TBC Masih Jadi Ancaman Mematikan di Dunia, Ini Upaya Penanganannya

Kaltim Today
18 Mei 2025 02:58
TBC Masih Jadi Ancaman Mematikan di Dunia, Ini Upaya Penanganannya
Ilustrasi tuberkulosis atau TBC. (Freepik/Istimewa)

Kaltimtoday.co - Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang paling mematikan di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Meski dapat dicegah dan diobati, angka kematian akibat TBC masih tinggi. Penyakit ini menyerang paru-paru dan menyebar melalui udara, sehingga sangat mudah menular di lingkungan padat. Setiap tahun, jutaan orang terinfeksi, dan sebagian dari mereka mengalami komplikasi serius yang berujung pada kematian.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2024 menunjukkan bahwa 193 negara dengan lebih dari 99 persen populasi dunia melaporkan kasus TBC. Penyakit ini ditemukan di semua wilayah, termasuk Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Eropa, Mediterania Timur, dan Pasifik Barat. Lebih dari 30 negara tercatat memiliki beban TBC tertinggi, dan saat ini, Kamboja, Federasi Rusia, serta Zimbabwe menjadi prioritas pemantauan. Pada tahun 2023, sekitar 1,25 juta orang meninggal akibat TBC, termasuk 161.000 yang juga terinfeksi HIV. TBC pun kembali menjadi penyebab kematian utama akibat infeksi setelah selama tiga tahun sebelumnya didominasi oleh Covid-19.

TBC menjadi penyebab kematian utama pada orang dengan HIV dan berkaitan erat dengan resistensi antimikroba. Diperkirakan, 10,8 juta orang jatuh sakit akibat TBC pada 2023, terdiri dari 6 juta pria, 3,6 juta wanita, dan 1,3 juta anak-anak. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan negara. Salah satu tantangan utama dalam pengendalian TBC adalah resistansi obat, akses layanan kesehatan yang masih terbatas, dan minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan dan pengobatan.

TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang menyebar melalui udara saat penderita batuk atau bersin. Gejalanya meliputi batuk berkepanjangan, kadang disertai darah, nyeri dada, kelelahan, penurunan berat badan, demam, dan keringat malam. Untuk mengatasi TBC, sejumlah langkah penting dapat dilakukan, antara lain meningkatkan akses terhadap layanan diagnostik dengan alat uji molekuler cepat, mengikuti protokol pengobatan yang sesuai, serta memperkenalkan regimen perawatan yang lebih pendek bagi pasien TBC resisten obat guna meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

Selain itu, penting juga untuk mengedukasi masyarakat melalui kampanye kesadaran publik agar stigma terhadap penderita TBC dapat dikurangi. Stigma ini seringkali menjadi penghalang utama bagi pasien untuk mencari pengobatan lebih awal. Dalam jangka panjang, pendekatan yang memperhatikan faktor sosial seperti kemiskinan, kekurangan gizi, dan terbatasnya akses layanan kesehatan harus terus didorong. Program berbasis masyarakat yang menyasar kelompok rentan sangat dibutuhkan untuk memutus rantai penularan.

Vaksinasi juga merupakan langkah pencegahan penting. Vaksin BCG sangat dianjurkan terutama di wilayah dengan angka TBC tinggi dan sebaiknya diberikan kepada bayi dan anak-anak. Pencegahan penularan melalui etika batuk, penggunaan masker, dan ventilasi yang baik di lingkungan tertutup juga penting dalam mengurangi risiko penyebaran. Edukasi mengenai pentingnya deteksi dini dan pengobatan hingga tuntas harus menjadi bagian dari strategi kesehatan masyarakat dalam memerangi TBC. Untuk informasi lebih lanjut mengenai TBC dan langkah-langkah pencegahannya, kunjungi pafikabpasaman.org.



Berita Lainnya