Internasional
Tak Mampu Bayar Utang, Sri Langka Bangkrut
Kaltimtoday.co - Krisis ekonomi melanda Sri Langka sehingga membuat negara ini bangkrut. Sri Lanka diketahui gagal membayar utang luar negeri (ULN) yang mencapai US$ 51 miliar atau setara Rp754,8 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS).
Sebagaimana diungkapkan oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengungkapkan bahwa, krisis ekonomi yang terjadi di Sri Lanka karena utang luar negeri yang cukup besar.
Melansir dari AP, bangkrutnya Sri Lanka juga dipicu karena kondisi ekonomi negara yang kian lama semakin kandas karena kehilangan pendapatan dari sektor pariwisata akibat adanya pandemi Covid-19.
Pemerintah Sri Lanka selama lebih dari 2 tahun terpaksa menekan banyak pendanaan dan subsidi kepada masyarakatnya untuk menghadapi pandemi.
Akibat dari hal tersebut, membuat subsidi besar-besaran yang akan diberikan kepada masyarakat dicabut secara keseluruhan. Sehingga menimbulkan banyak protes dari masyarakat setempat.
Pembatasan kegiatan pariwisata di tengah pandemi Covid-19 malah menjadi hal yang diutamakan pemerintah pada saat itu. Langkah yang salah tersebut menjadi parah, seiring diikutinya inflasi yang tinggi akibat hasil pokok negara Sri Lanka, yaitu beras ikut menurun drastis.
Produksi hasil bahan pokok beras mereka yang biasanya diekspor ke sejumlah negara, malah berbalik. Mereka mengimpor beras besar-besaran di tengah pandemi. Tak hanya itu, beberapa para ahli ekonomi di negara tersebut juga mengungkapkan, pemerintah Sri Lanka tidak dapat menjaga sistem negara yang seharusnya dipertahankan sejak awal.
Itulah sebabnya, kini Sri Lanka tidak dapat membeli bahan bakar impor karena sejumlah utang yang besar dari perusahaan minyak negara tersebut. Ceylon Petroleum Corporation disebut memiliki utang sebesar US$700 juta atau setara dengan Rp 10,4 triliun (asumsi kurs Rp14.866 per dolar AS).
Akibatnya, tidak ada negara ataupun organisasi di dunia yang mau menyediakan bahan bakar, baik dalam bentuk bahan bakar jadi maupun uang tunai untuk negara Sri Lanka.
Kondisi di negara tersebut semakin parah dengan adanya lonjakan harga sejumlah barang komoditas. Tak ayal, krisis datang ke negara tersebut, mulai dari keuangan, energi, pangan hingga kesehatan.
Krisis yang terjadi di Sri Lanka tersebut juga terpaksa membuat sejumlah sekolah dan kantor pemerintahan ditutup, tidak bisa melayani masyarakat.
Ekonomi Sri Lanka yang didera dengan hutang luar negeri akhirnya menyatakan kebangkrutan setelah berbulan-bulan kekurangan bahan makanan, bahan bakar dan juga listrik.
[RWT | SR]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.