Opini
Karakter Guru Status Quo Vs Guru Penggerak
Oleh: Mohammad Makmun Qomar, M.Pd (Guru SMP Negeri 12 Samarinda)
PERUBAHAN segala bidang sangat cepat. Dunia ilmu teknologi informatika terus melakukan inovasi-inovasi yang sebelumnya belum terbayang oleh kebanyakan pikiran manusia. Perubahan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk melayani kemudahan kehidupan manusia walaupun ada oknum-oknum kreatif dibuat untuk kejahatan.
Perubahan ini tidak bisa dibendung apalagi dihentikan. Perubahan ilmu teknologi informatika sangat berpengaruh kepada karakter manusianya. Ketika manusia tidak mau menerima inovasi-inovasi tersebut, maka dia akan tertinggal oleh zaman dan lambat laun akan menjadi manusia unik karena sangat berbeda dari lingkunganya.
Dunia pendidikan, berkejaran dengan perubahan. Pendidikan harus mampu menjadi lokomotif yang mampu bersaing dengan perubahan itu. Sangat bahaya kalau perubahan larinya lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan di dunia pendidikan.
Dunia pendidikan harus menjadi tempat yang kondusif bagi tempat perkembangan perubahan. Dunia pendidikan sebagai kawah candradimuka inovasi ilmu pengetahuan harus dapat menjadi inspirasi dan pendorong perubahan-perubahan.
Dunia pendidikan, elemen pentingnya guru, peserta didik dan keluarga. Tiga elemen ini harus saling mendukung, bahu membahu untuk memastikan perkembangan ilmu pengetahuan berjalan dengan harmonis. Salah satu dari tiga elemen tersebut patah maka alamat perkembangan ilmu pengetahuan tidak akan berjalan sesuai dengan harapan. Tiga elemen tersebut harus saling menyadari kedudukan masing-masing dan menempatkan dirinya sesuai dengan porsi yang terukur dan bertanggung jawab.
Guru, elemen yang sangat penting bagi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada figur guru, perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan sangat diharapkan. Perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat ini menuntut guru harus respek dengan perubahan itu. Guru yang tidak mau bergerak, tidak mau mengikuti perubahan maka akan membahayakan perkembangan dari peserta didik.
Karakter guru yang nyaman dengan status quo adalah karakter guru yang alergi dengan perubahan. Karakter guru yang alergi dengan perubahan bisa digambarkan dengan mengajar metode yang tidak menarik, metode evaluasi yang terbatas, media pembelajarannya dari waktu ke waktu itu-itu saja, tidak mau mengikuti pelatihan, tidak dapat mengoperasikan komputer dan aplikasi yang berhubungan dengan pembelajaran, kasar kepada peserta didik, tidak tertib waktu, merokok di lingkungan sekolah dan karakter-karakter yang lain yang tidak pantas. Karakter guru seperti ini tentu tidak menguntungkan bagi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Peserta didik tidak akan banyak mendapatkan kemanfaatan akan kehadiran beliau di depan kelas bahkan cenderung merugikan perkembangan karakter peserta didik.
Kesadaran perubahan karakter guru yang seperti ini harus terus dilakukan dengan pendekatan dan pembimbingan secara manusiawi dan tidak boleh ditinggal harus ditarik diajak jalan bersama agar pola pikirnya berkenan berubah demi perkembangan peserta didiknya.
Kehadiran guru di sekolah mempunyai arti yang sangat bermakna bagi perubahan sekolah dan karakter peserta didik. Guru harus memberikan sumbangsih ide-idenya bagi perkembangan sekolah. Kemampuan mengolah ide menjadi tindakan nyata bagi perubahan sekolah. Ide-ide tidak bisa diukur besar kecilnya, tetapi aplikasi dan tindakan nyata dari ide tersebut mampu memberikan kebermaknaan bagi sekolah atau tidak. Kehadirannya harus memberi solusi bukan duri di sekolah.
Guru dan sekolah adalah dua unsur yang tidak bisa dipisahkan. Guru adalah figur yang mengajarkan perubahan, kemajuan, kebaikan, kemulian. Sekolah tidak harus ruang permanen. Kebun, pasar, sawah, gunung, hutan, lautan adalah sekolah tempat mencari ilmu. Dalam bahasan ini dibatasi guru adalah sosok manusia yang menjadi teladan mengajarkan ilmu-ilmu perubahan dan perkembangan. Menjadi sosok manusia yang lebih mulia dalam kebaikan-kebaikannya. Sekolah adalah tempat untuk belajar dimana guru mentransfer ilmu kemuliaannya.
Guru harus menguasai kondisi peserta didik dan sekolahnya. Karakter peserta didik adalah menjadi sudut utama untuk digodok menjadi lebih baik. Guru harus mampu mengenali karakter-karakter peserta didik, agar guru mampu mengembangkan karakter-karakter tersebut agak lebih mudah. Guru memahami lingkungan sekolah, sehingga ide-ide terbaiknya akan dapat diberikan ke sekolah untuk perubahan.
Guru mampu menganalisis mengapa sekolahnya terasa panas, ternyata memang kurang tanaman besar. Sekolah kurang indah karena di sekolah kurang tanaman bunga. Ide-ide kecil itu sebagai bentuk kecintaan dan pengetahuan guru terhadap kondisi sekolah. Mengetahui kondisi lingkungan sekolah, guru akan mampu melewati tantangan-tantangan di sekolah karena guru telah memetakan tantangan tersebut memberi solusi terbaik bagi sekolah.
Ilmu pengetahuan berubah maka materi pelajaran, metode mengajar, sarana prasarana, proses penilaian pasti harus mengikuti perkembangan itu. Guru tidak bisa lagi mengajarkan materi pelajarannya sama seperti ketika dia menjadi peserta didik dulu. Guru harus mengkombinasi ilmu pengetahuan dulu dengan ilmu-ilmu baru yang terupdate.
Mengupdate ilmu pengetahuan tentu bisa dengan pelbagai cara, membaca buku, mengikuti pelatihan, seminar, workshop ataupun melihat materi pelajaran di internet. Pengetahuan yang baru tersebut harus disampaikan dengan cara yang baru, dan menarik. Penyampaian materi pelajaran tidak bisa lagi hanya dengan ceramah. Metode-metode penyampaian materi pelajaran dapat dikembangan dengan diskusi, kerja kelompok, presentasi, unjuk kerja, debat, demonstrasi atau metode lain yang membuat peserta didik dapat menghadirkan roh dirinya ada dalam pelajaran tersebut. Pelajaran akan merugi dan hanya menghabiskan waktu manakala roh peserta didik tidak dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga evaluasi pembelajaran juga akan mengikuti metode yang digunakan.
Secara aktual, guru-guru dihadapkan pada situasi zaman yang terus bergerak dan tantangan semakin semakin kompleks. Permasalahan lemahnya motivasi untuk berubah menjadi kendala tersendiri yang harus disadari oleh seorang guru. Guru akan lebih mudah menyalahkan situasi, sarana prasarana kurang lengkap, kepemimpinan kepala sekolah tidak baik, guru-guru lain sangat apatis, peserta didik tidak pandai, sekolah jauh dari tempat tinggal, dan sederet permasalah-permasalahan lainnya. Guru terjebak dengan permasalah di luar kendali dirinya dan tidak mampu mengintrospeksi dirinya sendiri. Menunjuk lebih mudah apalagi mengkambinghitamkan situasi atau rekan kerja. Dan itu membuat blok dalam pikiran untuk melakukan perubahan. Kaki tidak akan mampu melangkah dan perubahan dan perkembangan jalan di tempat.
Sarana prasarana, rekan kerja, kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan sekolah, kebijakan pemerintah, kondisi peserta didik, seringkali menjadi biang kerok kambing hitam guru yang alergi perubahan. Guru tidak layak mengkambinghitamkan kondisi, bahkan dia harus lepas dari kondisi tersebut laksana memberikan sumbangsih perbaikan. Seorang guru harus berbagi ilmu kepada rekan guru lain, entah tentang metode mengajar, evaluasi, media pembelajaran atau kemampuan dalam membuat aplikasi pembelajaran dengan komputer, atau bahkan cara merambah internet dengan email guru.id. dan fasilitas didalamnya.
Guru melakukan pembimbingan peserta didik sehingga mereka berprestasi merubah karakter dirinya menjadi peserta didik yang dicintai oleh peserta didik lainnya, keluarga dan lingkungan nya. Prestasi itu besar bagi mereka apalagi membawa peserta didik menjadi juara-juara kota bahkan nasional bahkan internasional. Sumbangsih kepada orang lain adalah karakter yang harus dikembangakan pribadi guru untuk menyiapkan pondasi perubahan yang bermakna bagi kehidupan.
Tantangan masing-masing guru berbeda-beda. Guru yang bertugas di kota akan berbeda dengan guru yang berada di pinggir hutan bahkan di pertengahan perkebunan kelapa sawit. Guru-guru yang berada dikota tentu tidak pernah merasakan jalan yang berlumpur, tidak ada listrik, tidak ada sinyal internet atau handphone. Guru-guru di pelosok hutan biasa bertemu dengan rombongan babi, kebanting dan masuk kubangan lumpur saat berangkat atau pulang dari sekolah. Bahkan harus mengarungi laut atau sungai untuk menuju sekolah dengan waktu yang lama. Kesenangan, kegetiran, kekuatan menjalani tugas adalah pengabdian bagi perubahan dan kemanusiaan. Ketangguhan guru atau resiliensi merupakan kemampuan pribadi guru dalam menjalankan tugas yang harus diemban. Setiap saat resiliensi guru akan diuji dengan kondisi dan tempat masing-masing, jawabannya ada dalam keikhlasan menjalankan pengabdiannya.
Guru adalah role play bagi peserta didik. Tugas istimewa yang disandang sebagai figure guru. Role play adalah karakter idola peserta didik, karakter yang istimewa bagi mereka. Karakter ini melekat dalam pribadinya. Karakter ini tidak bisa dilepas dari figure sebagai guru. Sebagai figure istimewa dan idola tentu akan menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik. Guru harus memberikan keteladanan yang dapat dicontoh oleh peserta didik. Sangat tidak layak guru merokok di lingkungan sekolah apalagi di depan kelas, berkata jorok atau kasar, berperilaku yang menyalahi adat ketimuran. Guru harus mampu memberikan dampak mulia bagi peserta didik melihat kemulian berperilakunya.
Guru harus berubah lebih maju. Guru tidak bisa lagi alergi dengan perubahan. Guru harus terus belajar. Sehingga menjadi guru yang mampu meletakan dasar-dasar perubahan dan perkembangan kepada peserta didik. Profesionalisme guru mampu meletakan dasar pijakan kuat kepada peserta didik untuk menyerap perubahan yang akan diolah menjadi inovasi-inovasi ilmu pengetahuan pada saatnya nanti. Tantangan tidak ringan bagi guru saat ini adalah mengajar peserta didik mengalami learning loss era pasca Covid-19. Tantangan guru penggerak yang harus segera diselesaikan. (*)