Advertorial

DKP Kukar Gencarkan Edukasi Pengendalian Penyakit Ikan, Pembudidaya Diimbau Waspadai Air Bangar dan Hama Musiman

M Jaini Rasyid — Kaltim Today 09 Oktober 2025 20:42
DKP Kukar Gencarkan Edukasi Pengendalian Penyakit Ikan, Pembudidaya Diimbau Waspadai Air Bangar dan Hama Musiman
Perikanan di kawasan Danau Kumbara, Kecamatan Kota Bangun. (Jen/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Cuaca ekstrem yang sering berganti antara kemarau panjang dan pasang surut air sungai belakangan ini mulai memengaruhi kondisi perairan di Kutai Kartanegara (Kukar). Bagi para pembudidaya ikan, situasi ini bukan sekadar soal hasil panen, tapi juga ancaman serius terhadap kesehatan ikan.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar Muslik mengatakan, pihaknya terus menggencarkan edukasi kepada pembudidaya agar lebih memahami cara pencegahan dan penanganan penyakit ikan secara dini. Menurutnya, faktor utama yang sering memicu penyakit adalah manajemen air yang buruk serta kepadatan tebar yang berlebihan.

“Makanya sejak awal kami selalu mengedukasi para pembudidaya tentang cara budidaya dan pembenihan ikan yang baik. Mulai dari pengelolaan air, menjaga kesehatan ikan, hingga pengaturan pakan,” ujarnya belum lama ini.

Muslik menjelaskan, perbedaan kondisi antara kolam dan sungai membuat pendekatan penanganan juga tidak bisa disamakan. Untuk perairan terbuka seperti sungai, pembudidaya harus lebih waspada karena kualitas air sulit dikontrol.

“Kalau di sungai, karena sifatnya terbuka, kita tidak bisa mengendalikan kualitas air sepenuhnya. Tapi kita selalu mengimbau agar waspada terutama saat musim kemarau dan air pasang,” lanjutnya.

Fenomena yang paling sering muncul di wilayah hilir Kukar adalah air bangar, yakni kondisi di mana air sungai menjadi payau akibat percampuran dengan air laut. Situasi ini membuat kadar oksigen berkurang dan memicu stres pada ikan.

Penyakit ikan sendiri bisa timbul dari berbagai faktor, mulai dari infeksi bakteri, virus, hingga jamur. Beberapa penyakit umum di perairan tropis seperti Kukar antara lain:

  • Aeromonas: menyebabkan borok pada tubuh ikan dan kematian massal.
  • Ich atau white spot: menyerang kulit dan insang, biasanya akibat stres dan fluktuasi suhu.
  • Saprolegnia: jamur yang tumbuh pada telur atau luka ikan akibat kualitas air yang buruk.

Karena itu, DKP Kukar juga mendorong pembudidaya untuk menerapkan biosecurity sederhana, seperti desinfeksi peralatan, pengaturan kepadatan ikan, serta pengawasan kesehatan secara berkala. 

Harapannya, pembudidaya di daerah itu tidak hanya mengandalkan pengalaman lapangan, tapi juga memahami aspek kesehatan ikan secara ilmiah.

“Kesehatan ikan itu sama pentingnya dengan produktivitas. Kalau tidak dijaga sejak awal, kerugiannya bisa berantai,” pungkasnya.

[RWT | ADV DISKOMINFO KUKAR]



Berita Lainnya