Advertorial

Dikepung Hama Monyet, Lurah Maluhu Imbau Petani Tetap Humanis dalam Menjaga Lahan

M Jaini Rasyid — Kaltim Today 11 Juli 2025 14:03
Dikepung Hama Monyet, Lurah Maluhu Imbau Petani Tetap Humanis dalam Menjaga Lahan
Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro. (Jen/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Petani sayur di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, kini dihadapkan dengan serangan monyet liar yang kian sering terjadi. Gangguan ini mulai berdampak pada hasil panen, terutama di lahan-lahan yang baru dibuka untuk budidaya tanaman hortikultura.

Monyet-monyet yang turun dari hutan sekitar kerap merusak tanaman seperti pakcoy dan jenis sayur lainnya. Kondisi ini tentu merugikan petani yang menggantungkan hidup dari hasil panen tersebut.

Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro, menyebut masalah ini muncul seiring meningkatnya aktivitas pertanian warga yang mulai menggarap lahan tidur. Namun, di sisi lain, pembukaan lahan itu juga menyebabkan habitat satwa terganggu.

“Kami akui bahwa hama monyet ini cukup mengganggu, khususnya terhadap tanaman sayur kami. Karena itu, lahan pertanian perlu terus diawasi agar panen tidak berkurang drastis,” jelasnya saat ditemui belum lama ini.

Beberapa solusi telah muncul dari diskusi bersama warga, seperti memelihara anjing penjaga di kebun atau menggunakan petasan untuk menakut-nakuti monyet agar tidak kembali. Namun sejauh ini, pendekatan tersebut masih bersifat uji coba dan belum berskala besar.

Tri Joko menegaskan, pihaknya tidak ingin mengambil langkah ekstrem yang bisa merusak ekosistem atau menyakiti satwa. Ia menyebut pendekatan humanis dan jangka panjang lebih diutamakan, apalagi wilayah Maluhu juga berada dekat kawasan hutan alam.

“Kami sangat mempertimbangkan faktor hati nurani dalam penanganannya. Jangan sampai tindakan yang kami ambil justru menimbulkan dampak yang tidak diinginkan,” tegasnya.

Kini pengelolaan lingkungan di Maluhu dilakukan secara bertahap. Banyak lahan tidur yang mulai dihidupkan kembali sebagai kebun sayur, namun tantangan ekologis seperti ini harus dihadapi dengan kepala dingin.

“Pembukaan lahan memang berdampak pada terganggunya ekosistem, tapi itu kami lakukan secara perlahan dan hati-hati. Kami ingin menjaga keseimbangan antara pertanian dan lingkungan,” tutup Tri Joko.

[RWT | ADV DISKOMINFO KUKAR]



Berita Lainnya