Nasional

Mayoritas Pengidap Cacar Monyet di Indonesia Terjangkit HIV/AIDS, Kenali Penyebab dan Cara Mendeteksinya

Kaltim Today
03 November 2023 19:00
Mayoritas Pengidap Cacar Monyet di Indonesia Terjangkit HIV/AIDS,  Kenali Penyebab dan Cara Mendeteksinya
Penyakit Cacar Monyet dan HIV/AIDS yang kian mengkhawatirkan saat ini perlu menjadi perhatian serius di Indonesia. (Freepik)

Kaltimtoday.co - Kasus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia telah mencapai 30 orang. Dari total 30 pasien seluruhnya merupakan lelaki dan mayoritas penularan melalui aktivitas hubungan seksual.

Dilansir dari Suara.com, hal ini disampaikan langsung oleh Spesialis Penyakit Dalam sekaligus Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi, dr. Robert Sinto, SpPD. berdasarkan data global dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO per 25 Oktober 2023 dari 91 ribu kasus positif, 96 persen diantaranya merupakan lelaki.

Selain itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta juga menyatakan bahwa mayoritas kasus aktif cacar monyet atau mpox di Jakarta berkaitan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan infeksi penyakit seksual. 

Menurut Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, pada sebuah webinar tentang cacar monyet di Jakarta pada Kamis (2/11), ada 24 kasus aktif pengidap cacar monyet hingga saat ini, dengan mayoritas penderitanya positif terjangkit HIV. Tiga kasus lainnya juga teridentifikasi dengan sifilis.

Melihat fakta-fakta di atas, tentu kita perlu untuk memahami terkait HIV/AIDS beserta faktor penyebab dan cara pencegahannya. Mengingat kasus pengidap HIV/AIDS ini juga kian mengkhawatirkan selain cacar monyet. Mari simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Definisi HIV/AIDS

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan RI Ayo Sehat, HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh kian melemah dan rentan terserang berbagai penyakit.

Virus ini dapat ditularkan melalui kontak terhadap cairan tubuh seperti darah, air mani (sperma), cairan vagina, cairan anus, atau air susu Ibu. HIV yang tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), kondisi ini merupakan stadium akhir dari infeksi HIV dan tubuh sudah tidak mampu untuk melawan infeksi yang ditimbulkan

Faktor Penyebab HIV/AIDS

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan risiko terpapar HIV/AIDS, yang tentu harus kita hindari:

  1. Bergonta-ganti pasangan
  2. Melakukan hubungan seksual yang berisiko baik homoseksual maupun heteroseksual (misalnya : tidak menggunakan kondom)
  3. Menggunakan narkoba jarum suntik yang tidak steril secara bersamaan.
  4. Penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS ke janin melalui plasenta
  5. Mendapatkan transfusi darah atau prosedur medis lainnya yang tidak steril atau tidak dilakukan dengan profesional

Cara Mencegah HIV/AIDS

Setelah mengetahui berbagai faktor risiko, kita juga harus mengetahui bagaimana cara mencegah HIV/AIDS dengan melakukan beberapa hal seperti berikut:

  1. Tidak gonta-ganti pasangan (setia)
  2. Menghindari perilaku seks berisiko dan menggunakan kondom saat berhubungan seksual
  3. Hindari penggunaan segala jenis narkotika, terutama yang melalui jarum suntik
  4. Melakukan edukasi terkait penularan hingga pengobatan HIV/AIDS kepada masyarakat, agar proses penularan tidak terus berlanjut.

Cara Mendeteksi HIV 

Untuk mendeteksi apakah kita positif / negatif dari HIV/AIDS, tentu perlu melakukan pemeriksaan. Tes HIV bisa dilakukan pada fasilitas kesehatan terdekat seperti praktik dokter mandiri, puskesmas, rumah sakit daerah/swasta, atau pada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyediakan fasilitas kesehatan pemeriksaan HIV.

Tidak hanya mendeteksi diri sendiri, tes HIV alangkah baiknya juga dilakukan bersama pasangan seksual, sehingga dapat menghindari penularan HIV kepada orang lain.

Hal yang Perlu Dilakukan Ketika Mengidap HIV

1. Rutin konsumsi obat antiretroviral (ARV)

Bagi penderita HIV wajib mengonsumsi ARV setiap hari. ARV berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sel virus HIV di dalam tubuh. Pertumbuhan sel virus menjadi sangat rendah atau bahkan tidak terjadi atau tak terdeteksi lagi. 

2. Lakukan Pemeriksaan Viral Load (VL) HIV

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui jumlah virus yang ada dalam darah seseorang serta mengukur tingkat keefektifan terapi ARV dan mengurangi risiko penularan HIV kepada orang lain.

Sebaiknya, pemeriksaan dilakukan pada bulan ke-6 dan ke-12 setelah memulai pengobatan dengan ARV. Selain itu, penting pula untuk menjalani pemeriksaan rutin setiap tahun.

Meskipun ada kalanya hasil pemeriksaan VL HIV menunjukkan "tidak terdeteksi," kita tetap harus disiplin dalam meminum obat ARV secara rutin. Hal ini penting untuk mempertahankan keberhasilan pengobatan dan kualitas hidup yang baik.

Melihat pentingnya pemeriksaan VL HIV dalam pengobatan HIV AIDS, diharapkan kita semua dapat memahami manfaatnya dan melakukan pemeriksaan secara berkala sesuai petunjuk dokter. Dengan demikian, kita dapat bersama-sama mewujudkan masyarakat yang sehat dan bebas dari risiko penularan HIV/AIDS.

Mari kenali penyakitnya, ketahui status HIV kita, dan obati segera bila terkena HIV. Hindari penyakitnya, bukan orangnya!

[Kontributor: Gilang Satria Pratama | Editor: Diah Putri]


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Related Posts


Berita Lainnya