Teknologi

Microsoft Kembali Gelar PHK Massal, 9.100 Karyawan Terdampak

Network — Kaltim Today 03 Juli 2025 09:58
Microsoft Kembali Gelar PHK Massal, 9.100 Karyawan Terdampak
Ilustrasi. (Pixabay)

Kaltimtoday.co - Microsoft kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Kali ini, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat tersebut memutuskan untuk memberhentikan sekitar 9.100 karyawan atau sekitar 4% dari total tenaga kerjanya secara global. Ini menjadi gelombang PHK terbesar yang dilakukan Microsoft sejak tahun 2023.

Mengutip laporan dari Reuters pada Rabu (2/7/2025), hingga Juni 2024 Microsoft tercatat memiliki sekitar 228.000 pegawai di seluruh dunia. Namun, pihak perusahaan belum memberikan komentar resmi terkait pemangkasan terbaru ini.

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa Microsoft berencana melakukan pengurangan signifikan di lini penjualan. Bahkan pada Mei 2025, perusahaan sudah terlebih dahulu melakukan PHK terhadap sekitar 6.000 pegawai.

PHK terbesar terjadi di negara bagian Washington, tepatnya di wilayah Redmond yang merupakan lokasi kantor pusat Microsoft. Saat itu, sebanyak 1.985 karyawan terkena dampak, terutama dari divisi teknik perangkat lunak dan manajemen produk. 

Pihak Microsoft menyatakan bahwa PHK kali ini mencakup berbagai level jabatan dan divisi, namun difokuskan pada pengurangan jumlah manajer. Proses pemberitahuan telah dimulai sejak Selasa melalui pengiriman surat kepada para karyawan yang terdampak.

Langkah ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Microsoft baru saja mencetak kinerja keuangan yang kuat pada kuartal pertama 2025. Pendapatan dan laba perusahaan tercatat melampaui ekspektasi analis, dengan laba bersih melonjak 18% mencapai US$ 25,8 miliar.

Meski demikian, para analis menilai langkah efisiensi ini merupakan bagian dari penyesuaian strategi perusahaan di era pascapandemi. Microsoft bukan satu-satunya perusahaan yang melakukan perampingan. Sejumlah korporasi besar lainnya di Amerika juga mengambil langkah serupa guna menyesuaikan operasional di tengah ketidakpastian ekonomi global.

[RWT] 



Berita Lainnya