Daerah

Inovasi Kompor KOBRA, Ubah Limbah Sawit Jadi Energi Ramah Lingkungan di Kaltim

Kaltim Today
11 Juni 2025 19:23
Inovasi Kompor KOBRA, Ubah Limbah Sawit Jadi Energi Ramah Lingkungan di Kaltim
Kompor Berbasis Biobriket Alternatif (KOBRA) merupakan hasil kolaborasi tim riset dari ITK, BRIN, serta Yayasan Mitra Hijau (YMH).

Kaltimtoday.co, Balikpapan - Potensi limbah kelapa sawit yang melimpah di Kalimantan Timur kini dimanfaatkan menjadi energi alternatif ramah lingkungan. Inovasi ini diwujudkan lewat teknologi Kompor Berbasis Biobriket Alternatif (KOBRA), hasil kolaborasi tim riset dari Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Yayasan Mitra Hijau (YMH).

KOBRA hadir sebagai solusi alternatif terhadap penggunaan energi fosil di dapur, sekaligus menjadi jawaban atas permasalahan limbah biomassa di daerah penghasil sawit.

Ketua tim riset KOBRA, Yunita Triana, menjelaskan bahwa bahan bakar utama untuk kompor ini berasal dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang direkatkan dengan kulit singkong. Kalimantan Timur menjadi lokasi ideal karena menyumbang sekitar 33 persen produksi sawit nasional, dengan 1,3 juta hektare lahan sawit aktif.

“Limbah TKKS di Indonesia bisa mencapai 17 juta ton per tahun. Sedangkan limbah pelepah sawit bisa mencapai 10–15 ton per hektare per tahun. Ini menunjukkan bahwa suplai bahan baku sangat melimpah,” ujar Yunita saat acara diseminasi KOBRA pada Kamis, 5 Juni 2025.

Kompor KOBRA dilengkapi Thermoelectric Generator (TEG), perangkat yang mengubah energi panas dari pembakaran biobriket menjadi energi listrik untuk menggerakkan kipas angin di dalam tungku. Kipas ini membantu memperbesar nyala api tanpa perlu dikipas secara manual.

“Dengan sistem ini, pengguna tidak perlu repot mengipas lagi. Kompor ini mampu menghemat energi hingga 437 kWh per tahun, dengan biaya produksi hanya sekitar Rp350 ribu,” jelas Yunita.

Inovasi ini juga masih bisa dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan panel tenaga surya sebagai sumber daya tambahan.

Pengembangan KOBRA melibatkan sejumlah dosen ITK seperti Riza Hudayarizka, Widi Astuti, dan Riza Hadi Saputra, serta mahasiswa seperti M. Bintang Adiputra, M. Ihsan Noor Isnan, Yosua Situmeang, Yurischa Deify Utami, dan Hana Fadhillah.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, Dicky Edwin, turut menyampaikan bahwa potensi energi biomassa Indonesia bisa mencapai 57 gigawatt, namun hingga 2022, pemanfaatannya baru sekitar 2 gigawatt.

“KOBRA adalah bentuk nyata pemanfaatan energi terbarukan. Apalagi saat ini kita menghadapi perubahan iklim ekstrem, dengan suhu global terus meningkat,” jelasnya.

Menurut data tahun 2023, Indonesia mengalami lebih dari 5.400 bencana, mayoritas akibat perubahan iklim, seperti banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan. Dengan suhu bumi yang terus memecahkan rekor panas dari tahun ke tahun, diperlukan upaya konkret dalam penggunaan energi bersih.

[RWT] 



Berita Lainnya