lempake Samarinda bersama Dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai direncanakan. Kerjasama ini dilakukan sebagai upaya menyerap hasil panen beras dari petani lokal.

Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Koperasi Kelurahan Merah Putih Lempake, Adung  di Samarinda pada Jumat (3/10/2025).

"Perkiraan bulan ini kita melakukan nota kesepahaman dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait penawaran beras dan minyak goreng," ungkapnya.

Koperasi juga berkeinginan untuk bekerja sama dengan Brigade Pangan dalam hal penyerapan beras petani secara lebih luas. Pihaknya menargetkan agar ke depan koperasi dapat memiliki produk beras lokal dengan merek dan kemasan sendiri.

Namun, Adung mengakui hal tersebut masih menghadapi kendala terkait perizinan untuk pengemasan yang saat ini sedang dipelajari secara mendalam.

"Harga beras di tingkat petani saat ini sudah relatif tinggi, dengan rata-rata harga jual mencapai Rp15.000 per kilogram.

Komponen biaya pengemasan dan negosiasi harga akhir dengan pihak MBG menjadi faktor penentu yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Menurutnya, pasar yang dilayani oleh program MBG sangatlah potensial karena kebutuhannya dapat mencapai ribuan porsi setiap hari.

Kerja sama tersebut menjadi semakin relevan mengingat saat ini Perum Bulog sedang menghentikan sementara penyerapan gabah hasil panen petani.

Adung menyatakan penghentian penyerapan oleh Bulog disebabkan oleh kuota yang sudah terpenuhi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya sedang mendorong Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur untuk memfasilitasi Rapat Dengar Pendapat (RDP) dalam mengoptimalkan penyerapan beras petani lokal.

"Tantangan lain yang dihadapi adalah terkait permodalan, di mana proposal bisnis yang diajukan ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menuntut profitabilitas dalam waktu yang singkat," ucap Adung.

[RWT] 



Berita Lainnya