Kukar

Status Desa Tertinggal Selama 16 Tahun, Kini IDM Desa Tanjung Batu Masuk Kategori Maju

Kaltim Today
11 Oktober 2021 15:08
Status Desa Tertinggal Selama 16 Tahun, Kini IDM Desa Tanjung Batu Masuk Kategori Maju
Ibu-ibu saat memanen tanaman hortikultura dikawasan Cadangan Pangan Strategis Nasional di Desa Tanjung Batu, Kecamatan Tenggarong Seberang. (Supri/Kaltimtoday.co).

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Desa Tanjung Batu yang terletak di Kecamatan Tenggarong Seberang merupakan hasil pemekaran dari Desa Embalut pada 18 Mei 2004. Dalam perjalanan roda pemerintahan, mengalami jatuh bangun dalam membangun desa kurang lebih sekitar 16 tahun lamanya.

Selama 16 tahun, Desa Tanjung Batu dikatakan salah satu desa tertinggal yang tercatat pada Indeks Desa Membangun (IDM) dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa). Namun pada 2020 hingga 2021, IDM mengalami peningkatan yakni dari Desa Tertinggal menuju Desa Berkembang, sekarang ditetapkan sebagai Desa Maju.

Dibawah kepemimpinan Kades Tanjung Batu, Husniansyah yang terpilih sejak 2019 berhasil membenahi permasalahan yang menjadi benang kusut tersebut. Awalnya jadi desa tertinggal, sekarang sudah memperoleh predikat desa maju.

Husni sapaanya menjelaskan, ketika pemekaran pada 2004 silam berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati saat itu. Dikategorikan sebagai desa persiapan dan perlahan masih membangun, statusnya tertinggal. Pada 2007 ditetapkan kepala desa definitif namun hanya bertahan tiga tahun karena ada sejumlah permasalahan yang dihadapi, tepatnya 2011 lalu.

“Dalam membangun desa, mengalami jatuh bangun dan sempat anjlok di 2011. Karena banyak permasalahan dan benturan melalui oknum pemerintah desa bersama masyarakat dengan perusahaan,” kata Husni.

Ibu-ibu saat memanen tanaman hortikultura dikawasan Cadangan Pangan Strategis Nasional di Desa Tanjung Batu, Kecamatan Tenggarong Seberang. (Supri/Kaltimtoday.co).
Ibu-ibu saat memanen tanaman hortikultura dikawasan Cadangan Pangan Strategis Nasional di Desa Tanjung Batu, Kecamatan Tenggarong Seberang. (Supri/Kaltimtoday.co).

Pada 2016, Kades digantikan oleh Pj dari Kecamatan Tenggarong Seberang, sehingga keadaan tersebut kembali dinetralkan dan dikondusifkan. Melalui komunikasi intensif dengan beberapa tokoh masyarakat setempat, hasilnya berbuah manis. Hingga saat ini dirasakan masyarakat dengan beberapa program yang telah terbangun dan terlaksana, salah satunya Kawasan Cadangan Pangan Strategis Nasional (KCPSI).

Husni menyebutkan, naiknya IDM tak terlepas dari hasil musyawarah bersama warga khususnya Kelompok Tani (Poktan). Bahwa salah satu potensi di desa ini adalah banyaknya luasan lahan tidur sekitar 460 hektar. Lahan tidur ini istilahnya dari zaman kerajaan Kutai, penjajahan sampai 75 tahun Indonesia merdeka, kondisinya masih tidur tidak produktif.

“Disitulah menjadi dasar kami untuk berkomunikasi dengan banyak pihak, salah satunya Kodim 0906/Kutai Kartanegara. Selain berbenah di Sumber Daya manusia (SDM) mulai aparatur desa, kami coba menguatkan disalah satu bidang yakni sektor pertanian,” ungkap mantan Ketua BPD Tanjung Batu ini.

“Apalagi Bupati Kukar, pak Edi Damansyah menyampaikan bahwa pertanian menjadi sektor unggulan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),” tambah Husni.

Sinergi 4 pilar terdiri Pemerintah, TNI-Polri dan dunia usaha sambung Husni, sangat berperan penting dalam membangun desa. Sebab tidak bisa jika hanya bergantung mengandalkan Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD). Dari situ, pihaknya memaksimalkan penguatan peran 4 pilar dan seiring dengan semangat Bupati Kukar agar terus mengelorakan “betulungan etam bisa”.

“Ini menjadia pemicu kami untuk berupaya tanjung batu ini harus berbenah, berkembang dan bertumbuh kearah yang semakin baik,” imbuhnya.

“Setelah ditetapkan sebagai desa maju, selanjutnya kami mencoba memacu diri lagi berupaya jadi Desa Mandiri. Kalau desa lain bisa, kenapa kita tidak bisa,” tambahnya.

Dukungan masyarakat ucap Husni, sangat antusias sekali lantaran mereka pernah mengalami masa suram. Sehingga berdampak pada peluang kerja bagi yang ingin masuk kerjaan di perusahaan, lantaran ada stigma negatif terhadap desa ini. Pada saat itu, desa ini tidak bisa dibina dan diatur, maka pihaknya coba merubah mindset masyarakat. Perlahan tapi pasti, kerja sama antara desa dan perusahaan semakin tumbuh dengan dibuktikan terserapnya ratusan warga yang bekerja di perusahaan.

Disisi lain, sektor pertanian di kawasan CPSN, sudah ada tiga poktan yang bergerak kembali meskipun sempat mati suri. Kemudian enam poktan lainnya, masih dalam proses indentifikasi masalah yang ada, sebab sebelumnya 9 poktan yang terdaftar di Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (Simluhtan) Kementerian Pertanian RI.

“Seiring dengan terbukanya lahan sekitar 460 hektar ini, poktan kembali aktif membangun desa. Karena masyarakat merasakan dampak positif dengan seiring geliat semangat desa untuk berubah,” pungkasnya.

[SUP | NON | ADV PROKOM KUKAR]



Berita Lainnya