Samarinda
Pasca Aksi Tolak Omnibus Law di DPRD Kaltim, 2 Mahasiswa Patah Tulang
Kaltimtoday.co, Samarinda - Unjuk rasa yang dilakukan Aliansi Mahasiswa Kaltim Menggugat (Mahakam) pada Senin (12/10/2020) di DPRD Kaltim lalu, berjalan kondusif sejak awal kedatangan mereka pada pukul 14.00 Wita. Massa aksi pun tak henti-hentinya menyampaikan bahwa, kedatangan mereka disertai dengan niat dan tujuan yang baik. Tak ada sama sekali keinginan membuat kericuhan dan tak membawa senjata tajam. Mulai siang hingga sore, massa aksi menyampaikan aspirasi mereka melalui banyak hal. Ada yang membaca puisi, teatrikal, orasi, dan bernyanyi bersama.
Tujuan mereka tetap sama, yakni meminta Pemprov Kaltim serta DPRD Kaltim agar bisa sepakat dan menandatangani nota kesepahaman terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja yang sudah dibawa oleh mahasiswa.
Sempat terjadi diskusi alot antara wakil ketua DPRD yakni Sigit Wibowo dan Muhammad Samsun dengan mahasiswa. Mahasiswa ingin pimpinan DPRD Kaltim bisa naik ke mobil komando bersama gubernur dan wakil gubernur. Namun Sigit mengatakan bahwa, pihaknya harus menyampaikan lebih dulu kepada keduanya.
Setelah menunggu lama, akhirnya mahasiswa tak dapat bertemu dengan Isran Noor. Namun setelah adzan maghrib, Hadi Mulyadi memutuskan untuk menemui mahasiswa. Pada intinya, nota kesepahaman itu tak bisa ditandatangani alias ditolak oleh Pemprov Kaltim dan DPRD Kaltim. Berdasarkan hal itu, situasi di depan pintu gerbang mulai tidak kondusif. Mahasiswa kecewa bahwa hasil itu yang mesti mereka terima.
Secara umum, unjuk rasa harus tuntas pada pukul 18.00 Wita. Namun, kemarin massa aksi diberikan kelonggaran. Mereka tidak dibubarkan. Namun sesaat momen tidak ada penandatanganan nota kesepahaman, kericuhan mulai terjadi. Aparat kepolisian kerap mengingatkan mahasiswa untuk membubarkan diri tapi mereka tak bergeming. Sampai akhirnya gas air mata disiram disertai dentuman semacam bom yang dilepas ke udara. Massa aksi mulai kocar-kacir berusaha menyelamatkan diri. Barisan mereka terhambur. Sekitar pukul 19.00 Wita, aparat melakukan itu.
Gas air mata yang disiramkan pada malam hari tentu bukan hal menyenangkan. Selain kondisi jalan yang gelap, maka akan mengganggu penglihatan. Banyak massa aksi yang jatuh. Mulai pingsan hingga luka-luka. Dinas PUPR Kaltim mulai dipadati tim medis dan korban. Begitu pula di Klinik Islamic Center yang tiba-tiba dipenuhi massa aksi.
Dijelaskan oleh Endy Satria, jenderal lapangan dari Aliansi Kesehatan Samarinda menyampaikan bahwa, beberapa massa aksi ada yang dirujuk ke Rumah Sakit Hermina, Klinik Islamic Center, Rumah Sakit Tentara, RSUD AW Syahranie, RS Bhakti Nugraha, serta RS Samarinda Medika Citra.
"Kalau melihat ricuhnya aksi kali ini, mungkin korbannya ratusan. Waktu korban berdatangan secara tiba-tiba, kami juga panik. Tapi kami pastikan mereka tetap bisa ditangani," ungkap Endy.
Keluhan para massa aksi yang menjadi korban bermacam-macam. Mulai merasakan mata perih, sesak napas akibat gas air mata, pingsan, ada pula yang patah tulang bagian tangan karena keserempet dan terinjak dengan temannya akibat serbuan gas air mata.
"Kita sepakat briefing dari awal dengan teman-teman medis bahwa ada yang menjaga di pintu masuk dan keluar. Untuk mahasiswa tidak kami perkenankan masuk ke gedung PUPR. Kecuali korban," lanjut Endy.
Pihaknya pun sudah menyiapkan 12 ambulans untuk membantu para korban yang berjatuhan. Menurut info yang didapat oleh Endy, korban yang mengalami patah tulang di bagian tangan ada 2 orang. Namun didominasi oleh mereka yang pingsan.
[YMD | RWT]