Daerah
Dari Sampah Jadi Sumber Penghidupan: Kisah Inspiratif KUBE Balanipa di Kaltim
Kaltimtoday.co, Tenggarong - Di bangunan sederhana Desa Badak Baru, Kecamatan Muara Badak, tumpukan tali bekas besar dan lusuh tertata rapi. Tali-tali yang pernah mengikat kapal besar di Sungai Mahakam dan Laut Kalimantan Timur itu dulu berwarna putih bersih, kini kecoklatan, penuh bekas. Namun, di tangan Sahabuddin, warga Muara Badak, tali-tali ini menemukan makna baru—menjadi tali rumpon yang bernilai ekonomi tinggi.
Gagasan ini muncul dari pemikiran Sahabuddin yang melihat potensi tali bekas untuk diubah menjadi alat tangkap ikan bagi para nelayan. Bersama Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Balanipa yang ia dirikan, Sahabuddin membuka peluang ekonomi bagi diri sendiri dan komunitasnya.
“Saya melihat tali bekas ini bisa diolah menjadi tali rumpon yang kuat dan bernilai,” kata Sahabuddin, yang meninggalkan pekerjaannya di perusahaan migas VICO (sekarang Pertamina Hulu Sanga-Sanga/PHSS) untuk mendalami usaha daur ulang ini.
Awalnya, Sahabuddin ingin berdagang bahan baku tali bekas. Namun, atas saran keluarganya, ia memutuskan fokus pada daur ulang tali menjadi tali rumpon. Berbekal modal seadanya dan dukungan keluarga, Sahabuddin memulai usahanya pada 2019. Dengan tekun, ia dan timnya bekerja setiap hari untuk memisahkan, merajut, dan memintal tali bekas tersebut, menggabungkannya dengan bahan tambahan seperti nilon dan sutra, hingga menghasilkan tali rumpon berkualitas tinggi. Dalam sehari, mereka dapat memproduksi empat hingga lima gulungan tali sepanjang 80 meter.
Namun, seiring permintaan yang meningkat, kendala biaya operasional dan bahan baku mulai dirasakan. Untuk mempertahankan usahanya, Sahabuddin menjalin kemitraan dengan Pertamina Hulu Sanga-Sanga. Melalui program ini, KUBE Balanipa mendapat berbagai dukungan, mulai dari peralatan produksi hingga akses bahan baku.
“Setelah membentuk KUBE Balanipa, Alhamdulillah PHSS membantu usaha kami sejak 2020,” ujarnya.
Nama Balanipa diambil dari Kerajaan Balanipa di Sulawesi Barat, tanah kelahiran Sahabuddin. “Tidak ada harapan khusus dari nama tersebut, hanya ingin membawa identitas asal kami,” tambahnya.
Berkat dukungan ini, KUBE Balanipa berkembang pesat. Dalam empat tahun, produksi mereka melonjak dari 5 gulungan menjadi 27 hingga 33 gulungan per hari, dengan harga jual sekitar Rp 290 ribu per gulungan. Anggota KUBE juga meningkat, dari 12 orang menjadi 16 orang, termasuk tujuh perempuan dan dua lansia. KUBE Balanipa kini bukan hanya tempat memulihkan tali bekas, tapi juga simbol harapan bagi mereka yang kurang beruntung.
Di tengah tantangan produksi yang terus meningkat, Sahabuddin dan anggota KUBE harus berusaha mencari bahan baku tali bekas dari berbagai daerah seperti Samboja, Bontang, hingga Sangkulirang. Penjualan tali rumpon ini utamanya masih berfokus di Bontang dan Sulawesi Barat, dengan omzet mencapai Rp 50 hingga Rp 100 juta per bulan.
“Alat pemintal tali kami sudah dipatenkan oleh Kementerian Hukum dan HAM, dan sudah direplikasikan di Sulawesi Barat. Jadi teknologinya juga bermanfaat di sana,”tambah Sahabuddin.
Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Di bangunan sederhana tanpa dinding, sejumlah perempuan dan lansia terlihat sabar memisahkan tali-tali bekas sebelum dirajut ulang menjadi tali rumpon. Bagi para anggota KUBE, ini bukan hanya soal pekerjaan, tetapi cara untuk menjaga harga diri dan mendapatkan penghasilan yang berarti.
“Saya ingin usaha ini memberikan manfaat bagi masyarakat, dan melihat mereka mendapatkan penghasilan adalah kebahagiaan tersendiri,” kata Sahabuddin, pria 52 tahun.
Dengan jam kerja fleksibel dari pukul 15.00 hingga 17.00 WITA, para anggota KUBE mendapat penghasilan rata-rata Rp 3 juta per bulan, cukup membantu kebutuhan keluarga. Sahabuddin pun mengungkapkan rasa syukurnya bahwa beberapa anggota berhasil menyekolahkan anak hingga lulus perguruan tinggi berkat usaha ini.
Dukungan dan Prestasi
Inovasi yang diinisiasi KUBE Balanipa mendapat apresiasi dari pemerintah daerah dan pihak terkait. Produk tali rumpon ini pernah berpartisipasi dalam lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Provinsi Kaltim. Melalui kemitraan dengan PHSS, Balanipa Rope Technology atau “Barotech” telah menerima penghargaan bergengsi, termasuk Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2021 untuk SDGs 12.5, Kukar CSR Award 2023, dan ISRA Awards 2024.
“Program Balanipa berkontribusi terhadap SDGs, khususnya tujuan kesetaraan gender, pekerjaan layak, dan konsumsi bertanggung jawab,” ungkap Elis Fauziyah, Head of Communication & CID Zona 9 PHSS.
PHSS sendiri terus berupaya melakukan inovasi berkelanjutan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan lingkungan.
[RWT]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- CSR Perusahaan di Kaltim Sukses Wujudkan 346 Rumah Layak Huni
- Akmal Malik: Reklamasi Tambang Kaltim Jadi Kunci Pertanian Berbasis IKN
- BMKG Peringatkan Potensi Pasang Laut hingga 2,7 Meter di Kaltim pada Akhir November
- Aksi Damai Mahasiswa di Tanah Grogot, Serukan Tuntutan Stop Hauling Batu Bara
- Pengamat: Program Beasiswa dari Isran Noor adalah Solusi Cerdas Bagi Kaltim