Samarinda

Kembali ke Sekolah pada Januari Mendatang, Hadi Mulyadi: Perlu Ada Simulasi dan Sifatnya Situasional

Kaltim Today
19 Desember 2020 19:27
Kembali ke Sekolah pada Januari Mendatang, Hadi Mulyadi: Perlu Ada Simulasi dan Sifatnya Situasional
Hadi Mulyadi, Wakil Gubernur Kaltim.

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru yakni Januari mendatang masih jadi pertimbangan. Sebelumnya, beberapa sekolah di Kaltim sudah menggelar simulasi untuk persiapan kembali ke sekolah. Dalam hal ini, protokol kesehatan wajib dipatuhi.

Anak didik dan tenaga pengajar mesti diberikan edukasi dan pemahaman betapa krusialnya protokol kesehatan. Namun, masih perlu evaluasi mendalam untuk pembelajaran tatap muka. Terlebih lagi, angka positif Covid-19 pun masih fluktuatif di Kaltim.

Sebagai contoh, di Balikpapan terdapat 7 guru SD dan SMP yang terkonfirmasi positif Covid-19. Hasil tersebut didapatkan setelah hasil kelanjutan dari tes rapid dalam rangka simulasi pembukaan sekolah yang digelar pada 14-17 Desember 2020 lalu.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi menyampaikan pada awak media bahwa vaksin Covid-19 yang diprioritaskan untuk TNI-Polri, tenaga kesehatan, ASN, dan penerima bantuan iuran usia 18-59 tahun juga akan diberikan kepada para guru.

"Semua guru di tingkat satuan pendidikan akan diberikan vaksin," ungkap Hadi.

Telah diketahui pula bahwa tenaga pendidik wajib diberikan 4 jenis perlindungan oleh negara. Terdiri atas perlindungan hukum, profesi, kesehatan dan keselamatan kerja, serta perlindungan atas hak kekayaan intelektual.

Ditemui pada Jumat (19/12/2020), Hadi juga mengatakan bahwa kebijakan belajar tatap muka tahun depan tidak dengan membuka seluruh sekolah secara bersamaan. Sehingga, sifatnya masih situasional. Dibeberkan Hadi bahwa masing-masing sekolah bisa melakukan analisa dan terkait keputusan peserta didik untuk kembali ke sekolah ada di tangan orangtua.

"Makanya, lebih baik disimulasikan dulu seperti yang sudah dilakukan di Balikpapan. Contohnya itu masuk sekolah selama seminggu, kemudian yang masuk ke kelas hanya 10 orang. Jadi ada dibagi," lanjutnya.

Hal tersebut juga bertujuan demi kenyamanan para murid selama belajar di dalam kelas. Pengurangan siswa di kelas pun agar suasana tetap kondusif dan tidak terjadi kerumunan orang terlalu banyak.

"Jadi perlu ada simulasi dan ini sifatnya situasional. Saya tidak mengatakan begitu tahun depan dibuka, langsung semua sekolah buka, tidak," pungkas Hadi.

[YMD | RWT]



Berita Lainnya