Kaltim

Unesa Gelar FGD di Samarinda, Bahas Dampak Revolusi Mental dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara

Kaltim Today
05 November 2024 09:23
Unesa Gelar FGD di Samarinda, Bahas Dampak Revolusi Mental dalam Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara
Narasumber pentahelix bersama peneliti Unesa usai FGD Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) di Samarinda, Senin (4/11/2024).

SAMARINDA, Kaltimtoday.co - Setelah satu dekade sejak diluncurkan, Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) kembali dievaluasi dalam Focus Group Discussion (FGD) di Samarinda. Acara yang digelar di Hotel Mercure Samarinda, Senin (4/11/2024) ini, bertujuan untuk mengukur dampak dan efektivitas program yang telah berjalan selama sepuluh tahun dalam mengubah cara pandang, sikap, dan perilaku masyarakat Indonesia.

FGD ini merupakan kolaborasi antara Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Dihadiri berbagai narasumber dari lintas sektor. Mulai pemerintah, akademisi, pengusaha, aparat penegak hukum, organisasi kemasyarakat, hingga media. Tema yang diusung dalam FGD adalah “Kajian Tentang Dampak Revolusi Mental Terhadap Perubahan Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara”.

Hadir sebagai narasumber, Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara Kejari Samarinda, Apriady Mirdaini; Analis Kebijakan Ahli Muda Kesbangpol Kaltim, Eko Susanto; Wakil Ketua LHKP PW Muhammadiyah Kaltim, Ahmad Syahrir Idris; Direktur Eksekutif Kadin Kaltim, Wibowo Mappatunru; serta Pemimpin Redaksi Kaltim Today, Ibrahim. Selain itu, akademisi turut hadir memberikan pandangan dan memfasilitasi diskusi, di antaranya Suryaningish dan Niken Nurmiyati dari Universitas Mulawarman. Kemudian dari Unesa, Wahyudi dan Iman Pasu Marganda Hadiarto Purba. 

Dalam sesi diskusi, Eko Susanto dari Kesbangpol Kaltim menyatakan bahwa gerakan revolusi mental punya tujuan yang sangat baik. GNRM bertujuan untuk merubah cara pandang dan sikap masyarakat agar lebih produktif dan berintegritas. Di Kaltim, berbagai perkembangan positif berhasil dilakukan lewat implementasi program GNRM tersebut.

“Revolusi Mental dapat menjadi fondasi kuat bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin cepat,” ujarnya.

Ahmad Syahrir Idris, sebagai perwakilan dari LHKP PW Muhammadiyah Kaltim, menambahkan bahwa gerakan ini bisa menjadi katalis untuk memperkuat persatuan bangsa. “Dalam konteks kehidupan beragama dan bernegara, Revolusi Mental sangat penting untuk menguatkan karakter dan toleransi. Dengan gerakan ini, kami berharap masyarakat dapat lebih terbuka dan saling menghargai perbedaan,” ungkapnya.

Akademisi Universitas Mulawarman Suryaningish, menilai GNRM memiliki dampak positif dalam bidang pendidikan, khususnya dalam membentuk karakter yang lebih disiplin dan berintegritas. Namun, ia menyoroti perlunya pendekatan yang lebih mendalam di dunia pendidikan untuk memastikan nilai-nilai revolusi mental benar-benar tertanam pada generasi muda.

“Revolusi mental di pendidikan harus lebih dari sekadar sosialisasi. Perlu integrasi nilai-nilai ini ke dalam kurikulum dan kegiatan sekolah dan perkuliahan agar tidak hanya diketahui, tapi juga mempraktikkan sikap yang positif,” ungkap Suryaningish.

Direktur Eksekutif Kadin Kaltim, Wibowo Mappatunru, menyoroti pentingnya aspek etos kerja dan produktivitas yang ditekankan dalam GNRM. Menurutnya, GNRM punya andil besar dalam mendorong perubahan di sektor ekonomi, terutama dalam membangun mentalitas kerja keras dan inovatif yang sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis. 

“Kami di Kadin melihat GNRM sebagai peluang untuk menciptakan budaya kerja yang lebih produktif dan inovatif. Namun, dibutuhkan langkah nyata dari pemerintah untuk merangkul sektor swasta secara lebih intensif, misalnya melalui program pelatihan bersama atau insentif untuk perusahaan yang menerapkan nilai revolusi mental,” kata Wibowo.

Di sisi penegakan hukum, Kepala Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara Kejaksaan Negeri Samarinda, Apriady Mirdaini, memandang GNRM sebagai landasan penting dalam memperbaiki mentalitas aparat dan sistem birokrasi. Ia menyampaikan bahwa gerakan ini bisa menjadi dasar bagi reformasi di bidang hukum untuk meningkatkan integritas dan akuntabilitas.

“Sebagai penegak hukum, kami melihat GNRM sangat relevan dalam membangun integritas dan mencegah korupsi,” katanya.

Sementara itu, Ibrahim dari Kaltim Today menyoroti peran media dalam menyebarkan informasi terkait revolusi mental dan mengedukasi masyarakat. “Media memiliki tanggung jawab untuk menyebarluaskan informasi positif tentang GNRM dan mendorong masyarakat untuk ikut serta dalam perubahan. Kami berkomitmen untuk terus mendukung program ini dengan pemberitaan yang konstruktif,” katanya.

Dosen Universitas Negeri Surabaya, Wahyudi, menekankan bahwa kolaborasi antarsektor sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan GNRM di berbagai bidang, mulai dari pelayanan publik hingga peningkatan etos kerja di sektor swasta.

Sebagai kesimpulan, peserta FGD sepakat bahwa Revolusi Mental bukan hanya sekedar program, tetapi sebuah gerakan yang harus terus diperkuat agar menghasilkan dampak nyata bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Rekomendasi dan harapan yang disampaikan para narasumber. Diharapkan saran dan rekomendasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk memperkuat gerakan Revolusi Mental di masa depan, terutama di kabinet Prabowo-Gibran.

[TOS]


Berita Lainnya