Samarinda
Kabut Asap di Samarinda Semakin Pekat
Kaltimtoday.co, Samarinda - Kabut asap mulai melanda sebagian wilayah Kaltim. Bahkan semakin pekat di Samarinda, sejak Jumat kemarin, dan hari ini pada 14 September, semakin menjadi-jadi.
Ketebalan kabut asap yang terjadi di Kota Tepian, diketahui merupakan dampak kiriman dari Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Kalimantan Selatan (Kalsel), akibat dari kebakaran hutan dan lahannya.
Hal itu diungkapkan Kepala Koordinator Teknisi (Kapoksi) Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Samarinda, Aliansyah. Kondisi tersebut bisa berdampak ke Samarinda karena dipicu arah angin dari selatan. Yang membawa asap hingga Kaltim. Celakanya, tak ada hujan yang mengguyur di tanah Bumi Etam beberapa waktu belakangan.
Jika terus berlangsung seperti ini, diprediksinya jika kondisi kesehatan lingkungan akan semakin membahayakan. Apalagi, nantinya jika arah angin dari selatan saat ini berubah haluan dari arah barat daya.
Informasi yang berhasil dihimpun dari pantauan BMKG Samarinda, terdapat 19 titik panas kategori warna merah 81-100 persen. Tersebar di 10 kabupaten/kota di Kaltim. Titik itu dipastikan kebakaran hutan dan lahan. Bila dilihat dari empat satelit Aqua, Terra, SNPP, dan NOAA 20, terdapat 5.012 titik panas di seluruh Kalimantan. Potensi terbakar berkisar 71-80 persen.
Tidak hanya dari kemarin, bahwa diterangkannya, sudah dua pekan ini kabut asap menyelimuti Samarinda. Namun belum sampai mengganggu jarak pandang. Meski demikian, BMKG kesulitan memantau kualitas udara sejak berselimut asap. Alat Particulate Meter (PM) 10 yang dimiliki BMKG tengah rusak. Terendam banjir Samarinda pada Juni 2019 lalu. BMKG menunggu teknisi datang memperbaiki alat-alatnya.
Masyarakat pun diminta waspada. Saat ini masih kemarau panjang. Diharapkan warga memiliki kesadaran untuk tidak membakar lahan. Dikhawatirkan akan menambah kepekatan kabut di Samarinda. Kondisi ini diperkirakan terus terjadi hingga November 2019 mendatang. Puncak cuaca hujan baru masuk pada Desember 2019.
"Hujan memang masih ada di Samarinda, tapi sedikit. Dari info kami dapatkan, Paser sudah dua bulan tidak hujan. Hujan ringan tidak merata. Spot-spot hujan lokal," ucapnya.
Kemarau di Kaltim diperkirakan berlangsung hingga akhir Oktober 2019. Sedangkan musim hujan mulai dasarian III Oktober 2019 sampai dasarian I November 2019.
Disebutkan Kepala Dinas Kesehatan Samarinda, Rustam, pihaknya mulai mengimbau berbagai bidang memberikan kewaspadaan dini ke setiap puskesmas. Masyarakat diarahkan mulai menggunakan masker. Pembagian dari pemerintah, baru memungkinkan ketika kabut asap sudah masuk kategori bencana.
Menurut Rustam, pada musim kemarau begini, sejumlah penyakit mudah menyerang. Di antaranya disebabkan kekeringan air dan kabut asap.
"Penyakit sekarang ini kan susah air. Jadi yang harus diantisipasi juga diare. Selain itu ISPA, penyakit mata, dan kulit, biasa muncul dalam keadaan kemarau begini,” terangnya.
Jadwal Penerbangan Terganggu
Jumat, 13 September, kabut asap yang melanda Kota Tepian, turut berdampak kepada jadwal penerbangan di Bandara APT Pranoto, Kecamatan Sungai Siring, Samarinda Utara. Dari informasi yang berhasil dihimpun, terdapat 16 rute penerbangan mengalami penundaan. Dari kesemuanya penundaan, diinformasikan, satu diantaranya dialihkan ke Bandara Sepinggan Balikpapan. Yakni Batik Air 7281 dari rute Jakarta - Samarinda.
Ketebalan kabut asap yang terjadi saat ini, mempengaruhi jarak pandang di udara. Yang sempat tercatat hanya berjarak 300 meter. Akibatnya, bandara pun ditutup untuk take off maupun landing. Hal itu dipantau melalui Notice to Airmen (Notam) dari Air Nav Indonesia. Imbasnya, memundurkan sejumlah jadwal penerbangan.
Sejumlah penerbangan delay misalnya Batik Air. Seharusnya terbang pukul 07.30 Wita, molor 3 jam ke tujuan Jakarta (CGK). Demikian juga pendaratan Batik Air dari Yogyakarta (YIA), juga sempat dialihkan ke Balikpapan. Pun demikian Garuda Indonesia. Dari Jakarta (CGK) seharusnya mendarat 10.30 Wita. Namun baru mendarat pukul 14.00 Wita.
Sekitar pukul 14.30 Wita, jarak pandang barulah normal pada 1.000 meter. Sejumlah pesawat baru bisa mendarat. Batik Air ID 7281 yang sejak pagi sempat mengalihkan pendaratan ke Bandara Sepinggan Balikpapan, sudah tiba di Bandara APT Pranoto.
Sedangkan pada Sabtu 14 September, hari ini, jarak pandang udara kembali menurun. Yakni pada kejauhan 800 meter. Di mana jarak pandang minimal yang aman , sesuai prosedur untuk penerbangan di Bandara Apt Pranoto adalah 5000 m.
Hal ini menyebabkan terganggunya beberapa penerbangan dari dan menuju Samarinda, ada yang harus Divert menuju Balikpapan dan adapula penerbangan yang mengalami keterlambatan ( delay flight ). sampai dengan berita ini di turunkan, pihak Perum LPPNPI , PIA Balikpapan yang merujuk pada data cuaca terkini dari BMKG Samarinda mengeluarkan Notam VBM (Visibility Bellow Minima) di Bandara APT Pranoto sampai dengan perkiraan pukul 18:00 Wita.
[JRO | RWT]