Headline
Segudang Manfaat Virgin Red Palm Oil, Mulai Tingkatkan Imunitas hingga Tangkal Radikal Bebas
Kaltimtoday.co, Samarinda - Terlepas dari pro dan kontra mengenai sawit, masyarakat saat ini harus berpikiran terbuka. Itu penting agar tidak mudah terhasut kampanye hitam soal sawit yang kerap dikaitkan dengan isu-isu negatif. Mulai perkebunan industri sawit yang jadi alasan atas hilangnya hutan tropis, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, punahnya keanekaragaman hayati, hingga minyak sawit yang tidak ada dampak kesehatannya.
Padahal jika ditelusuri lebih jauh, minyak sawit memiliki manfaat penting bagi kesehatan. Hal ini tentu kontradiktif dengan anggapan sebagian masyarakat yang menilai minyak sawit justru berdampak buruk bagi kesehatan. Faktanya, minyak sawit merah alami atau familiar disebut dengan Virgin Red Palm Oil (VRO) justru mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Fakta pemanfaatan VRO ini bisa dilihat di negara asal ditemukannya tanaman kelapa sawit di Afrika Barat. Di Afrika barat pada 1800 masehi sudah ditemukan bahwa minyak kelapa sawit digunakan di Afrika Barat sejak 3000 tahun sebelum masehi. Bahkan VRO dijual di pasar-pasar tradisional dan ditempatkan bersama kelompok bumbu dapur. Di sana, VRO lazim digunakan untuk bahan masakan. Mengartikan bahwa keamanan pangannya terjamin.
Namun, pemandangan tersebut tak ditemukan di Indonesia. Sebab sejak awal, kedatangan sawit di Indonesia langsung ditujukan sebagai bahan baku industri. Penjualan VRO pun belum bisa didapatkan secara mudah. Biaya pengelolaan VRO di Indonesia memang cukup mahal dan perkembangannya baru dimulai pada 2015 silam.
Beberapa kendala juga tak dapat dihindari. Salah satunya sosialisasi kepada masyarakat yang cukup berat dan butuh waktu karena VRO merupakan produk baru. Namun sekarang, melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) informasi mengenai VRO akan terus digalakkan. Terutama dari segi kesehatannya agar masyarakat bisa teredukasi dengan baik.
Dijelaskan oleh Darmono Taniwiryono, ketua Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia (MAKSI) bahwa VRO merupakan end product untuk dikonsumsi secara langsung. VRO juga tidak dirafinasi dan disebut sebagai kearifan lokal. Telah dikonsumsi sejak 3000 tahun sebelum masehi dan tetap eksis hingga sekarang.
Populer digunakan di negara Amerika Latin, khususnya Brazil. Kemudian Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa juga ikut mengonsumsi dengan alasan menggunakan produk-produk alami. Kualitas yang dimiliki VRO pun setara dengan produk ekstrak herbal.
Pada dasarnya, VRO mengandung beta-karoten atau familiar disebut dengan pro-vitamin A. Pro-vitamin A yang ada pada VRO 15 kali lebih tinggi dibanding pro-vitamin A pada wortel. Sehingga, VRO yang konsistensinya kental dan berwarna merah cerah mengindikasikan beta-karotennya tinggi.
“Jadi, beta-karoten yang ada di minyak sawit itu sudah larut dalam lemak. Sehingga kalau terlarut dalam lemak lebih mudah diserap oleh usus. Berbeda dengan wortel dan tomat yang terlarut dalam air,” ungkap Darmono di BPDPKS Journalist Fellowship Batch II 2020 pada Kamis (22/10/2020) silam.
Sejak pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia, muncul imbauan bagi setiap orang untuk mengonsumsi sesuatu yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satunya dengan vitamin E. Menurut jurnal penelitian yang ditulis oleh Martha, Karwur, dan Rondonuwu berjudul “Mekanisme Kerja dan Fungsi Hayati Vitamin E pada Tumbuhan dan Mamalia”, vitamin E meliputi tokoferol dan tokotrienol. Yakni molekul larut lemak yang memiliki peran penting dalam kesehatan mamalia.
Menariknya, VRO turut mengandung vitamin E tokotrienol. Berdasarkan data dari H.T Slover, Lipids pada 1971 menunjukkan bahwa potensi tokotrienol sebagai antioksidan 16 kali lebih banyak dibanding tokoferol. Sedangkan di minyak lainnya seperti inti sawit dan kelapa hanya sedikit. Alhasil, VRO lebih unggul karena memiliki kandungan tokotrienol yang tinggi.
Vitamin E juga sangat diperlukan oleh sel-sel yang metabolismenya tinggi atau sel yang bersifat meristematik. Contohnya hati yang merupakan organ multifungsi dan memerlukan dukungan vitamin E dan selenium (Se) sebagai hepatoprotektor. Di mana hati adalah tempat pengolahan bahan-bahan penting untuk pertumbuhan dan imunitas. Darmono kembali menegaskan bahwa VRO tidak dirafinasi. Sehingga susunan lemaknya masih utuh.
Ada keseimbangan antara asam lemak yang jenuh dan tidak. Merujuk pada data dari Muhilal pada 1998 yang ditampilkan Darmono, asam lemak jenuh terdiri atas asam miristat di VRO berjumlah 1,2 persen dan air susu ibu (ASI) sebanyak 13,5 persen. Kemudian asam palmitat di VRO berjumlah 49,3 persen dan di ASI 32,2 persen. Asam stearat di VRO ada 4,1 persen dan di ASI ada 6,9 persen.
Sedangkan yang tidak jenuh ada asam oleat di VRO berjumlah 36,3 persen dan ASI 36,5 persen. Selanjutnya ada asam linoleat yakni di VRO ada 8,3 persen dan di ASI ada 9,5 persen. Asam linolenat di VRO sebanyak 0,5 persen dan di ASI 1,4 persen. Terakhir ada asam arachidic di VRO sebanyak 0,3 persen.
“Jumlahnya hampir sama dengan yang tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam arachidic. Jenuh tidak masalah. Kalau dibandingkan dengan ASI, sejak lahir seseorang sudah diberi asam lemak jenuh yang jumlahnya sangat besar. Kandungan asam lemak jenuh di ASI hampir 50 persen. Jadi, sejak lahir saja konsumsi asam lemak jenuh itu wajib. Bisa dilanjutkan dengan mengonsumsi VRO,” lanjut Darmono.
[irp posts="17654" name="Manfaat Air Susu Ibu (ASI) untuk Mencetak Generasi Emas"]
Darmono menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang ada telah menyatakan asam stearat mampu menurunkan kolesterol jahat dan meningkatkan kolesterol baik. Sedangkan asam palmitat mampu memelihara kesehatan paru-paru. Sebab ada dilaporkan bahwa 60 persen pelapis dinding udara paru-paru dan di permukaan kantung udara paru-paru terdiri atas asam palmitat. Maka ini mengartikan bahwa asupan asam palmitat untuk tubuh sangat penting.
Dia juga mengingatkan untuk mengonsumsi minyak nabati yang mengandung asam linoleat atau omega 6 di bawah 20 persen. Contohnya seperti yang ada di kuning telur sebanyak 16 persen, minyak biji rami 15 persen, minyak zaitun 10 persen, minyak kelapa sawit 10 persen, mentega kakao 3 persen, serta minyak macadamia, mentega, dan minyak kelapa 2 persen.
Jika tidak, maka ada potensi kegemukan dan mudah terserang penyakit jantung. Sebaiknya hindari yang berjumlah di atas 20 persen seperti minyak kanola yang mencakup 21 persen, minyak kenari 51 persen, minyak kacang 32 persen, dan minyak kedelai 51 persen.
Selain meningkatkan imunitas, VRO yang mengandung pro-vitamin A, vitamin E, dan tokotrienol adalah antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Efek dari radikal bebas bisa menimbulkan beragam penyakit yang terjadi di mata, kulit, jantung, otak, paru-paru, ginjal, pembuluh darah, sistem imun, sendi, serta multi organ. Penyebab timbulnya radikal bebas bisa dari radiasi sinar UV, stres, polusi, hingga nutrisi yang buruk.
[YMD | TOS]