Gaya Hidup
Bahaya Kurang Aktivitas Seksual: Gangguan Emosional hingga Risiko Kesehatan Serius

Kaltimtoday.co – Kurangnya aktivitas seksual bukan hanya berdampak pada kehidupan emosional seseorang, tetapi juga berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan fisik dan mental. Para ahli menegaskan bahwa hubungan seksual yang sehat berperan penting dalam menjaga keseimbangan hormon, kestabilan emosi, hingga sistem imun tubuh.
Psikolog dan psikiater spesialis kesehatan seksual, Dr. Sham Singh, menjelaskan bahwa saat seseorang tidak memiliki saluran untuk melampiaskan dorongan seksual—terutama tanpa alternatif pengelolaan stres yang memadai—maka risiko gangguan psikologis seperti kecemasan, mudah marah, dan suasana hati tidak stabil akan meningkat.
“Aktivitas seksual membantu mengurangi stres melalui pelepasan hormon endorfin dan oksitosin, zat kimia alami dalam otak yang mengurangi rasa sakit dan meningkatkan rasa bahagia. Bahkan, saat berhubungan seksual, kadar endorfin bisa meningkat hingga 200 persen,” jelas Dr. Singh, seperti dikutip dari Dailymail, Minggu (16/3/2025).
Beberapa studi juga menunjukkan bahwa individu yang aktif secara seksual selama masa stres, termasuk saat pandemi, cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang memilih abstain. Dampak ini tidak hanya terbatas pada aspek mental, tetapi juga menyentuh kesehatan fisik secara nyata.
Dr. Singh menambahkan bahwa pria dan wanita yang tidak aktif secara seksual cenderung mengalami gangguan seperti ketegangan otot, kesulitan berkonsentrasi, hipersensitivitas terhadap sentuhan, gangguan tidur, serta perubahan pola makan. Ketidakseimbangan hormon seperti testosteron, estrogen, dan kortisol menjadi faktor yang memicu ketidakstabilan ini.
Dalam jangka panjang, abstinensi seksual yang ekstrem bahkan dapat memengaruhi vitalitas tubuh. Seks, menurut banyak penelitian, merupakan salah satu cara alami yang membantu seseorang merasa lebih tenang, tidur lebih nyenyak, dan menjaga kestabilan emosi.
Sebuah tinjauan terhadap 43 studi yang diterbitkan di Journal of Sexual Medicine tahun 2023 juga mengonfirmasi kaitan antara kualitas tidur dan frekuensi aktivitas seksual. Penelitian dari University of Pennsylvania menemukan fakta mengejutkan: wanita berusia 20–59 tahun yang berhubungan seks kurang dari satu kali seminggu memiliki risiko kematian 70 persen lebih tinggi dalam lima tahun ke depan dibandingkan mereka yang aktif secara seksual.
Peningkatan risiko ini berkaitan dengan kadar protein pemicu peradangan dalam tubuh, yang bisa mempercepat kerusakan sel dan jaringan. Sebaliknya, wanita yang rutin berhubungan seks menunjukkan kadar protein yang lebih rendah dan kondisi tubuh yang lebih stabil.
Organisasi seperti Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) turut mengingatkan pentingnya edukasi kesehatan seksual sebagai bagian dari kesejahteraan umum. Melalui laman pafikotaselatan.org, masyarakat bisa mengakses berbagai informasi kesehatan berbasis sains, termasuk tentang pentingnya menjaga keseimbangan hormon, kesehatan mental, dan gaya hidup seksual yang sehat.
Dengan bukti ilmiah yang terus berkembang, jelas bahwa bahaya kurang seks bukanlah mitos semata. Aktivitas seksual yang sehat—dilakukan dengan konsensual dan bertanggung jawab—dapat memberikan manfaat nyata untuk mendukung kebugaran tubuh dan kualitas hidup secara keseluruhan.
[TOS]
Related Posts
- Pakar IDAI: Anak Sebaiknya Dilarang Mandi Hujan, Risiko Kesehatan di Musim Pancaroba Tinggi
- Derita Pasien Long Covid Kian Terlihat, Tapi Masih Sering Diabaikan
- Slow Jogging, Solusi Ringan Pulihkan Kebugaran Usai Lebaran
- Cacing Raksasa Dikeluarkan dari Usus Anak di Jember, Jadi Peringatan Serius Soal Sanitasi
- Vaksin Herpes Zoster Berpotensi Kurangi Risiko Demensia, Studi: Efektif Hingga 20 Persen