Kaltim
Sistem Transportasi IKN Berbasis Listrik, Pabrik Baterai Dibangun di Kaltim
Kaltimtoday.co, Jakarta - Meskipun masih menuai banyak pro dan kontra, pemerintah pusat terus berupaya merampungkan konsep pembangunan di wilayah ibu kota negara baru di Kaltim. Salah satu yang mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat adalah pembangunan sistem transportasi yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Sistem transportasi di ibu kota baru merupakan salah satu aspek terpenting. Sebab, akan mendorong kemajuan ekonomi di sekitarnya, terutama di wilayah Indonesia Timur.
Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memaparkan, kendaraan pribadi dan angkutan massal di ibu kota negara baru akan dibuat ramah lingkungan. Seluruh kendaraan yang bergerak di ibu kota baru harus berbasis listrik. Sehingga tidak menimbulkan polusi udara.
Selanjutnya, untuk di kawasan kota, pembangunan dilakukan dengan berorientasi transit. Itu supaya masyarakat yang beraktivitas di ibu kota baru cukup berjalan kaki menuju moda transportasi umum.
Konektivitas, sebut Budi Karya, menjadi aspek paling penting dari kajian di ibu kota baru. Karena akan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan ibu kota baru.
"Kami ini memastikan konektivitas dibangun dengan baik, sehingga aksesibilitas dan kestrategisan kota jadi lebih baik," ujar Budi Karya.
Di ibu kota baru, pemerintah juga berencana membangun satu bandara untuk menunjang dua bandara yang sudah ada di Kaltim. Bandara itu akan dibangun tidak jauh dari lokasi ibu kota baru, sekitar 15 kilometer. Diperuntukan khusus untuk tamu-tamu negara atau very very important person (VVIP).
Adapun dua bandara yang sudah ada, yakni Bandara Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan di Balikpapan dan Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda akan terus ditingkatkan kapasitas dan aksesibilitasnya untuk mendukung ibu kota baru.
"Bandara VVIP di ibu kota baru mulai dibangun akhir 2021. Nanti dikelola operator gabungan antara investor lokal dan swasta. Harapannya tidak membebani APBN," jelasnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memaparkan, untuk mendukung pasokan energi di ibu kota baru, pemerintah berencana membangun pabrik baterai litium di Kaltim. Salah satu tujuan pembangunan pabrik adalah untuk memenuhi kebutuhan energi mobil listrik di wilayah ibu kota baru.
Sejumlah pengusaha, sebut luhut, sangat tertarik dengan rencana pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Salah satu yang menyampaikan keseriusannya adalah pengusaha dari Australia, Andrew Forrest. Bukan pabrik baterai, Andrew Forrest tertarik untuk berinvestasi hydropower. Pembangkit listrik bertenaga air.
"Jadi pembangkit di ibu kota baru tidak semua dari batu bara, tapi juga dari hydropower," ungkapnya.
Adapun untuk Badan Otoritas Ibu Kota Negara, kata Luhut, sedang dalam proses finalisasi. Badan setingkat menteri itu akan bertugas untuk mengelola persiapan, pembangunan, dan pemindahan ibu kota baru ke Kaltim.
"Orang yang ditunjuk sedang difinilisasi oleh presiden, tunggu saja," ujarnya.
Selain menyiapkan berbagai konsep pembangunan di ibu kota baru, pemerintah pusat saat ini juga tengah menggodok Rancangan Undang-Undang (UU) tentang Ibu Kota Negara. Saat ini prosesnya sedang berlangsung. Ditarget selesai pada Juni 2020.
Adapun jika RUU tersebut disahkan, maka soft ground breaking di ibu kota baru dan persiapan pembangunan fisik akan dimulai pada Juni. Tahap awal, konektivitas akan menjadi proyek pertama. Sekaligus mengkolaborasikan kota-kota besar di Kaltim, seperti Samarinda dan Balikpapan, untuk percepatan pembangunan ibu kota baru dan menggerakkan kawasan timur Indonesia.
[TOS]